R - 19

63 24 0
                                    

Note:
Part 2k kata. Semoga ga bosen😂😂😂

⭐Please Support Follow, Comment, and Vote⭐

.

.

.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Sepasang kaki jenjang melangkah menuruni satu per satu anak tangga. Dress selutut dengan motif bunga, membalut tubuh ramping gadis itu. Rambutnya dibiarkan tergerai, menjuntai, melambai-lambai mengikuti gerakan tubuhnya.

Sheina sibuk menekan-nekan layar ponselnya. Tas selempang bertengger manis di salah satu bahunya. Dari penampilannya sudah dipastikan jika gadis itu hendak pergi keluar rumah.

"Mbak Ratna.." panggil Sheina pada asisten rumah tangganya yang tengah membersihkan ruang tamu.

"Iya, Non?" Ratna menghentikan aktivitasnya sejenak, memusatkan atensinya pada majikannya.

"Saya mau ke rumah Ibu. Nggak lama kok. Sebelum makan malam saya usahain balik."

"Oh, siap, Non!" Ratna mengacungkan sebelah jempolnya, namun belum sempat ibu jarinya itu turun, dirinya mendadak ingat sesuatu, "Eh iya, Non ke sana naik apa? Pak Bagas, 'kan nggak masuk. Tuan Alden juga belum pulang, Non."

"Naik taksi aja, Mbak. Saya udah pesen kok. Mas Alden nanti jemput Kay. Kemungkinan dia pulangnya nggak seperti biasanya. Bisa lebih cepet mungkin." jelas Sheina lalu mengecek ponselnya, "Mbak, saya berangkat, ya. Taksinya udah di depan."

"Ah, iya.. iya.. hati-hati, ya, Non."

Taksi online yang dipesan Sheina mulai melaju. Belum lewat tengah hari, namun cuaca panas masih menyengat menembus lapisan kulit. Gadis itu meraih ponselnya, teringat jika belum memberikan kabar pada suaminya.

Mas Alden
Mas, aku main ke rumah ibu.
Naik taksi.
Sebentar aja. Nggak sampai malam kok.

Simbol pesawat telah tersentuh, membuat beberapa baris pesan itu terkirim. Sheina mengulas senyum, sebab tidak sampai semenit tanda centang dua itu telah berubah menjadi biru. Namun, senyumannya perlahan pudar tatkala dirinya tidak mendapati balasan apapun dari sang suami. Layar ponsel Sheina masih menampilkan ruang pesan mereka, bahkan status online Alden telah hilang dan berubah menjadi kapan terakhir kali pria itu membuka pesannya.

Kening Sheina mengerut dalam, mereka memang jarang bertukar pesan. Pikirnya, untuk apa berkirim pesan jika setiap hari bertemu. Namun, tak biasanya Alden mengabaikan pesannya. Seingat Sheina, hubungan mereka baik-baik saja. Tidak ada perubahan yang ditunjukkan Alden padanya. Sumianya itu tetap bersikap seperti biasanya. Hangat serta penuh kasih sayang, dan telah menarik Sheina jatuh terlalu dalam.

Terlalu fokus memikirkan suminya, tak sadar taksi yang ditumpanginya telah sampai ditujuan. Gadis itu beringsut turun.

"Bu, apa kabar?"

Sheina memeluk ibunya. Rindu sudah pasti ia rasakan, kendatipun baru dua minggu ia tidak berkunjung. Gadis itu telah berada di dekat pintu masuk rumah. Bagian dalam.

"Baik. Kamu gimana sehat, 'kan?" Heni menarik tangan anaknya untuk masuk lebih dalam, "Alden sama Kayla kok nggak diajak?" imbuh wanita itu setelah mendapat respon anggukan dari anaknya.

"Kay, 'kan sekolah, Bu. Mas Alden, ya, kerja."

Layaknya rumah sendiri - tapi memang itu rumahnya sendiri - Sheina beranjak ke arah dapur, hendak mencari sesuatu guna membasahi kerongkongannya.

RENJANA || MYG ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang