R - 26

64 25 2
                                    

⭐Please Support Follow, Comment, and Vote⭐

.

.

.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Berbagai macam sumpah serapah Alden rapalkan dalam hatinya. Tak ingin menyerah, pria itu memilih tangga darurat untuk mengejar Sheina. Sekuat tenaga ia berlari, menuruni satu per satu anak tangga dengan harapan bisa mencegah kepergian istrinya.

Alden menyeka keringat yang membasahi pelipisnya. Sesampainya di lobby, pria itu merotasikan pandangannya ke sekeliling, mengabsen tiap-tiap objek yang tertangkap oleh penglihatannya.

"Ck! Brengsek!" maki Alden seraya menyugar rambutnya kasar.

Pria itu sontak berbalik saat ada yang menepuk bahu belakangnya. Awalnya, ia berharap itu Sheina yang melakukan, namun sayang semua itu harus sirna tatkala ia mendapati presensi Restu tengah memandangnya bingung.

"Bro? Lo kenapa?" Restu bertanya dengan kerutan di dahinya.

Restu baru saja kembali setelah mengecek sesuatu hal, dan malah mendapati Alden yang sepertinya tengah mencari seseorang.

"Sheina, Res. Sheina.. Istri gue. Istri gue, Res.."

"Sheina?" kerutan di dahi Restu semakin tercetak jelas, "Sheina.. ba-baru aja gue lihat dia naik taksi," imbuhnya.

"Arrgghh! Sialan! Gue terlambat!"

Restu mengerjabkan matanya sesaat. Agaknya, pria berparas rupawan itu telah mengetahui apa yang terjadi dengan Alden

"Lo tenang dulu. Udah tenang lo bisa ceritain semuanya sama gue. Kita balik ke atas dulu, oke," ujar Restu berusaha menenangkan temannya itu.

Alden menghela napasnya pasrah dan menuruti kemauan temannya itu.

"Gue mau batalin aja kerja sama kita, Res!" tegas Alden.

Saat ini pria itu telah kembali duduk di kursi kebesarannya dengan Restu yang masih setia bersamanya. Alden baru saja menceritakan semua kejadian yang baru saja menimpanya pada Restu, dan dirinya tegas menginginkan pembatalan kerja sama antara perusahaannya dengan Karin.

"Nggak bisa, Bro! Bentar lagi produk launching. Skema pemasaran juga udah dibuat."

"Gue nggak peduli! Kita cari model lain kalau perlu. Gue akan bayar berapapun dendanya."

"Tapi-"

"Nggak ada tapi-tapian, Restu!" sahut Alden menatap nyalang pria di hadapannya, "Apa lo mau gue pecat?"

"Eh? Ng-nggak.. nggak. Oke! Nanti gue urus semuanya." Restu menjawab gelagapan, kendatipun pria itu tahu jika Alden tak mungkin memecatnya.

"Sekarang, masalah gue tinggal Sheina," ujar Alden lirih.

"Sabar, Bro. Kasih waktu Sheina buat sendiri dulu. Kalau dia udah tenang, lo jelasin pelan-pelan," ucap Restu berusaha memberikan solusi.

"Harusnya dari awal gue nggak usah terusin kerja bareng Karin. Gue nggak nyangka dia bisa selicik ini," ucap Alden frustasi.

"Tenang, Bro. Gue yakin Sheina pasti mau dengerin penjelasan lo."

Alden mengusap wajahnya kasar, merutuki kebodohannya seraya memikirkan cara bagaimana menjelaskan ini semua pada istrinya.

Tak jauh berbeda dengan Alden, Sheina pun merasa demikian. Kesedihan mendalam menyelimuti diri Sheina pun dengan rasa sakit yang sulit ia deskripsikan. Sesak sekali rasanya, seolah ada yang menghantam dadanya.

RENJANA || MYG ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang