⭐Please Support Follow, Comment, and Vote⭐
.
.
.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Sheina tentu paham apa maksud dari ucapan suaminya beberapa hari lalu. Pria itu menginginkan dirinya menjalani pernikahan sebagaimana mestinya dan melupakan perjanjian yang sempat sama-sama mereka buat. Alih-alih menanggapi lontaran tersebut, Sheina malah lebih memilih untuk diam dan melarikan diri dari situasi tersebut.
Beberapa hari mereka lalui dengan kecanggungan yang sangat kentara. Tidak ada yang berbada dari aktivitas mereka, Alden tetap pada pekerjaannya di kantor, dan Sheina tetap menjalani perannya sebagai ibu rumah tangga. Bedanya, entah ini hanya perasaan Sheina atau bukan, gadis itu merasa jika ada perubahan dalam sikap Alden kepadanya.
Bukan. Bukan perubahan buruk yang Alden tunjukkan, melainkan pria itu kerap kali menunjukkan ketertarikan pada dirinya. Dimulai dari perhatian kecil yang semakin dominan, hingga skinship yang semakin sering dilakukan, serta panggilan-panggilan sayang yang Alden lontarkan.
Tentu Sheina tidak bodoh untuk tidak mengetahui apa maksud dari pria itu, pun dirinya juga tak ingin mengelak jika ada secercah rasa nyaman yang mulai menyeruak ke permukaan hatinya. Mendapat serangan bertubi-tubi dari perubahan sikap Alden tentu membuat benteng pertahanan Sheina sedikit goyah.
Sedikit. Sheina tegaskan sekali lagi, hanya sedikit.
Sebab, sejatinya Sheina masih ragu untuk jatuh terlalu dalam. Takut-takut jika hal ini hanyalah sebuah kamuflase semata.
Rembulan telah memancarkan sinarnya tatkala Sheina baru saja memberikan polesan terakhir pada bibirnya. Gadis itu tengah bersiap, sebab Alden akan membawanya ke acara hari jadi perusahaannya.
Sheina menelisik sekali lagi penampilannya. Gaun sabrina hitam yang ia kenakan sangat pas membalut tubuh rampingnya.
Sheina melangkah menuju lantai satu rumahnya, di mana Alden telah menunggu. Entah mengapa ia sedikit gugup, takut-takut jika ada yang kurang dalam penampilannya.
"Mas..." panggil Sheina dan membuat sang pria mengalihkan atensinya.
Alden terpana. Gadis di hadapannya ini benar-benar menyita seluruh atensinya. Gaun yang ia belikan memang tampak sederhana, kendati demikian gaun itu terlihat sangat elegan membalut tubuh istrinya. Tidak terlalu terbuka, namun tetap dapat memancarkan aura kecantikan gadis itu.
"Mas, kok ngelamun? Dress-nya nggak cocok di aku, ya?" tanya Sheina.
Alden bangkit dari duduknya dan mulai melangkah mendekati sang istri. Netranya tak sedikitpun beralih, seolah Sheina menjadi pemandangan paling indah untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANA || MYG ✔️
RomancePerpisahan yang paling menyakitkan harus dialami Sheina dan Agam saat pernikahan mereka telah di depan mata. Sheina terpaksa melanjutkan pernikahan dengan Alden-Kakak Agam-sebagai pengganti calon suaminya. Kehidupan rumah tangga yang Sheina impikan...