R - 07

84 26 5
                                    

Please Support Follow, Comment, and Vote⭐

.

.

.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Setelah Sheina mendadak bisu akibat ulah Alden, gadis itu benar-benar tidak melontarkan tanya atau apapun itu. Ia hanya pasrah membiarkan sang pria membawanya entah kemana. Hingga saat ini, pemandangan yang ada di hadapannya itu membuatnya kembali tidak bisa berkata-kata.

Sheina tidak bisa menahan decak kagumnya tatkala mobil yang dikendarai Alden berhenti tepat di pelataran sebuah hunian mewah. Rumah dua lantai yang luasnya dua kali lipat dibandingkan tempat tinggalnya saat ini.

"Ayo, turun!" ucap Alden tiba-tiba membuyarkan lamunan Sheina. Pria itu mulai melepas sabuk pengamannya.

"Tunggu!" Sheina mencegah Alden yang akan membuka pintu mobil, "Ini rumah siapa?" imbuhnya.

"Rumahku. Memangnya rumah siapa lagi?"

Dahi Sheina mengerut dengan alis yang saling tertaut, "Buat apa Bapak ngajak saya ke sini, Pak?"

Alden berdecak kesal lalu menghela napasnya panjang, "Apalagi kalau bukan bertemu dengan anakku?"

Sheina membeku sesaat, berusaha untuk mencerna apa yang baru saja atasannya itu ucapkan.

"Eh? Apa saya nggak salah denger, Pak? Apa tadi yang Bapak bilang? Ketemu anak Bapak?" Sheina menelan ludahnya kasar, "Ta-tapi bu-buat apa, Pak?" sambungnya ragu-ragu.

"Buat ngenalin kamu sebagai calon mamanya, apalagi?" geram Alden tidak sabaran.

"Hah?"

Sheina membelalakkan matanya, tak bisa lagi menutupi keterkejutannya. Keinginan Alden yang akan menikahinya saja masih membuatnya terkejut, lantas pria itu kembali mengujinya dengan ini. Agaknya, sang pria memang berniat untuk membuat jantungnya berhenti bekerja.

"Kenapa kamu kaget begitu, Sheina?" Alden menyamankan posisinya, menghadap penuh ke arah sang gadis, "Bukankah sudah kubilang kalau aku akan menikahi mu? 

"Ck! Sudah berapa kali saya bilang kalau saya nggak mau nikah sama Bapak!" ketus Sheina.

"Nggak ada penolakan, Sheina. Suka nggak suka, mau nggak mau, aku akan tetap nikahin kamu!" pungkas Alden tak ingin dibantah.

"Kenapa Bapak malah maksa saya? Saya juga berhak nolak, Pak!" 

"Sheina, kamu mau nolak juga nggak bisa. Kamu lupa acara pernikahan itu tinggal beberapa hari lagi?"

Mendadak, sang gadis kembali menelan ucapan yang akan terlontar dari mulutnya. Tentu ia ingat jika rencana pernikahannya memang akan diselenggarakan beberapa hari lagi. Sheina juga merasa sangsi masih bisa membatalkan rencana itu atau tidak. Namun, dengan tekad yang kuat, sebisa mungkin dirinya akan menolak keinginan pria di hadapannya ini.

"Saya nggak peduli, Pak! Yang jelas, saya nggak mau nikah sama Bapak!" ucap Sheina keras kepala.

Alden memejamkan matanya sesaat, menarik napasnya panjang seraya berusaha meredam emosinya agar tidak tersulut. Ia paham, Sheina berusia jauh di bawahnya, sebab itulah Alden harus ekstra sabar menghadapi gadis itu.

"Sheina, kali ini aku benar-benar minta bantuan kamu. Aku butuh sosok Ibu untuk anakku," lirih Alden penuh permohonan. 

"Ta-tapi, nggak ha-harus saya juga, Pak. Masih banyak perempuan lain yang bisa Bapak jadikan istri."

RENJANA || MYG ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang