R - 32 (END)

106 20 4
                                    

⭐Please Support Follow, Comment, and Vote⭐

.

.

.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Dari banyaknya Negara Asia bahkan Eropa yang sang pria tawarkan untuk destinasi bulan madu mereka, Sheina tak kuasa untuk tidak memilih Prancis sebagai tujuan mereka kali ini.

Setelah malam itu, Alden mulai mempersiapkan semuanya serta memadatkan jadwal kerjanya agar ia bisa mengambil libur panjang. Kini dua minggu telah berlalu dan sepasang suami istri itu tengah duduk berdampingan di dalam sebuah pesawat sejak beberapa jam lalu.

Sejak awal perjalanan mereka, Sheina tak kuasa menahan decak kagumnya. Fasilitas super nyaman sebab sang pria memilih pernerbangan business class untuk mereka, serta pemandangan indah yang akan memanjakan kedua maniknya disisa belasan jam perjalanan ini.

Beragam ungkapan rasa syukur wanita itu rapalkan dalam hatinya. Setelah drama kesedihan yang menimpa dirinya, Sheina tak menyangka jika Tuhan menyiapkan pelangi indah untuk kehidupannya saat ini. Memiliki suami yang amat menyayanginya serta jiwa raga yang sehat merupakan hal yang patut ia syukuri.

Ah! Jangan lupakan gadis kecil dengan segala kecerewetan dan tingkah ajaibnya yang turut menyempurnakan dan meramaikan hari-hari Sheina.

Berbicara mengenai gadis kecilnya itu, membuat ingatan Sheina terlempar saat kejadian beberapa waktu lalu. Satu minggu sebelum perjalanannya ini, Karin datang menemui dirinya dan juga suaminya.

Banyak hal yang mereka bicarakan, termasuk permintaan maaf wanita itu atas perbuatan jahatnya. Karin juga menyampaikan jika dirinya akan benar-benar pergi dari kehidupan mereka. Wanita itu akan kembali melanjutkan karirnya di negeri orang dan kembali mempercayakan Kayla pada mereka.

Kala itu, Sheina amat bahagia sebab tanpa perlu bertanya, sudah jelas jika Alden mengabulkan keinginannya.

Bagi Sheina, kini semuanya telah sempurna. Lantas, tidak ada lagi yang menghalanginya untuk mengucap syukur atas nikmat yang ia miliki saat ini.

"Sayang.." panggilan Alden sontak membuat Sheina tertarik keluar dari perjalanan isi kepalanya, "Kenapa melamun, hmm?"

"Nggak, Mas. Seru aja liatin awan-awan itu," jawab Sheina setelah menoleh.

"Mau makan sesuatu nggak? Kamu belum makan loh dari kita berangkat."

Tak ada jawaban, hanya gelengan cepat yang Sheina berikan untuk suaminya. Ia pun telah kembali fokus dengan awan-awan putih yang masih mencuri perhatiannya.

Alden mengerutkan dahinya, seperti ada yang tidak beres dengan istrinya itu, "Kenapa, Sayang? Kenapa nggak mau makan, hmm?"

Sheina kembali memfokuskan atensinya pada sang suami. Menghela napas sesaat sebelum menjawab, "Perutku nggak enak dari bangun tidur tadi, Mas. Nggak tahu kenapa."

"Kamu masuk angin?" tanya Alden mulai sedikit panik.

"Nggak juga. Cuma nggak enak aja perutnya. Ditambah pas baru take-off tadi. Makin mual aku. Padahal nggak biasanya aku mabuk udara begini."

Entah Sheina pun sulit menjabarkan kondisinya. Dibilang masuk angin, sepertinya bukan. Hanya saya, perutnya terasa melilit, serta sedikit mual di menit-menit pertama saat pesawatnya lepas landas.

"Sayang! Jangan-jangan..."

Sheina sontak menoleh saat Alden berseru tiba-tiba. Ia menyipitkan matanya, tampak curiga dengan apa yang akan Alden ucapkan. Kecurigaannya semakin diperkuat dengan mimik wajah suaminya itu.

RENJANA || MYG ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang