R - 28

62 24 2
                                    

⭐Please Support Follow, Comment, and Vote⭐

.

.

.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷


Satu hari berlalu sejak kedatangan Alden, Sheina masih enggan kembali ke rumah suaminya. Ia masih betah dengan pendiriannya. Entah apa yang masih menjadi pertimbangan gadis itu, sejatinya Sheina pun tak tahu.

Tentu Sheina merasakan kerinduan yang mendalam. Ada perasaan kosong, sebab dirinya telah terbiasa dengan kehadiran Alden beberapa bulan ini. Tak ketinggalan, kerinduan yang mencuat juga ia rasakan untuk anak sambungnya. Hari-harinya terasa sepi tampa celotehan nyaring putri kecilnya itu.

Sheina merapikan penampilannya sekali lagi. Dress tiga perempat biru laut itu sangat pas membalut tubuh rampingnya.

Gadis itu bergegas keluar dari kamar, namun baru saja ia membuka pintu langkahnya terhenti saat melihat presensi ibunya.

"Sheina, baru aja Ibu mau panggil," ucap Heni seraya menelisik penampilan anaknya dari ujung kepala hingga kaki.

"Kenapa, Bu?"

"Kamu mau ke mana?" bukannya menjawab, Heni justru balik bertanya.

"Eh.. itu, mau.. mau.. ke sekolah Kayla, Bu," jawab Sheina dengan suara yang semakin mengecil.

Kali ini Sheina tidak berbohong. Ia memang ingin mengunjungi sekolah putri kecilnya. Entah mengapa sejak semalam rasa rindunya pada gadis kecil itu semakin sulit dikondisikan. Ditambah, ia mendadak cemas entah apa penyebabnya. Seperti rasa khawatir yang Sheina sendiri sulit mendeskripsikan.

"Ohh,, tumben. Ada pertemuan orang tua apa gimana?"

Sheina berdehem berusaha menetralkan dirinya yang mendadak gugup itu, "Ng-nggak ada, 'sih, Bu. Cuma pingin ke sana aja."

Heni mengulas senyum tipis. Sangat tipis. Sebagai seorang ibu, ia tentu tahu apa yang terjadi dengan anaknya, pun dirinya peka dengan apa yang dirasakan oleh anak semata wayangnya itu. Tanpa perlu dijelaskan, Heni paham jika saat ini naluri Sheina sebagai seorang ibu tengah bekerja.

"Ibu ada apa?" Sheina bertanya saat tidak ada jawaban dari ibunya.

"Nggak ada apa-apa. Niatnya Ibu cuma mau tanya kamu ada mau nitip sesuatu nggak. Ibu mau ke minimarket depan."

"Ohh.. nggak usah, Bu. Sheina belum butuh apa-apa."

"Ya udah kalau nggak ada yang dititip. Kamu berangkat naik apa? Taksi?"

"Iya taksi, Bu."

"Ya udah hati-hati."

"Sheina pamit, ya, Bu," pamit Sheina.

Heni mengangguk lalu membiarkan sang anak pergi dari hadapannya. Besar harap ia langitkan agar setelah ini permasalahan rumah tangga anaknya segera selesai.

Sheina asik menatap jalanan di sekitarnya tatkala kuda besi yang ditumpanginya mulai melaju. Netranya fokus menatap jalan, namun pikirannya sibuk dengan hal lainnya.

"Mama, Kay mau makan sama Mama."

"Mama, Kay mau pasta buatan Mama."

"Mama, tolong bantu Kay mewarnai."

"Mama jangan kemana-mana, temani Kay tidur."

"Mama.."

"Mama.."

RENJANA || MYG ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang