Eps 7: Calling You

952 83 9
                                    

Sea sudah merasa ada yang aneh sejak senyum ganjil Langga dua hari lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sea sudah merasa ada yang aneh sejak senyum ganjil Langga dua hari lalu. Belum lagi Langga menyebutnya sebagai 'hadiah pertama'. Apa lelaki itu sengaja memberikan tugas agar Sea mengurus si penulis bandel? Sebab sudah dua hari pesan dan telpon Sea tidak direspons.

Mata Sea sudah memanas karena seharian menatap layar komputer. Kabarnya Star Media ada project penandatangan buku untuk penulis pertama mereka yang sekarang sudah mulai dikenal, yaitu Authorblue. Sedangkan Sea dan tiga editor magang lainnya belum diikut sertakan dalam project tersebut. Jadi, Sea harus berkutat dengan si penulis bandel yang belum juga menjawab pesan-pesannya

"Minum dulu, biar agak seger," kata seseorang. Suara dan aroma citrusnya mulai familiar di telinga serta indra pembau Sea. Ia mendongak dan menemukan Raki tersenyum lebar memperlihatkan lesung pipi. "Belum bisa dihubungi juga, Se?"

"Belum, Mas. Kalau sampai dua jam ke depan masih nggak bisa, aku harus ke alamat yang tertera di biodata dia," kata Sea, "makasih minumannya, Mas."

Lagi-lagi Raki mengulas senyum termanis yang pernah Sea lihat. Aduhai! Untung saja ada Raki di antara sumpeknya menunggu kabar si penulis bandel. Sekarang Sea jadi curiga kalau Langga benar-benar mengibarkan bendera pembalasan dendam.

"Dua jam lagi, ya?" Raki mengangkat tangan hanya untuk mengamati jarum jam di arlojinya. "Aku ada urusan juga di luar. Mau ketemu Siska. Mau sekalian bareng aja, nggak?"

"S-Siska?"

Apalah Seana Fidelya! Ia malah tertarik dengan nama itu. Bukankah harusnya lebih kaget karena diajak berangkat bareng oleh seorang Raki Widi? Baru-baru ini Sea mendadak jadi stalker-nya Raki. Ia mencari tahu sosial media lelaki itu dan Sea makin mengidolakan sosoknya. Raki sering mengunggah foto-foto saat bermain musk, khususnya gitar.

Lelaki itu ternyata jago bernyanyi. Suaranya yang sedikit nge-bass bikin Sea menghalu diajak voice call. Walahdalah! Sepertinya Sea bakal jadi fangirl Raki. Setelah jatuh cinta dengan pesona Zoro, sepertinya di real life, Sea kepincut suara Raki. Oh, bukan hanya suara, tetapi wajah tampannya juga. Plus kemahirannya dalam bermain gitar dan bernyanyi.

"Iya, Siska. Authorblue yang kemarin ke sini meeting sama aku dan Pak Langga," kata Raki yang duduk di tepi meja Sea. Kebetulan siang itu sedang tidak ada Langga di ruangannya, jadi para editor agak santai.

"Oh, yang kemarin."

"Gimana? Mau bareng nggak?"

"Boleh, Mas. Itu pun kalau nggak ngerepotin." Sea nyengir lebar sesaat sebelum menyesap minuman dingin yang dibelikan oleh Raki. Walaupun Raki tidak hanya membeli untuknya. Namun, semua editor dibelikan dan dibagi-bagikan.

"Nggak, lah. Aku yang nawarin. Semangat, ya, kerjanya! Penulis yang kamu tangani emang agak bandel, tapi bukan berarti kamu bisa langsung menyerah," cetus Raki, lalu berjalan ke mejanya. Pria jangkung berusia 26 tahun itu kemudian duduk di kursinya, lalu fokus pada layar komputer.

Editoromance√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang