Eps 25: Escape

865 70 0
                                    

Merasakan kondisinya sudah lumayan membaik, Sea memutuskan datang ke kantor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Merasakan kondisinya sudah lumayan membaik, Sea memutuskan datang ke kantor. Dua hari setelah dirawat, ia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa selain meratapi perbuatannya. Tahu betul jika itu adalah tindakan yang bisa saja membahayakan dirinya lebih jauh. Untung para preman itu tidak berbuat yang lebih buruk dari sekadar memukul sampai pingsan dan menyeret tubuh Sea.

Sebenarnya Sea agak ragu-ragu menjejakkan kaki ke gedung penerbitan. Lebih takut bertemu Langga. Sebab, bayangan kemarahan Langga hari itu di rumah sakit masih membayanginya. Sea harus bersyukur bisa membuat pria senewen itu berubah diselimuti kekhawatiran.

"Sea?"

Kalimat Sea terhenti karena panggilan itu. Ia menoleh ke samping dan menemukan Raki berjalan tergopoh-gopoh dari arah halaman parkir. Wajahnya tidak kalah menampilkan kekhawatiran.

Jika dahulu Sea merasa senang karena Raki menunjukkan perhatian, maka sekarang ia bisa mengatasi perasaan itu. Sejak Yessika mengatakan kebenaran tentang Raki, Sea jadi mikir-mikir untuk serius menyukai sang managing editor. Berteman saja rasanya sudah cukup.

Kedua tangan Raki terjulur meraih bahu Sea. "Kamu ... kenapa ada di sini? Istirahatlah. Jangan masuk kerja kalau masih sakit," katanya diburu nada cemas.

Sea terkekeh sebentar. "Aku udah sembuh, Mas. Lagian nggak ada luka parah. Sekarang aku udah jadi editor tetap di Star Media, nggak mungkin aku meninggalkan pekerjaanku begitu saja."

"Iya, kami tau kamu adalah editor tetap, tapi jangan sampai membahayakan dirimu lagi. Bikin aku ... nggak, tapi kami semua khawatir. Termasuk Pak Langga," kata Raki.

Mendengar nama Langga membuat Sea meringis. Bagaimana jika nanti berhadapan dengannya? Mereka tidak berbicara lagi setelah pembicaraan singkat di rumah sakit. Pembicaraan yang diakhiri oleh Langga secara sepihak karena kekesalannya terhadap aksi nekat Sea.

"Se, berjanjilah untuk nggak akan melakukan hal-hal yang bisa membahayakan kamu. Urusan pribadi penulis bukan urusanmu, terlepas dari apa pun niat baik yang ingin kamu lakukan," ujar Raki mengangkat kelingking kanannya.

Seperti anak kecil yang membuat perjanjian dengan cara menautkan jari, Sea pun terkekeh sesaat. "Janji, Mas," katanya setelah menautkan jari dengan Raki.

Barangkali ia tidak akan bisa memiliki lelaki itu, tetapi paling tidak mereka bisa berteman. Sea tidak mau bersama seseorang yang masih tinggal di masa lalu. Walaupun kabar itu hanya didengarnya dari Yessika. Bukankah sepatutnya ia antisipasi sebelum terlalu jauh melangkah?

"Yuk, masuk!" ajak Raki.

Keduanya berjalan menuju arah lift. Ketenangan dan kelegaan Sea tidak berlangsung lama. Sebab, terlihat Langga berdiri di depan lift seraya memasukkan tangan tangan kiri ke dalam saku celana. Tangan kanannya menentang segelas kopi dengan asap mengepul.

Ingin sekali Sea berlari dan kabur hanya untuk menghindar. Namun, melakukan pelarian diri agaknya bukan keputusan yang tepat. Masalah tidak akan selesai hanya karena kabur. Malah akan terus membayangi sampai-sampai hidup akan sulit tenang.

Editoromance√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang