Eps 28: Now Or Never

864 66 0
                                    

Meskipun tidak mendengarnya, tetapi Langga sudah bisa menebak apa yang diobrolkan oleh Mbak Anjani dan Sea

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Meskipun tidak mendengarnya, tetapi Langga sudah bisa menebak apa yang diobrolkan oleh Mbak Anjani dan Sea. Apalagi ketika wajah Sea yang sesekali tampak sungkan.

"Nak Langga serius mau pergi?"

Suara Niken tiba-tiba membuat Langga mengalihkan perhatian dari Sea dan Mbak Anjani. Ia sampai lupa kalau sejak tadi sedang berhadapan dengan ibunya Sea. Senyum tipis terlukis singkat di bibir pria tersebut, bersama anggukan samar. Tadinya tidak mau mengabari siapa pun lebih dahulu, tetapi ia justru tidak sengaja mengucapkannya di depan Niken.

"Kapan perginya? Apa Sea tau ini?" tanya wanita itu lagi.

Langga menggeleng. Lagi pula buat apa? Ia bahkan belum memberitahu ayahnya sendiri. Hanya Regita dan Rangga yang baru mengetahui hal tersebut. "Saya nggak mau siapa tau, Tante. Orang-orang di kantor juga belum ada yang tau."

"Begitu?" ucap Niken diiringi wajah sendu.

"Makanya saya ikut ke sini, mau memastikan Sea akan kembali bekerja. Kalau Sea keluar juga, nanti kantor akan kekurangan editor lagi, lalu mencari yang baru. Terlalu ribet."

Lagi, Niken mengangguk. "Kalau begitu, berarti Tante nggak boleh ngasih tau Sea juga?"

"Tolong, ya, Tante. Nanti saja saya ngasih tau semua pekerja di kantor." Untuk yang satu ini Langga memang sangat berharap.

Selama sekian detik Niken memperhatikan Langga. Justru raut wajahnya yang terlihat keberatan. Entah mengapa. Kendati demikian, wanita di depannya langsung mengangguk.

Atensi Langga kembali teralihkan pada Sea dan Mbak Anjani. Kedua wanita berbeda usia itu ternyata sudah beranjak dan berjalan menuju pintu. Buru-buru Langga berdiri, diam sejenak di ambang pintu geser menuju halaman belakang seraya menatap Sea tanpa ekspresi.

Sea tampak menoleh, terheran-heran ditatap demikian. Pada detik berikutnya, Langga menyudahi aksi itu. Ia berjalan menghampiri mereka untuk segera pergi dari rumah tersebut.

"Sea, tolong pikirkan lagi, ya," pinta Mbak Anjani sambil menggenggam jemari Sea.

"Iya, Mbak. Makasih udah dateng hari ini." Sea berucap sangat canggung nan sungkan.

Lalu, Mbak Anjani mengangguk. Berlalu ke mobil Langga sesaat setelah menyalami Niken. Sedangkan Langga masih di sana, menatap Sea yang terlihat super grogi. Langga menebak bahwa perempuan itu sengaja menghindar dari tatapannya. Menatap apa pun selain wajah Langga.

"Nak Langga hati-hati, ya," kata Niken membuka percakapan.

"Iya, Tante."

"Sea, anterin ke depan, gih. Mama mau ke belakang sebentar." Niken menyikut lengan anak gadis satu-satunya.

Hanya anggukan pasrah yang diperlihatkan Sea begitu lesu. Kendati demikian, ia tetap menyeret langkah bersama Langga, berjalan beriringan dengan canggung. Seharusnya Langga mengatakan sesuatu, tetapi terasa begitu berat kata-katanya keluar.

Editoromance√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang