Bersama Raki, Langga tengah disibukkan dengan perancangan jadwal terbit Star Media untuk dua bulan ke depan. Bergabungnya SagaAuthor menambah kegembiraan dalam benak Langga. Maka Star Media lagi-lagi akan menerbitkan naskah berkualitas.
Satu hal yang mengusik Langga sekarang, yaitu kondisi yang cukup merepotkan. Mengingat Mbak Anjani sedang kacau dari segi mental. Beberapa waktu lalu Langga mendengarnya dari Sea. Hal itulah yang memicu niat Mbak Anjani yang berubah-ubah.
"Tapi, Mbak Anjani belum menekan kontrak, Pak. Apa nggak apa-apa kalau kita mempertahankan naskahnya?" tanya Raki yang membuat lamunan Langga langsung bubar.
"Saya akan bicarakan dengan Sea tentang perkembangan kondisi Mbak Anjani," kata Langga. Ia sudah kukuh ingin membawa Mbak Anjani bergabung dengan Star Media.
Lebih-lebih wanita itu sudah berjanji pula akan menemui Langga dan Sea lagi. Tentu saja untuk membicarakan kontrak, naskah, dan alur penerbitan. Langga tidak mau melepaskannya. Apalagi kalau sampai Mbak Anjani memilih Bahtiar Pustaka. Lagi-lagi, Langga pasti akan menghadapi sang ayah, lalu diremehkan.
Raki mengangkat pergelangan tangan kirinya sesaat. "Ini udah setengah jam Sea nggak ngabarin saya," katanya.
Kedua alis Langga bertaut sesaat. "Ini akhir pekan, kenapa Sea harus mengabari kamu?"
"Beberapa jam lalu dia mengabari ingin mendatangi Mbak Anjani lagi. Saya memintanya mengabari lagi, bagaimanapun keputusan beliau." Raki lalu mengecek ponsel.
Lagian di akhir pekan begini, mana ada orang yang rela ke kantor untuk bekerja? Sayangnya, Langga merasa dirinya mirip dengan Raki. Sama-sama pekerja keras. Apalah arti akhir pekan? Jika bekerja adalah prioritas mereka.
Pun Raki tidak menolak saat Langga mengajaknya ke kantor untuk membicarakan masalah penjadwalan. Hal itu membuktikan bahwa Raki memang pekerja keras atau semata tidak bisa menolak keinginan sang atasan. Entahlah. Langga tidak mau tahu.
"Kenapa Sea harus menghubungi kamu?" tanya Langga, lagi. Ia terusik karena hal itu.
Kedua alis Raki bertaut, sorot matanya menyimpan keheranan. "Karena Sea memang sering seperti itu. Ini masalah pekerjaan, Pak. Bukan masalah pribadi."
"Maksudmu?"
Gerakan tangan Raki yang sedang menumpuk kertas pun terhenti. Ia mencondongkan tubuh ke arah pria berkemeja abu di depannya. "Pak Langga sekarang sepertinya cukup dekat dengan Sea. Jadi sering bicara berdua."
Ah, kejadian waktu itu di halaman parkir rumah sakit. Apa Raki sedang membahas hal itu? Tatkala Raki tiba-tiba datang, menyudahi aksi tatap-menatap di antara dirinya dan Sea.
Kedua sudut bibir Langga berkedut menahan senyum. Apa sekarang dirinya memang sedekat itu dengan Sea? Sungguh terlihat seperti itu? Lalu, mengapa pula Raki membahasnya? Cemburu, kah? Langga terus memikirkan asumsinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Editoromance√
RomanceSea bermimpi menjadi editor profesional. Namun, di usia ke 24, ibunya mendesak agar Sea ikut kencan buta. Demi menghindari kencan buta, ia meminta seseorang menggantikannya. Ternyata itu tidak berjalan lancar karena rencana tersebut gagal total. Ke...