Dua hari berlalu sejak Sea keluar dari rumah sakit akibat diserang alergi. Sejatinya, sampai usia sekarang Sea masih tidak bisa makan-makanan laut. Alergi itu pasti akan kambuh. Persis seperti dua hari lalu.
Anehnya, Sea mendapati Langga dengan penuh sukarela membawanya ke rumah sakit. Butuh waktu beberapa jam bagi Sea agar bengkak di lidah dan bibirnya hilang. Sempat pula ia merasa mual-mual seperti biasa, ketika tidak sengaja memakan makanan laut.
Hari itu Yessika terlihat sangat panik. Namun, ternyata alergi Sea ternyata tidak separah itu, sampai harus membuatnya pingsan atau dirawat berhari-hari. Kendati demikian, Langga menyuruhnya untuk tidak ke kantor penerbitan selama beberapa hari. Sea senang-senang saja diminta libur, tetapi di rumah terus membuatnya bosan. Akhirnya hari ini dia datang ke kantor Star Media.
"Lo yakin udah nggak apa-apa, Se?" tanya Yessika ketika Sea baru saja datang.
"Aman, Mbak."
"Tapi, di area bibir lo masih agak merah gitu." Tampak Yessika tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.
Sea meraba-raba bibir sesaat. "Iya, sedikit. Cuma udah baikan."
"Gue khawatir, Se. Maaf, malam itu gue maksa lo makan nasi gorengnya. Maaf, gue nggak tau."
Gadis berwajah bulat itu mengibaskan tangan di depan wajah. "Udah, Mbak. Nggak masalah. Gue baik-baik aja."
Bertepatan dengan itu, Raki dan Langga masuk ke ruangan tim redaksi. Melihat kedatangan Langga, Sea langsung berpaling dari sorot mata sang pimpinan. Sedangkan editor lain menyapa dengan ramah. Ia malah memperlihatkan reaksi berbeda. Sopan, kah, begitu? Sea menghela napas dan memberanikan diri menyapa dengan seulas senyum penuh paksaan.
Sepasang mata Langga mengamati sebentar, lalu sang pemilik bergegas masuk ke ruangannya. Padahal tidak terjadi hal-hal memalukan. Namun, Sea merasa sangat canggung. Ini bermula ketika dua hari lalu saat Sea dibawa ke rumah sakit. Sikap Langga jadi sedikit lebih ramah, terlebih ketika Niken datang ke rumah sakit karena dikabari oleh Sea.
"Biar saya yang antar Sea dan Tante pulang," kata Langga dua hari lalu.
"Oh, nggak perlu." Justru Sea yang menolak. Ia tidak mau merepotkan sang pemred. "Terima kasih banyak karena Pak Langga sudah menawarkan kami dan membawa saya ke rumah sakit, tapi saya bisa pulang berdua mama."
Sialnya, Sea mengenal betul tabit sang mama. Apalagi jika berhubungan dengan cowok ganteng—versinya. Pun Langga adalah selera Niken, selera menantu idaman, katanya. Jadi, Niken tidak membiarkan Sea menolak ajakan Langga.
"Ini sudah malam, sulit nyari taksi atau naik angkutan umum. Kalau Nak Langga nggak keberatan, saya mau diantar pulang. Sea juga mau, dalam hatinya pasti senang kebangetan," ungkap Niken membeberkan. Tentu dengan sentuhan bumbu kebohongan sedikit.
Senang? Kenapa Sea harus senang diantar pulang oleh Langga? Mamanya memang suka sekali asal bunyi. Sayangnya, Sea tidak bisa memprotes. Malam itu Langga-lah yang mengantar mereka sampai rumah. Tak sampai di sana, Niken masih sangat menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Editoromance√
RomanceSea bermimpi menjadi editor profesional. Namun, di usia ke 24, ibunya mendesak agar Sea ikut kencan buta. Demi menghindari kencan buta, ia meminta seseorang menggantikannya. Ternyata itu tidak berjalan lancar karena rencana tersebut gagal total. Ke...