Eps 12: Keep a Secret

812 73 0
                                    

"Kalau gitu kita ke tempat dia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kalau gitu kita ke tempat dia. Kamu udah hubungi Dinda, 'kan?" tanya Langga sesaat setelah Sea masuk ke ruangannya dan melaporkan bahwa Dinda tidak bisa ke kantor Star Media.

"Udah, Pak. Kondisinya mendesak sekali. Ibunya kritis semalam." Sea menjawab hati-hati.

Sebenarnya Langga tidak pernah bertemu dengan penulis di luar kantor selain dengan Siska. Lagi pula, Star Media juga belum punya banyak penulis. Namun, kali ini untuk memastikan apakah Sea berani bertanggung jawab atas informasinya, Langga harus memastikan.

"Pak Langga kalau sibuk, saya bisa pergi dengan Mas Raki," kata Sea memberikan usul.

Bersama Raki? Langga menatap Sea selama sekian detik. Tiba-tiba saja lelaki itu diburu rasa penasaran. Apakah iya, Sea dan Raki sudah begitu dekat? Atau memang hanya sekadar bentuk profesional antar rekan? Sial, mengapa pula Langga sampai mencari tahu segala lewat terkaan dalam kepalanya?

"Saya nggak sibuk," ucap Langga seraya berdiri dari kursi bersandaran tinggi. Meraih jas dan kunci mobil di dekat komputernya. "Kalau kamu nggak ikut, berikan saya alamatnya. Biar saya yang pergi."

"Eh? Dinda adalah penulis yang saya tangani, jadi nggak apa-apa. Saya ikut, Pak."

"Baguslah kalau kamu sadar."

Tanpa berkata apa pun lagi, Langga melangkah lebih dahulu. Sedangkan Sea memberengut jengkel karena lagi-lagi akan terjebak berdua dengan lelaki itu. Ya, walaupun untuk mengurus pekerjaan.

Sebelum keluar dari ruangan tim redaksi, Langga melirik Sea yang masih ada di meja kerjanya. Terlihat sedang berbincang sebentar dengan Yessika dan Raki. Astaga! Apa dia tidak bisa mempercepat langkah? Padahal Langga sudah bergerak secepat mungkin.

"Sea?" tegur Langga dengan suara cukup keras.

Gadis itu bergegas menghampiri Langga. Keduanya berjalan beriringan menuju lift. Lagi-lagi hanya berdua karena lift cukup sepi. Sampai-sampai Langga sesekali melirik, lalu merasa agak canggung juga. Kejadian di rumah Langga saat Sea membantu membenarkan lampu benar-benar masih lekat dalam ingatan pria tersebut. Ia masih tidak percaya jika gadis bertubuh kecil di belakangnya bisa melakukan pekerjaan itu.

"Sea?" panggil Langga seraya berbalik sesaat.

Tampak Sea menahan kantuk dan menegakkan punggung ketika suara Langga terdengar. Gadis itu mengejap sebentar. "Kenapa, Pak? Ada masalah?"

"Kamu ketiduran lagi?"

"N-nggak. Tapi, memang saya agak kelelahan."

Langga menghela napas. "Nggak usah curhat. Semua yang bekerja juga lelah. Apa karena naskah di Bookland? Tiga editor magang lainnya sudah menyetor naskah dan diperiksa oleh Raki. Tinggal kamu yang belum."

"Iya, saya belum mendapat jawaban. Tapi, seperti saran Pak Langga, saya menghubungi beliau lewat sosial media dan kontak apa pun yang bisa dihubungi." Suara Sea terdengar sangat bersemangat.

Editoromance√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang