Senyum Sea merekah lebar tatkala melihat laman sosial media Star Media. Hari ini naskah Dinda tepat dibuka untuk penjualan. Saat Sea membuat kolom komentar di unggahan Star Media, ternyata banyak teman-teman gadis itu yang mengucapkan selamat.Sekarang buku Dinda benar-benar bisa diterbitkan. Pagi-pagi sekali Sea mendapatkan pesan dari Dinda, berterima kasih dan mengucapkan rasa syukurnya. Untuk itulah suasana hati Sea sangat bagus sejak datang ke kantor Star Media.
"Lagi seneng, nih." Yessika baru saja kembali dari kamar mandi, lalu menarik kursi dan duduk di dekat Sea.
"Kelihatan ya, Mbak?"
"Banget. Selamat, Se. Jarang-jarang ada editor magang yang dikasih kesempatan langsung menangani naskah penulis sama Pak Langga. Editor yang lain pada dapat tugas akuisisi sekarang. Gara-gara kerjasama Star Media dan Bookland. Pada keriting, deh, tuh jari nyari naskah di platform," kata Yessika seraya bergidik ngeri.
"Kalau gue suka, Mbak. Soalnya bisa baca naskah beragam secara gratis pula. Cuma, ya ... mata gue jadi suka lelah kalau udah begadang buat nyari naskah."
"Lo begadang, Sea?"
"Sesekali. Seringnya begadang buat ...." Kalimat Sea terhenti tatkala melihat Raki masuk bergerombol dengan beberapa editor pria. Ia selalu mencolok di antara kerumunan.
Yessika berdeham sesaat. "Bisa-bisanya lo kepincut Mas Raki."
Menyadari dirinya yang dilontarkan ucapan itu, Sea mengibaskan tangan di depan wajah. "Nggak, Mbak. Cuma kagum aja."
"Begitu, ya. Ya, memang ... siapa yang nggak kagum sama Mas Raki? Gue mau balik kerja dulu."
Saat Sea hendak membuka mulut untuk menanyakan keganjilan ucapan Yessika, Raki lewat di depan meja Sea. Bisa-bisanya aroma Raki sangat familiar sekarang. Senyumnya yang manis dihiasi lesung pipi selalu gampang tergambarkan. Lelaki itu mendekat dan meletakkan secangkir es kopi untuknya.
"Diminum, ya," kata Raki.
"W-wah, terima kasih, Mas." Akhir-akhir ini Raki memang sering membelikan Sea es kopi dengan merk yang sama. Sea sampai dibuat bingung, tetapi di sisi lain berdebar-debar. "Enak, Mas. Seperti biasa."
"Baguslah kalau kamu suka. Kupikir juga kamu pasti bakal suka. Daripada minum jus terus tiap hari, nggak bosen apa?" Raki melirik gelas plastik kosong yang biasa terlihat saat Sea membeli jus.
"Tapi, jusnya juga sehat, Mas."
"Iya, tau. Kopi lebih ampuh bikin nggak ngantuk saat kerja." Laki-laki itu mengulas senyum sebelum Sea menjawab. "Oh ya, hari ini makin cantik aja kamu, Se." Ia berlalu dan duduk di kursinya.
Kalau dipuji begitu Sea juga bakal tidak fokus kerja. Benarkah dia makin cantik? Walaupun semalam agak takut dengan ucapan Raki, soalnya mereka bertukar pesan sampai jam sebelas lebih. Raki menyarankan agar Sea sering mengenakan pakaian berwarna-warna pastel saat sedang bekerja. Katanya cocok untuk Sea dan kelihatan jauh lebih cantik. Rambut Sea harus dibiarkan terikat, tidak tergerai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Editoromance√
RomanceSea bermimpi menjadi editor profesional. Namun, di usia ke 24, ibunya mendesak agar Sea ikut kencan buta. Demi menghindari kencan buta, ia meminta seseorang menggantikannya. Ternyata itu tidak berjalan lancar karena rencana tersebut gagal total. Ke...