12. Trauma Mereka

27 14 11
                                    

"Siapa yang lo bunuh, Adimas Bagaskara?"

Mendengar hal tersebut, Dimas mematung ditempat. Kedua tangannya bergetar hebat dan berkeringat dingin, trauma tentang masalalunya kembali datang. Memori tentang kematian sahabatnya, Floren.

Seakan tak menerima jawaban, Celine mengulurkan tangannya dan mencengkram kedua bahu Dimas dengan sedikit tekanan. "Siapa yang udah lo bunuh?!" teriak Celine dengan nada yang bergetar.

Hal tersebut membuat beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang sedang berada disana menoleh kearah mereka. Mereka berlima menjadi sorotan publik, ada yang berbisik-bisik dan ada juga yang hanya saling tatap menatap seakan Celine, Dimas, Nathan, Rino dan Febri adalah tontonan.

Rino yang merasakan aura negatif tersebut bangkit dari tempat duduknya dan memegang tangan kanan Celine. "Cel ini didepan umum, Cel.."

Celine menghempaskan tangan Rino yang memegang tangannnya. "Lo enggak perlu ikut campur!" ucap Celine dengan nada bicara yang tak biasanya, dingin.

Febri yang ikut melihat kejadian tersebut ikut melerai. "Celine ayo kita ketempat yang cocok buat berdiskusi tentang ini."

Celine tak menanggapi perkataan Febri, tatapan gadis itu fokus pada Dimas yang sampai saat ini tidak bersuara. Seakan geram, Celine menatap Dimas dengan tatapan sulit diartikan dan terkesan sangat dingin. "Jadi lo pembunuh?!"

Dimas masih tak bersuara, lidahnya seakan kelu. Kepalanya merasakan sakit yang amat dalam, pria itu mengeram kesakitan dan menjambak rambutnya dengan kedua tangannya. "Bukan gue! Bukan gue!"

Celine yang melihat hal tersebut seketika mundur selangkah. Sungguh, ini bukanlah Dimas yang ia kenal sebelumnya. Gadis itu ternyata belum sepenuhnya mengenal Dimas.

Rino yang tidak ingin terjadi hal lebih pun akhirnya menatap Celine dengan tatapan bersalah. "Sorry Cel, tapi gue harus bawa Dimas sekarang!"

Setelah mengatakan hal tersebut, Rino membawa Dimas yang masih memegangi kepala dan menjambaknya dengan gemetaran. Febri yang melihat Rino membawa Dimas pun akhirnya ikut mengekor. Namun sebelum pergi, Febri sempat berkata pada Celine dengan tatapan tak terbaca. "Lo jahat, Cel!"

Celine yang menerima perkataan-perkataan tersebut diam ditempat, gadis itu bingung dengan apa yang telah terjadi. Ia mengusap-usap telapak tangannya dengan gelisah. Sial, gadis itu akan kambuh lagi.

Sedetik kemudian Celine melangkahkan kaki dengan cepat kearah yang berlawanan. Gadis itu bahkan lupa dan meninggalkan Nathan seorang diri disana. Ia hanya fokus pada dirinya sendiri dan takut sesuatu akan terjadi kepadanya.

Sementara itu ada sosok pria yang sedari tadi melihat semuanya dan tetap diam. Pria itu mengunggingkan bibirkan keatas dan tersenyum miring. Ia merasa senang dan menang, pria tersebut tak lain dan tak bukan adalah Nathan Immanuel.

***


Tetesan darah muncul dipergelangan tangannya. Gadis itu menatap nanar dengan bergelimang air mata. Celine baru saja menggoreskan pergelangan tangannya menggunakan jarum pentol yang berada diwastafel toilet dikampusnya.

Tanpa sengaja, Celine mengambilnya dan masuk kedalam bilik toilet. Lalu menggoreskannya sehingga mengeluarkan darah segar walau hanya beberapa tetes saja.

Jika sudah berada dilevel yang sangat mengecewakan, sama seperti biasanya Celine akan melukai dirinya sendiri dengan menggunakan benda-benda tajam disekitarnya. Perilaku tersebut sudah berjalan hampir lima tahun dan hampir setiap bulan Celine melukai dirinya sendiri.

Relationshit! [TERBIT-OPEN PO✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang