16. Pengakuan Tak Terduga

31 14 9
                                    

"Siapa Dimas?" tanya pria paruh baya yang sedang duduk tepat diatas kursi ruang tamu.

Celine yang baru saja memasukki pintu utama tersebut seketika tersentak kaget, ia tidak menyangka Panji sudah ada dirumah.

"Papa tanya siapa Dimas, Celine?" tanya Panji kembali. Dari nada bicaranya, bisa Celine simpulkan bahwasannya pria parah baya tersebut sedikit tak suka.

"Teman Celine, Pa," ungkap Celine berbohong. Tentu saja gadis itu tidak berani berkata yang sebenarnya siapa Dimas baginya. Jika mengetahui Dimas adalah pacarnya, tentu saja Panji tak segan-segan untuk menyingkirkan Dimas dari kehidupan Celine.

"Teman?" tanya Panji sedikit tak percaya kepada anak semata wayangnya tersebut.

Celine mengigit bibir bawahnya merasakan kegugupan kembali menyapa dirinya. Hal tersebut membuat gerak gerik Celine sedikit gelisah, karena gugup dan juga karena berbohong.

Panji menghela napas panjangnya. "Itu anak teman Papa, Celine."

Sontak Celine mengangkat wajahnya yang semula tertekuk kebawah. Gadis itu terkejut bukan main, apa artinya semua ini bagi dirinya?

Tak mendapatkan respon dari anak semata wayangnya, Panji kembali bersuara. "Anak keluarga Bagaskara kan?"

Celine seketika menganggukkan kepalanya. "Iya Pa, benar."

Dehaman dari Panji membuat Celine mengalihkan pandangannya kearah kaki kembali karena merasa bersalah. Sepertinya berbohong kepada Panji bukanlah hal yang benar. Sungguh, raut wajah Panji tidak bisa ditebak sama sekali.

"Papa, Celine minta maaf.." ungkap Celine merasa bersalah, lebih baik gadis itu mengaku saja karena sudah kepalang basah. Ia tak meyangka bahwasannya Panji mengenal keluarga Bagaskara.

"Untuk?"

"Dimas teman cowok yang dekat sama Celine, Pa. Selain Rino dan juga Nathan dikampus," aku Celine.

Panji hanya diam menatap Celine dengan raut wajah tak terbaca membuat Celine sedikit gelagapan untuk bereaksi seperti apa. Oleh karena itu, gadis tersebut meminta maaf kepada Panji, selaku orang tua tunggalnya.

"Celine minta maaf, Pa. Celine akui jika Celine bersalah karena berdekatan dan punya teman dekat lawan jenis, Pa."

Panji tetap diam tak merespon apapun membuat Celine kembali berkata. "Celine minta maaf, Pa."

Dapat Celine lihat jika Panji menghela napas panjang dan menatap Celine penuh. "Dimas pacar kamu, kan? Apa Papa benar, Celine?"

Skakmat. Celine tidak bisa berkata apapun lagi. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Mungkin itulah perumpamaan yang dapat Celine deskripsikan kesialannya hari ini.

"Kenapa tidak menjawab, Celine? Apa Papa salah?"

Ditanya seperti itu, sontak Celine menggeleng pelan. "Enggak, Papa enggak salah."

"Hm? Karena apa?"

Celine menunduk lesu, rasanya ia ingin segera pingsan atau mati ditempat saja dibanding berhadapan dengan Panji yang sudah pasti akan meledak-ledak akhirnya.

Gadis itu menipiskan bibirnya kemudian menjawab dengan hati-hati. "Dimas pacar Celine, Pa."

"Lantas? Kenapa kamu berbohong dengan Papa tadi?"

Celine meneguk salivanya dengan susah payah seakan ada yang tersangkut ditenggorokkan. Gadis itu kembali menjelaskan dengan hati-hati. "Celine enggak berbohong semuanya, Pa. Awalnya Dimas memang teman dekat Celine, tapi sekarang jadi pacar Celine, Pa. Celine minta maaf.."

"Sudah berapa lama?"

"Tiga minggu, Pa.."

Sungguh, kedua lutut Celine entah kenapa tiba-tiba lemas. Ia tidak menyangka akan menjelaskan dan berbicara sepanjang itu dengan Panji setelah Lia, sang ibu meninggal dunia.

Relationshit! [TERBIT-OPEN PO✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang