19. Jiwa yang Penasaran

26 13 4
                                    

Seminggu sudah berlalu, hubungan antara Dimas dan Celine semakin dekat semenjak Dimas membantu Celine direstaurant minggu lalu. Kini gadis itu kembali beraktivitas berkuliah, tepat disampingnya terdapat Rino yang sedang menyantap makanannya. "No, gue mau tanya sesuatu deh.."

"Apa nih, Cel?" tanya Rino seraya mengunyah makanannya.

"Dimas pake obat terlarang enggak, sih?"

Rino mengerutkan dahinya karena bingung mendengar hal tersebut. "Obat terlarang semacam sabu-sabu gitu maksud lo?"

Celine menganggukkan kepalanya. "Iya, kayak narkoba gitu?"

"Enggak sih setau gue, Cel," ada jeda sebelum akhirnya Rino kembali melanjutkan, "kenapa emangnya, Cel? Mukanya emang keliatan kecanduan gitu, sih," lanjut Rino seraya terkekeh geli merasa bangga menistakan saudaranya sendiri.

"Ih! Gue serius tau, No!"

Rino menyerka air matanya yang sedikit keluar karena tertawa. "Lagian lo mah aneh-aneh banget, Cel. Mana bisa dia make-make obat terlarang gitu kayak narkoba."

"Tapi kan bisa aja, No."

"Gue yakin sih enggak," ada jeda lagi sebelum akhirnya Rino bertanya, "lo abis ngeliat Dimas ngapain emangnya?"

Celine menghela napas panjang dan menatap Rino penuh. "Gue ngeliat obat-obatan gitu dimeja belajarnya Dimas."

Rino tersedak makannya sendiri. "Lo ngapain masuk kamar dia, Cel? Yang bener aja, serem banget!"

"Lo mikir apa?" Celine mendorong dahi Rino kebelakang. "Otak lo mesum, anjir!"

Rino tertawa kembali. "Lagian lo ambigu banget tiba-tiba udah dikamar aja, Cel."

"Gue ngomong kan dimeja belajarnya, ya!"

"Enggak mungkin meja belajar diruang makan, kan? Pasti dikamar, Cel."

Celine menghela napas panjang. "Iya-iya dikamar," ada jeda sebelum akhirnya Celine kembali melanjutkan, "tapi enggak kayak yang lo pikirin, ya!"

"Iya Cel, iya gue paham," ujar Rino seraya terbahak dengan spontan.

Celine menggembungkan pipinya kesal. "Back to topic deh, lo pasti tau kan obat apa yang dikonsumsi Dimas?"

Rino melirik Celine sekilas dan kembali memakan makanannya. Sejujurnya Rino tidak ingin memberitahu siapapun itu, lebih baik mendengarnya langsung dari Dimas. "Gue enggak bisa bilang, Cel," ada jeda sebelum akhirnya Rino kembali melanjutkan, "mending lo tanya sama dia langsung, Cel."

Celine menghela napas panjang karena Rino tidak mau memberitahukan info tersebut. Akhirnya gadis itu kembali menyantap soto yang sedari tadi tidak ia sentuh.

"Lo percaya aja sama dia, gue yakin dia enggak mungkin pake-pake hal yang kayak gitu.."

"Lo mah bela dia banget, saudaranya ya?"

Rino mencibir kesal. "Nama belakang gue sama dia aja sama, njir! Sama-sama keluarga Bagaskara!"

Celine terkekeh kecil dan menyantap soto tersebut hingga mau habis tanpa sisa membuat Rino mengejeknya. "Lo doyan apa laper?"

"Laper banget gue, kayak enggak makan sebulan."

"Cih, alay!"

Celine melirik sekitarnya, tak sengaja matanya bertatapan dengan mata seorang gadis yang sedari tadi memperhatikannya. Gadis itu tidak mengenal siapa gadis tersebut lantas memberi kode Rino agar memperhatikan gadis tersebut.

"Lo kenal siapa dia, No?"

"Yang mana?"

Celine memberikan kode menggunakan tatapannya yang mengarah ke gadis yang sedang mengantre membeli makanan dikantin. "Itu yang pakai baju kemeja coklat."

Relationshit! [TERBIT-OPEN PO✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang