Celine melihat dirinya sendiri didepan cermin. Ia mengenakan atasan crop top dan rok selututnya. Gadis itu merapikan rambutnya yang panjangnya hampir sepinggang, ia sedikit tersenyum yang menujukkan keanggunannya.
Ketukan dipintu kamarnya membuat sang empu berjalan pelan dan membuka pintu kamar. Si pengetuk alias ART berdiri tepat didepan pintu kamar seraya berkata. "Maaf non, dokter Fahri sudah datang dan berada diruang tamu.."
"Suruh tunggu saya sebentar lagi."
ART tersebut menganggukkan kepala dan segera menuruni tangga sehingga meninggalkan Celine yang masih memperhatikan gerak gerik sang ART. Gadis itu tersenyum miring seraya menghela napas berat. Sungguh, mood nya hari ini tidak ingin hancur sia-sia.
Berselang beberapa menit kemudian, akhirnya Celine keluar kamar dan menuruni anak tangga satu persatu dengan perlahan. Ia sempak melengok kearah ruang tamu yang menampilkan sosok pria sedang duduk dengan tegap serta handphone yang biasa digunakannya untuk berkomunikasi dengan pasien-pasien lainnya.
Tepat didepan pria tersebut, Celine berdiri. "Saya tidak ada jadwal untuk kontrol hari ini, Dok."
Pria yang mengenakan jas putih itu menoleh kearah Celine. "Saya tahu jika kamu beberapa minggu ini sering kumat."
Karena merasa tak enak hati, Celine duduk tepat didepan pria tersebut. "Dokter tidak perlu kesini jika saya tidak membutuhkan."
Bisa dilihat jika Fahri menghela napas panjang. "Bagaimana kuliahmu? Apa berjalan dengan lancar, Celine?"
"Lancar," jawab Celine singkat. Sungguh, bukan hari ini yang cocok untuk bertemu sang psikiaternya.
"Bagus, saya turut senang mendengarnya.." ada jeda sebelum akhirnya Fahri kembali melanjutkan bicaranya dengan pertanyaan lagi. "Ada apa dengan pergelangan tangan kirimu?"
Celine refleks menoleh kearah pergelangan tangan kirinya. "Saya gores beberapa kali dengan jarum pentul."
"Kenapa?"
"Saya membutuhkannya saat itu."
Fahri menghela napas berat dan panjang. "Kamu tidak boleh sembrono, Celine. Apa kamu mau semua orang mengetahui kebiasaan kamu yang tidak wajar itu?"
Celine terlihat ciut. Sungguh, Celine tidak ingin siapapun mengetahui sisi gelapnya. Semenjak kepergian Lia, Celine memiliki kebiasaan yang harus dalam pengawasan dokter khusus, agar Celine tidak melakukan hal-hal yang berbahaya.
"Apa yang kamu rasakan saat itu?"
"Saya tertekan, Dok. Sungguh, rasanya saya ingin meledak dan marah."
Fahri menatap Celine penuh. "Kali ini apa sebabnya?"
Celine tampak sedikit ragu untuk mengatakannya, namun apa boleh buat, ia tidak bisa berbicara bohong dengan dokter spesialis dirinya. "Pacar saya pernah membunuh seseorang, Dok."
Sudah Celine duga jika pria didepannya ini terkejut bukan main. Lantas Fahri berucap. "Putuskan hubungan yang tidak pantas itu, Celine."
"Enggak, saya enggak mau."
"Kenapa? Itu sudah termasuk redflag, Celine. Kamu berhak untuk mendapatkan yang lebih dari itu."
Celine menggelengkan kepalanya. "Enggak! Saya enggak akan melepaskan dia!"
Fahri menghela napas panjang dan tersenyum. "Itu hak kamu dan saya sudah peringatkan. Sebaiknya kamu mencari yang lebih baik dari itu, saya rasa kamu bisa mendapatkannya," ada jeda sebelum akhirnya Fahri kembali melanjutkan, "ini juga demi kesehatan kamu, Celine. Kamu harus sembuh total agar kamu tidak melakukan hal-hal yang berbahaya untuk dirimu sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationshit! [TERBIT-OPEN PO✅]
RomansaDiterbitkan oleh Penerbit HWC Info pemesanan melalui shopee🛍️ °^° DM FOR MORE INFO °^° [ S U D A H R E V I S I ] ->> Berbeda dengan versi wattpad #sweetshitseries [R18+] "Gue mau keatas dulu ganti baju, lo mau ikut atau tinggal disini sendiri?" Ce...