24. Menjauh dan Menghilang

16 10 4
                                    

Tiga hari sudah berlalu, dan ketiga hari itulah Dimas tidak pernah bertemu dengan Celine. Bahkan semua akun sosial media milik Dimas sudah diblokir oleh Celine. Entah apa yang gadis itu rasakan sehingga memblokir seluruh akses untuk menghibungi dirinya.

Bahkan kemarin malam Dimas berada didepan rumah Celine, ia mencoba mengobrol dengan satpam yang berjaga didepan gerbang. Namun hasilnya nihil, tidak ada yang membuka suara tentang keadaan Celine sekarang. Sang satpam hanya berkata jika Celine tidak bisa ditemui dalam waktu seminggu kedepan. Artinya Dimas tidak akan mendapatkan informasi apapun maupun bertemu langsung dengan Celine Angelia.

Bahkan Rino sahabat karibnya tidak mengetahui keadaan Celine sekarang. Karena ketertinggalan mata kuliah, tentu saja Celine tidak bertemu dengan Rino yang sudah mulai menyusun skripsi dan tidak ada kelas untuk mata kuliah yang tertinggal.

Amira yang bahkan ternyata teman sekolah dasar Celine pun tidak mengetahui keadaan Celine. Bertemu secara langsung maupun virtualpun tidak. Akun instagram, tiktok, bahkan line milik Celine tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kehidupan.

Seakan tidak mau diganggu sedikitpun, Celine tidak memberi celah untuk siapapun dapat mengetahui keadaannya selain satpam dan ART tempat gadis itu tinggali. Hal tersebut membuat Dimas pusing tujuh keliling, ditinggal tiba-tiba tanpa adanya kejelasan apapun dari sang pacar tentu saja membuat Dimas tidak tenang.

Untungnya, pria itu telah membeli dan kembali mengkonsumsi obat penenang tersebut setiap malamnya tanpa jeda semalampun. Dan akhirnya pun ia menyibukkan diri dengan melakukan bimbingan skripsi untuk melanjutkan skripsinya yang masih ada beberapa kesalahan dalam penulisan kata.

Seperti saat ini, Dimas akan memasuki gedung A tempat ia melakukan bimbingan skripsi dengan Pak Ridho sebagai dosen pembimbingnya. Ia melangkahkan kakinya dikoridor seraya menyapa teman-temannya yang sempat menyapa dirinya terlebih dahulu.

Dimas merasa ia harus disibukkan dengan kegiatan apapun itu, agar otaknya tidak hanya memikirkan tentang Celine yang seakan hilang dari peradaban kampus.

Sebenarnya tadi Febri sempat menawari Dimas untuk bimbingan bersama dengan Queenara juga, namun Dimas menolak. Pria itu takut tidak fokus dalam melaksanakan proses bimbingan tersebut. Walau hanya bimbingan saja, namun Dimas harus tetap fokus untuk mencerna apa saja yang harus diperbaiki oleh dirinya nanti ketika akan melakukan bimbingan skripsi kedepannya.

"Kak Dimas!"

Dimas menoleh kebelakang saat namanya merasa terpanggil. Ia menjumpai seorang gadis yang sudah ia kenal sedari acara seminar proposalnya tiga hari yang lalu.

"Kak Dimas mau kemana?" tanya Gelis, nama gadis tersebut.

"Mau ngasih draft bimbingan keruangan Pak Ridho, Lis. Kenapa?"

Gelis mensejajarkan langkahnya dengan Dimas, mereka berdua berjalan beriringan. "Enggak apa-apa sih, Kak," ada jeda sebelum akhirnya Gelis kembali melanjutkan, "oh iya, kemarin penjualan novel aku laku keras loh, Kak."

"Oh ya? Gue bahkan lupa novel lo tentang apa, ya?"

"Ih! Masa lupa sih!" Terlihat dari raut wajah gadis itu sedikit kecewa.

"Hehe maaf, sibuk skripsian soalnya. Maklum lah semester akhir," ujar Dimas memberi penjelasan agar Gelis tidak merasa salah paham.

"Iya sih Kak, wajar banget malah," ada jeda sebelum akhirnya Gelis kembali melanjutkan pernyataannya, "lagi pula novel aku enggak penting juga, kok."

Dimas menggelengkan kepalanya, ternyata sudah salah paham. "B-bukan gitu, Lis. Bukan gitu maksud gue.."

Gelis terkekeh kecil. "Bercanda!"

Relationshit! [TERBIT-OPEN PO✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang