Happy enjoy to read my story.
To appreciate my work!
Don't forget to leave a trace by voting!
(๑¯◡¯๑)-→🌟
***
22|MENJAUH BUKAN UNTUK MENINGGALKAN
" Menaruh harapan kepada manusia,adalah membuat luka tanpa obat."
***
Siang ini,Laras tengah berkutat dengan tugas dari guru matematika. Pelajaran yang membuat kepalanya berdenyut dan juga membuatnya tidak menyukai pelajaran matematika ini. Laras sedari tadi,hanya dapat mengetuk-ngetuk kepalanya menggunakan pulpen miliknya yang berwarna putih bermerek standar.Gadis berpita merah itu memandangi buku tugas miliknya dengan tatapan jengah.
Ia sudah lelah, menghadapi berbagai macam pelajaran hari ini,dan juga,ada materi fisika nantinya,yang terdapat rumus-rumus menghitung dan juga termasuk matematika bagi Laras.Laras mendongak sembari menghela nafas panjang.
Kemudian kembali menatap buku tugasnya itu. Hanya tersisa lima orang didalam kelas. Mona,sahabat Laras itu sudah pergi ke kantin alias,ia sudah selesai mengerjakan tugas matematika itu."Stt,Ra,nomor dua apa?" Bisik salah satu siswa di kelas itu. Kita sebut saja dia, Livina.
"Gue ga tau! Gue pusing!" Jawab Laras tanpa menatap Livina. Gadis berpita merah itu memang tidak mengetahui jawaban dari soal nomor yang ditanyakan oleh teman sekelasnya itu,karena ia melewatkan nomor dua yang menurutnya paling susah diantara soal lainnya.
Ada 10 soal yang diberikan kepada seluruh siswa-siswi dikelas. Rumus segitiga siku-siku adalah rumus paling repot menurut Laras,karena ada bermacam-macam rumus yang harus dihapal diluar kepala.
Memikirkannya saja,membuat kepala berdenyut,apalagi,jika mengerjakan tugas ini.
Livina memutar bola matanya malas. Ia menatap remeh Laras dari samping yang terlihat lesu.
"Dih,pelit banget." Gumam Livina yang masih bisa didengar oleh Laras. Tapi,Laras malas menanggapi ucapan Livina yang mengatai dirinya pelit,karena sejujurnya,ia juga sudah muak dengan semua orang dikelasnya yang bertanya berbagai hal,mulai dari pelajaran,sampai ke hal pribadi.
Soal pelajaran,bukan rumus atau sebuah cara yang ditanyakan oleh teman-teman sekelasnya,melainkan jawaban tugas.
Laki-laki bertubuh kekar,tinggi dan wajahnya yang mendominasi ketampanannya terlihat berjalan memasuki kelas Laras tanpa rasa bersalah. Ia menarik kursi kosong di atas sebuah meja yang tidak ada pemiliknya.
"Pusing hm?" Bisik Harris tepat ditelinga Laras membuat sang empu melirik kearahnya.
Gadis itu agak terkejut melihat Harris yang tiba-tiba berada disampingnya,karena,Laras tidak menyadari kedatangan lelaki itu.
"Nomor dua ngeselin banget tau ngga? Masa susah banget sih." Ucap Laras menenggelamkan wajahnya di antara kedua lengannya yang melingkar di atas meja.
"Ini gampang,tinggal diubah dikit rumusnya." Ujar Harris lembut. Lengan kanannya terangkat mengusap pucuk rambut Laras yang sepanjang dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA HARRIS
Teen Fiction"HARGAI HIDUPMU SELAMA MASIH BERNAFAS." -Harris Mahendra Anggara . *** Dia Harris,lelaki yang merasa dirinya hidup di sekitar orang asing,dikelilingi oleh banyak musuh yang tersebar luas. Tidak suka di atur,di usik,dan juga di bantah.Harris Mahendr...