27|I'M SORRY, LARAS.

30 4 2
                                    

Hai semua!
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak dengan kasih vote ya -SAYANG!

Semua orang bisa memaafkan,tetapi,tidak semua orang mau mengakui kesalahan.

Laras Gevanya Axelin.

***

27|I'M SORRY,LARAS.

Di suatu tempat. Di kediaman Monalissa Araya. Perempuan itu kini sedang berada di kamarnya. Pukul 17.03 WIB,kamarnya masih terlihat rapi daripada kondisi kamar Mona sekarang. Serpihan-serpihan kecil yang berceceran dilantai,cermin yang biasanya digunakan untuk memantulkan bayangan Mona kini telah hancur tak bersisa. Kasur yang tidak terlalu besar berwarna putih —telah berubah warna menjadi agak kecoklatan akibat dari minuman alkohol —yang Mona lemparkan setelah ia mengonsumsi minuman keras tersebut,namun tidak sampai habis satu botol.
Keadaan ini benar-benar terlihat sangat kacau.

Sama seperti keadaan Mona.
Mona hilang kendali atas kesadaran dirinya. Ia sebenarnya,ingin sekali berhenti melakukan ini,tetapi,karena kedua orang tuanya bekerja sama dengan orang itu. Mona tidak bisa meninggalkan begitu saja perintah-perintah orang itu yang tak pernah absen untuk mengingatkan tugasnya,dan misinya.

Pintu kamar Mona dikunci oleh sang pemilik kamar—Mona. Ia tak ingin siapapun masuk ke kamarnya dan melihat keadaannya yang sudah kacau balau. Mona ingin semua orang tahu,bahwa dirinya tidak pernah kacau,tidak pernah merasa stress,apalagi banyak pikiran.

"Agrhh! Anjing!" Teriak Mona di dalam kamarnya. Karena kamar perempuan itu kedap suara,jadi aman-aman saja,dan tidak akan ada orang yang mendengar suara dari kamarnya.

Wajahnya tampak sembab. Rambut hitam sebahu milik Mona sudah tidak rapi,alias berantakan. Pintu kamarnya terdengar seperti diketuk-ketuk. Mona sudah bisa menebaknya,itu adalah ibunya. Satu-satunya alasan ia bisa tinggal dan bersekolah di Indonesia. Jujur saja,Mona tidak suka pelajaran bahasa Inggris,ia lebih suka materi tentang cerita karangan,atau cerita fiksi yang mengarah ke pelajaran bahasa Indonesia.

Mona berbohong kepada Laras perihal ia ingin bertemu sahabatnya. Nyatanya,Mona tinggal di Indonesia karena kemauan dirinya sendiri,tanpa alasan tertentu. Ayah Mona menuntut dirinya agar bisa berbicara bahasa asing,salah satunya,bahasa Inggris.

Perempuan itu sangat tidak menyukai hal-hal yang dianjurkan—dituntut oleh sang Ayah. Meskipun di Indonesia juga ada pelajaran bahasa Inggris,tapi tidak sekental atau seberat belajar di negara asing.

Sekujur tubuhnya terasa berat, lemas,dan lesu. Dengan langkah gontai,Mona berhasil meraih gagang pintu. Dengan sekali tarik,pintu kamarnya terbuka. Dapat ia rasakan,Ibunya sedang memeluknya erat. Tangan halus nan lembut Ibunya—mengusap punggung belakanganya dengan penuh kasih sayang.

"Mona,kalau ada apa-apa,cerita sama Ibu, ya?" Ucap Ibu Mona setelah mengecup kening anak tunggalnya cukup lama.

"Aku udah capek,Bu.." Lirih gadis itu di dalam dekapan Sang Ibu.

"Kita duduk dulu ya sayang,kamu bisa ceritakan keluh kesah kamu sama Ibu." Ujar wanita baya itu sembari menuntun Mona ke bibir kasur.

"Mona kenapa? Ada apa hari ini? Ayo cerita sama Ibu."

Setelah Ibu perempuan itu mengucapkan kalimat yang menyuruhnya untuk bercerita. Seketika tangisnya pecah begitu saja,ia dengan sadar memeluk tubuh Ibunya dengan erat.

"Ayah,Bu,ayah—" Mona tidak sanggup menceritakan perihal yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Ia tidak sanggup melihat Ibunya kecewa dengan Ayahnya. Sebenarnya,bukan kedua orang tua Mona yang terlibat —atau bekerja sama. Hanya Ayah Mona. Ibunya tidak tahu apapun. Orang itu mengancam Mona akan melibatkan sang Ibu,karena itu,Mona jadi tertekan oleh keadaan.

DIA HARRIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang