25. LastPaperPlane : Bring You

918 136 20
                                    

..........

Entah sudah berapa lama dia berdiri di depan pintu kayu yang tertutup rapat. Tangan yang bergetar itu enggan menyentuh gagang pintu yang sejak tadi dia tatap.

Tak ada pilihan lain selain dirinya memaksakan diri untuk masuk ke dalam ruangan yang akan menjadi mimpi buruknya.

Suara pintu yang terbuka menambah kesan hening itu semakin mencekam, perlahan namun pasti dia memasuki ruangan tersebut meski dengan jalan yang tertatih.

Ruangan itu sungguh menyeramkan, lampu yang redup menambah rasa takutnya melihat seorang pria yang berdiri menatap jendela.

"A-Appa... aku akan menjelaskan semuanya." Hwang Eun-bi duduk bersimpuh dengan bantalan lututnya.

Seakan tahu kesalahan apa yang membuat ayahnya benci, Hwang Eun-bi merendahkan dirinya dihadapan sang ayah yang mulai berbalik mendekat pada putrinya itu yang gemetar ketakutan.

"Memalukan. Apakah kau tidak bisa bekerja dengan baik dan akan terus mengecewakan ku?" Teriakan dengan suara berat itu menggema di dalam ruangan redup yang menyeramkan itu.

"Mengapa kau harus kalah? mengapa putriku harus menerima kekalahan?!" Gesper hitam yang sejak tadi dia genggam akhirnya melayang bertemu dengan tubuh kecil Hwang Eun-bi.

Dia meringis kesakitan saat sang ayah memukulinya dengan benda tersebut. Sungguh, malam ini adalah mimpi buruk bagi Hwang Eun-bi bersama sang ayah.

"Kau tidak berguna! kau tidak pernah mendengarkan ucapanku, kau selalu membuatku malu!" Hwang Eun-bi jatuh tertidur diatas lantai kamar yang dingin.

Dia sudah tidak kuat menahan rasa sakit dari benda yang ayahnya pukulkan padanya. "Geumanhae, neomu appo..."

Hwang Eun-bi melirih, dia merangkak meraih kaki sang ayah yang berbalut sepatu hitam itu. Memeluk erat kaki ayahnya agar menghentikan pukulan padanya.

"Maafkan aku Appa, tolong hentikan.... aku mohon." Serendah itulah harga diri Hwang Eun-bi dihadapan sang ayah.

"Mengapa kau harus lahir ke dunia ini, bodoh. Tidak ada yang menginginkan kehadiran mu!"

Pria paruh baya itu melemparkan benda tersebut ke sembarang arah, Hwang Eun-bi sudah menangis terisak, lalu tangan kekar ayahnya menarik rambut coklat sang putri dengan kuat dan berkata.

"Dengarkan aku. Apapun yang terjadi kau harus menjadi juara, jangan biarkan siapapun mengalahkan dirimu. Jika kau selalu kalah, hidupmu akan berakhir seperti ibumu. Paham?!"

Menahan tangisan itu kuat-kuat, Hwang Eun-bi mengangguk takut mendengar ucapan sang ayah tepat di telinganya.

Mengingat sang ibu yang meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya, membuat Eun-bi marah dan kecewa. Dimana sang ibu yang tewas karena dibunuh oleh seseorang yang tidak ingin ibunya lebih unggul.

"A-Apakah kau menyayangiku?" Pertanyaan lirih dan menusuk itu tertuju pada sang ayah yang berwajah dingin dan sangar.

Namun ayahnya hanya pergi meninggalkan Hwang Eun-bi yang kesakitan dan juga ketakutan. "... neomu appo."

……………

Siapapun di dunia ini tidak ada yang menginginkan takdir buruk untuk hidupnya. Semua takdir yang telah tertulis rapih akan terjadi dalam sebuah wadah masa depan.

Hitam putih, baik buruk, besar kecil, bahkan jauh dan dekat adalah sebuah pasangan yang akan saling melengkapi satu sama lain dalam hidup kita ini.

Apa yang menurut kita baik belum tentu baik di mata Tuhan. Kita hanya mampu berusaha untuk menjadi lebih pantas di mata Tuhan agar takdir baik mengikuti langkah kita.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Last Paper PlaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang