"Mau jalan-jalan, Mallory?"
Mallory mengerjap, menghentikan aktivitasnya yang hendak menata buku-buku dari Kediaman Caldwell di meja belajarnya. Entah mengapa para pelayan itu membawakannya buku-buku dari perpustakaan Caldwell juga.
Kemudian Mallory menoleh, memandang Kasia dan Aelia yang juga memandangnya.
"Sepertinya tidak"
Lagipula ia belum ada rencana untuk bertemu Luke di akademi ini. Jangan sampai ia bertemu dengan laki-laki itu tanpa rancangan rencana yang akan membuat dirinya rugi nanti.
Lebih baik ia berdiam diri di kamar sembari memikirkan langkah apa yang hendak ia ambil ke depannya di sini.
Aelia mengangguk. Sedangkan Kasia mengerutkan bibir. "Kenapa tidak mau ikut? Kita bisa berjalan-jalan berkeliling akademi, tahu. Pelajaran akademi akan dimulai tiga hari lagi, masih ada waktu untuk bersantai"
Mallory beralih memandang Kasia sembari tersenyum kikuk. Bersantai? Sepertinya tidak mungkin Mallory bersantai ketika ia bahkan tidak tahu apa yang akan mungkin terjadi padanya di akademi ini. Entah itu sesuatu yang baik atau buruk. Mallory tidak tahu.
Jika sesuai novel, Mallory asli akan terus-terusan mengganggu Luke untuk mendapatkan perhatiannya, namun ujung-ujungnya tetap ditolak dan kehadirannya tersingkirkan begitu saja ketika Maela masuk ke akademi.
Oh itu sangat memalukan.
"Aku mau beristirahat saja"
"Tapi-"
"Kasia"
Kasia mengatupkan bibir ketika Aelia memanggil namanya, menyela apa yang hendak ia katakan.
"Mallory baru saja tiba kemarin, dia pasti lelah. Biarkan dia beristirahat" ujar Aelia bijak.
Kasia menghembuskan nafas, kemudian mengangguk. "Baiklah" finalnya.
"Kami keluar dulu, Mallory"
Mallory mengangguk. Netranya mengikuti pergerakan dua gadis itu dari mulai melangkah menjauh, membuka pintu kamar, hingga atensi keduanya tak terlihat lagi di mata Mallory tepat setelah pintu itu di tutup.
Ceklek
Mallory menghela nafas, kemudian melangkah menuju kasurnya. Kamar asrama akademi ini menggunakan kasur bertingkat dua yang lagi-lagi terdapat ukiran emas pada kayu penyangganya.
Mallory tak bisa tak berdecak kagum dengan kemegahan Akademi Beverly ini.
Untung saja ia kebagian kasur yang ada di bawah sedangkan kasur di tingkat atasnya dihuni oleh Elodie.
Omong-omong tentang Elodie, sejak perdebatannya dengan gadis itu kemarin, hingga hari ini ia dan Elodie belum bertegur sapa sama sekali.
Elodie seolah menjaga jarak darinya. Bahkan tadi pagi saat Mallory bangun, Elodie sudah tidak ada di kamar dan entah pergi kemana. Hanya tersisa Kasia dan Aelia yang kemudian juga ikut berjalan-jalan berkeliling akademi, meninggalkannya sendiri di kamar dengan dinding berwarna cokelat tua ini sekarang.
Mallory mendengus. Lagipula Elodie itu sangat sok. Padahal pangkat gadis itu hanyalah Putri Archduke tapi gayanya sudah seperti Putri Kaisar saja.
Mallory kembali mendengus ketika mengingat wajah sombong gadis itu kemarin.
Tok tok
Mallory menghela nafas lagi, baru saja ia mendudukan diri di kasur, suara ketukan pintu terdengar di telinganya.
Mallory mengerutkan kening. Siapa yang mengetuk pintu kamarnya? Tidak mungkin Aelia dan Kasia kembali lagi kan? Elodie? Apalagi.
Lagipula mereka bertiga tidak mungkin mengetuk pintu kamar mereka sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Antagonist's Throne
FantasyMallory pikir, hidupnya sudah berakhir. Ya, seharusnya begitu. Namun, kenapa ia malah berada di sini? "Jangan bermimpi untuk menaiki kursi takhta, adik. Sebaiknya, berlatihlah untuk mencium kakiku di masa depan mulai dari sekarang, adikku sayang" Eh...