"Selamat pagi, adik"
Maela mengerjapkan matanya tak percaya.
Pagi-pagi ketika ia baru bangun tidur dan hendak keluar kamar untuk mencari pelayan pribadinya, tiba-tiba saja Mallory, kakak tirinya tengah berdiri di depan pintu kamarnya sembari tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang rapi.
Lalu, apa tadi?
Kakaknya memanggilnya apa?
Adik?
Maela mengulum bibirnya.
Sepagi ini? Dan Mallory sudah ada di depan kamarnya?
Maela memang selalu bangun sebelum matahari memperlihatkan wujudnya sehingga ia harus mencari pelayan pribadinya untuk membantunya mandi dan bersiap-siap. Itu adalah kebiasaannya.
Tapi sekarang? Mallory tiba-tiba saja berada di depan kamarnya bahkan sepertinya kakak tirinya itu sudah siap memulai hari, gaun hijau serta tatanan rambut rapi. Tidak seperti dirinya yang masih berantakan karena baru bangun tidur.
"Pa..gi..?" sapa balik Maela dengan raut cengo setelah beberapa menit mencerna kondisi.
Apa yang terjadi hingga kakaknya tiba-tiba saja berdiri di depan kamarnya dengan senyuman lebar seperti itu?
Mallory tersenyum menatap adik tirinya yang juga menatapnya dengan ekspresi bingung.
"Aku membawakanmu sarapan, adik" ucap Mallory sembari sedikit menggeser tubuhnya sehingga seorang pelayan yang tengah berdiri membawa sebuah nampan di belakang gadis itu terlihat.
Maela hanya bisa terdiam menatap Mallory dengan tatapan aneh.
Mallory menaikkan sebelah alisnya tanpa melunturkan senyum menawan di bibir merah mudanya.
"Apakah ada yang salah, adikku?" tanya Mallory.
Pertanyaan yang lebih layak disebut sebagai formalitas karena saat ini saja Mallory sedang menyumpah serapahi dirinya sendiri.
Kenapa aku malah melakukan hal konyol ini, sih?!
Mallory tetap mempertahankan senyumnya walaupun Maela hanya menatapnya tanpa mengatakan apapun.
Bukan kah sebaiknya gadis itu membiarkan Mallory masuk dulu di banding berlama-lama di depan pintu kamarnya?
Mallory mengumpat dalam hati.
Sepertinya aku melakukan sebuah kesalahan besar karena menemui anak ini. Dasar tidak tahu terimakasih!
Bukannya menyuruhnya masuk lalu mempersilahkannya duduk atau apa lah, Maela malah hanya berdiam diri sembari menatap Mallory bergantian dengan pelayan yang berada di belakang gadis itu.
Ayolah, gigi Mallory sudah kering karena terlalu lama tersenyum sedari tadi, tahu?!
Seolah tersadar dari lamunannya, Maela lantas menggeser sedikit tubuhnya sembari tersenyum kikuk.
"Oh maaf, kakak. Masuklah dulu" ucap gadis itu membuat Mallory akhirnya melangkah memasuki kamar mewah yang luasnya sama dengan kamar miliknya.
Pelayan yang tadi membawa nampan berisi makanan beralih meletakkan nampan tersebut di meja dekat kasur, lantas membungkukkan badannya dan pamit undur diri.
Maela menatap Mallory yang kini tengah melihat-lihat isi kamarnya.
"K-kakak?"
Mallory reflek menoleh, kemudian menaikkan sebelah alisnya.
Tak mendapat jawaban dari Maela karena gadis itu malah menunduk, Mallory pun angkat bicara.
"Aku ingin menjadi lebih dekat denganmu, adik. Sepertinya membangun hubungan persaudaraan denganmu tidaklah buruk" ucap Mallory dengan senyum menawannya yang mampu menyihir Maela, membuat gadis itu reflek mengangguk pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Antagonist's Throne
FantasyMallory pikir, hidupnya sudah berakhir. Ya, seharusnya begitu. Namun, kenapa ia malah berada di sini? "Jangan bermimpi untuk menaiki kursi takhta, adik. Sebaiknya, berlatihlah untuk mencium kakiku di masa depan mulai dari sekarang, adikku sayang" Eh...