Bab 15 : Bertemu

1K 76 6
                                    

"Kau ingin memilih apa, Mallory?"

Mallory tak menjawab. Ia lebih memilih menyuapkan sesendok nasi dengan daging ke dalam mulutnya dibanding menjawab pertanyaan Kasia, membuat gadis dengan rambut berwarna cokelat muda itu mengerucutkan bibirnya.

Mereka bertiga kini berada di kantin akademi yang amat ramai. Penuh sesak dan panas karena banyak murid-murid yang berlalu lalang untuk memesan makanan atau hanya berbincang untuk sekedar mengobrol santai.

"Aku sepertinya ingin memilih kelas menjahit" ucap Aelia tiba-tiba.

Kasia menaikkan sebelah alisnya. Sejak kapan Aelia menyukai acara jahit-menjahit?

"Aku tidak tahu kau suka menjahit"

Aelia tertawa pelan. "Aku memang suka menjahit dari dulu, mungkin kau yang tak begitu tahu"

Kasia menghembuskan nafas. Ia ingin mengikuti Aelia untuk memilih kelas menjahit, namun ia sadar diri untuk memegang jarum saja mungkin jarinya akan tertusuk atau mungkin jarumnya yang malah hilang.

Kasia itu ceroboh, dan sepertinya pelajaran penuh konsentrasi dan fokus di kelas menjahit atau menyulam bukanlah pasionnya.

"Kalau kau, Mallory? Ingin memilih apa?" kali ini Aelia yang inisiatif bertanya pada Mallory.

Sedangkan Mallory, gadis itu masih setia menikmati hidangan makan siangnya dengan lahap, sebelum akhirnya meminum air putih dan mengelap bibirnya dengan tisu.

"Aku belum membaca kertasnya"

Kasia dan Aelia kompak menganga. Bagaimana bisa Mallory belum membaca kertas berisi pilihan kelas peminatan yang sudah dibagikan sejak lima belas menit yang lalu?

Mallory menaikkan sebelah alis ketika Kasia dan Aelia malah menatapnya dengan tatapan aneh.

"Apa?" tanyanya.

Kasia menggeleng. "Kalau begitu bacalah dulu dan tentukan pilihanmu. Oh sungguh mungkin saja aku bisa mengikuti pilihanmu itu!"

Mallory hanya mengangguk, kemudian beralih membuka kertas berwarna cream yang berisi beragam pilihan pelajaran di dalamnya.

Memasak.

Menjahit.

Menyulam.

Mallory membaca tiga pilihan teratas. Oh, itu sama sekali bukan pasionnya.

Memasak? Ia bisa saja menggosongkan panci jika mencoba melakukannya.

Menjahit? Bisa-bisa ia malah merusak gaun yang ia jahit daripada membuatnya menjadi cantik.

Menyulam? Ia tidak pernah melakukan itu sebelumnya. Bukankah sama saja dengan menjahit? Apa bedanya?

Mallory menggeleng. Coret tiga pilihan itu, ia tak tertarik memilihnya.

Menari.

Menyanyi.

Dansa.

Mallory membaca tiga pilihan di bawahnya, kemudian menggeleng lagi. Ia memang suka musik dan tarian, tapi ia tak berniat masuk dalam dunia mereka. Musik dan tarian adalah hiburan.

Memanah.

Berpedang.

Bela diri.

Tiga pilihan ini sepertinya merupakan pilihan bagi para murid laki-laki. Tapi sepertinya menarik bagi Mallory.

"Mungkin, memanah?" ucap Mallory dengan ragu-ragu. Matanya masih setia menatap kertas yang ia pegang.

The Antagonist's ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang