"Kau yang rendahan! Tidak tahukah kau siapa itu Elodie Orion, hah?!!"
Wajah Elodie memerah, kedua tangannya mengepal di sisi tubuh, mencoba menahan emosi dalam dirinya yang meluap-luap.
Ia benar-benar tak terima ketika dihina untuk yang kesekian kalinya oleh gadis di hadapannya itu. Theresa Orson. Oh demi Dewi Achelois, jika Elodie bisa, ia ingin sekali memukul kepala Theresa atau bahkan sekalian saja menghabisi gadis itu saat ini juga agar tak usah melihat wajahnya lagi.
Apalagi gadis itu seakan tak pernah menghiraukan ancaman Elodie tempo lalu. Padahal pangkat gadis itu masih di bawah Elodie, tapi wajah songongnya itu benar-benar melukai harga diri Elodie.
Ia benar-benar ingin menghabisi Theresa dan menghancurkannya sehancur-hancurnya. Hancur hingga gadis itu tak sanggup lagi untuk sekedar menempatkan wajahnya di hadapan banyak orang. Sialan sekali.
"Oh lihat! Putri dari penipu ini mengatakan padaku jika dia bukanlah seorang rendahan! Bukan kah itu lucu?"
Semua orang tertawa ketika mendengar kalimat Theresa yang seakan mengejek Elodie. Meneguk ludah, Elodie benar-benar ingin segera meremas kepala Theresa saat ini juga atau bahkan jika bisa menjambak rambut panjang gadis itu sekalian seperti kemarin hingga gadis itu botak dan menangis meminta ampun padanya.
"Kau!" Elodie menunjuk Theresa tepat di wajah gadis itu. Semakin lama gadis itu semakin besar kepala.
"Apa?!" tantang balik Theresa tak lupa dengan senyum miringnya yang semakin membuat darah Elodie mendidih.
Gadis di hadapannya itu benar-benar memancing amarahnya. Theresa Orson adalah definisi manusia tak tahu diri yang sebenarnya.
"Kau akan merasakan akibat berurusan denganku, sialan!!"
Elodie segera maju dan menjambak rambut Theresa dengan kuat setelah sebelumnya menampar pipi putri Duke Orson itu dengan keras. Pergerakannya yang tiba-tiba tak pernah diperkirakan sebelumnya.
Semua orang menegang di tempat mereka. Tak siap dengan pergerakan Elodie yang di luar prediksi.
Tak terima dipermalukan, Theresa dengan segera ikut menjambak rambut Elodie dengan sama kuatnya. Berusaha membalas perlakuan Elodie sebelumnya.
"Sialan!!"
"Kau yang sialan!"
"Tutup mulutmu, dasar rendahan!"
"Kurang ajar!"
"Brengsek!"
Semua orang hanya menonton perkelahian itu tanpa niat melerai sama sekali. Bukan apa, namun berurusan dengan dua gadis yang sedang berkelahi di tengah sana juga sepertinya bukan ide yang bagus.
Kondisi Elodie sudah berantakan dengan banyak luka di wajah dan tatanan rambut yang acak-acakan. Theresa pun sama halnya, kondisi gadis itu tak bisa dibilang lebih baik dari Elodie.
Walaupun begitu, dua gadis itu masih tetap saling menjambak sembari terus memaki satu sama lain.
"Hei! Berhenti!"
Suara teriakan beberapa murid perempuan yang menonton di pinggir lorong terdengar sedikit bergetar. Takut jika perkelahian ini akan menimbulkan luka serius bagi kedua pelaku di tengah kerumunan sana. Apalagi sampai sekarang mereka berdua tak ada tanda-tanda untuk menyudahi perkelahian ini.
Namun beberapa murid lain malah diam menonton bahkan ada yang berteriak semangat serta memberi dukungan untuk Elodie dan Theresa. Miris.
"Aku akan menghabisimu sialan!"
"Aku yang akan menghabisimu duluan!!'
Saling jambak-menjambak, maki-memaki, dan segala sumpah serapah terucap dari bibir masing-masing gadis itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/368374873-288-k941394.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Antagonist's Throne
FantasyMallory pikir, hidupnya sudah berakhir. Ya, seharusnya begitu. Namun, kenapa ia malah berada di sini? "Jangan bermimpi untuk menaiki kursi takhta, adik. Sebaiknya, berlatihlah untuk mencium kakiku di masa depan mulai dari sekarang, adikku sayang" Eh...