Part 33 - Ke mana Agnes?

1 0 0
                                    

Suara deru motor yang siap melaju menuju ke sekolah itu dihentikan oleh teriakan melengking seorang gadis bersama dengan Ibunya yang berlari kecil mengikuti langkah anaknya.

"Kak Kin antar Raya ke sekolah dong!" pinta Raya yang wajahnya sudah basah dengan air mata, "Ayo, Kak! Raya takut telat nanti dihukum Bu guru".

"Salah lo sendiri mandi lama banget!" balas Kinar, "Udah ya, bye!".

"Kinar, tunggu!" Airin menahan bahu putrinya itu, "Ini Adeknya tolong dianterin ya, deket kok dari sini" pintanya.

"Tapi sekolah Kinar jauh!" sahut Kinar.

"Kak Kinar!" Raya merengek membuat telinga Kinar panas mendengar tangisannya, "Ayo, Kak".

"Ya udah! Ayo, cepetan!" Kinar menggeber motornya meminta Raya untuk segera naik.

Airin dengan segera membantu Raya naik ke jok motor besar Kinar yang cukup tinggi untuk Raya.

"Pegangan, gue ngebut" titah Kinar membuat Raya langsung memeluk pinggangnya.

Dan benar saja, Raya semakin erat memeluk Kinar saat motor benar-benar melaju kencang membuat rambut nya yang kuncir duanya itu bergerak tak tentu arah karena angin yang dengan tidak ramah menerpanya.

"PELAN-PELAN KAK KIN! NANTI RAYA TERBANG!".

"LO MAU TELAT?!" sahut Kinar membalas teriakan Raya itu.

"GAK MAU!".

Motor Kinar akhirnya berhenti di depan gerbang sebuah sekolah dasar yang ramai dengan anak-anak berseragam merah putih yang masih berlalu lalang. Kinar menutup kaca helmnya karena malu saat beberapa anak mulai mendekat ke arahnya dengan wajah melongo.

Raya turun dari motor dengan kakinya yang lemas, dia merangkul salah satu temannya lalu melambai kecil pada Kinar.

"Makasih ya, Kak Kin" ujarnya, "Hati-hati".

Motor Kinar kembali melaju pergi dari area sekolah dasar itu untuk segera menuju ke sekolahnya sendiri, ia tidak tahu ini hari sial atau keberuntungannya tapi yang pasti dia tidak ingin lari atau berjemur di lapangan.

Gadis itu sedikit terkejut saat motornya melewati gerbang bersama dengan motor Kenan, Kinar lagi-lagi datang tepat waktu ke sekolah.

Kinar menghela nafas lega begitu melepas helmnya, "Gila! Kalau gini terus bisa senam jantung gue tiap mau berangkat sekolah".

"Seru kan berangkat jam segini?" tanya Kenan bergurau.

"Lo enak rumah lo deket, lah gue?!" omel Kinar, "Mana hari ini Agnes gak berangkat, makin males gue ke sekolah".

"Kenapa?" tanya Kenan sembari menyamakan langkahnya dengan Kinar yang lebih dulu beranjak dari motornya.

"Sakit" jawab Kinar, "Gara-gara lo! Pasti lo apa-apain dia kan kemarin" tukas gadis itu membuat Kenan mengernyitkan dahinya.

"Gue gak ngapa-ngapain, dia pergi gitu aja" protes Kenan tidak terima dengan tuduhan Kinar itu, "Lo gak percaya sama gue, Kin? Mungkin aja Agnes capek kemarin, jadi dia pulang duluan".

"Iya! Lo jangan ikutan kesel gitu dong" balas Kenan, "Besok-besok lo ngobrol lagi aja sama Agnes".

"Lo kenapa nyuruh gue biar sama Agnes terus sih?" tanya Kenan, "Lo mau menjauh dari gue?".

Kinar menggeleng kecil, "Enggak gitu" jawabnya, "Agnes kan suka sama lo, gue cuma bantu dia kok".

Kenan teringat sesuatu, ia menghentikan langkahnya membuat Kinar juga berhenti melangkah.

"Kenapa lo? Mules?" tanya Kinar.

"Gue ingat Agnes kemarin—" Kenan tidak melanjutkan kalimatnya, "Nanti aja deh gue cerita, gue ke kelas dulu".

Cerita KinarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang