21

9 3 2
                                    

Keesokan harinya Yuna keluar rumah untuk berangkat ke sekolah, ia kembali terburu-buru karena ada sesuatu yang ingin dibicarakannya dengan Bu Jiwon, saat Yuna sedang berjalan tiba-tiba Taehoon menghalangi jalannya, ah, Yuna ingin berangkat ke sekolah lagi tanpa dia?

"Taehoon?"  ucap Yuna yang kaget saat tiba-tiba dia sudah ada di hadapannya.

Taehoon mengangkat alisnya sedikit, seringai menggoda muncul di bibirnya saat dia menatap Yuna.

"Jadi, mau pergi berangkat sekolah tanpa aku lagi, hm?" katanya, ada nada menggoda dalam suaranya.

Yuna menahan tawa mendengar komentar Taehoon, berpura-pura lengah padahal diam-diam dia menikmati kemunculan tak terduga itu.

"Insting kamu cepet banget ya," jawabnya sambil tersenyum nakal.  "Sumpah, kamu itu kaya bayangan aku tau ga. Ngga, aku gak berusaha pergi sekolah tanpa kamu, aku cuman buru-buru pagi ini, itu aja."

Taehoon terkekeh pelan melihat respon lucu Yuna, tatapannya mengandung perpaduan antara menggoda dan penuh kasih sayang.

“Bayangan?”  dia merenung, cibiran berlebihan terbentuk di bibirnya.  “Aku lebih suka dipanggil bodyguard kamu. Lagi juga kan harus ada yang jagain kamu.”

Dia mengulurkan tangan untuk dengan lembut menyisir sehelai rambut dari wajah Yuna, sentuhannya lembut.

Mereka mulai berjalan menuju halte, namun Yuna masih melamun hingga tak sadar kalau tali sepatunya sudah terlepas, Taehoon yang sadar melihat ke bawah langsung berlutut dan mengikat tali sepatu Yuna.

"K-kamu ngapain?" Tanya Yuna yang kebingungan saat Taehoon tiba-tiba berlutut di hadapannya.

Taehoon menatap Yuna sambil mengikat tali sepatunya, senyum nakal terlihat di bibirnya.

"Cuman ikat tali sepatu kamu, kenapa?"  dia menjawab dengan sedikit mengangkat bahu.  "Aku gak mau kamu kesandung waktu jalan, nanti kalo kesandung aku yang harus gendong kamu sampe sekolah."

Yuna hanya bisa tersipu mendengar ucapan lucu Taehoon, campuran rasa malu dan senang menyelimutinya.

"Apasih" katanya sambil menepis pelan lengan pria itu dengan senyum kecil malu di bibirnya.  "Aku bisa ikat tali sepatu aku sendiri, lho."

Taehoon terkekeh pelan sambil mengencangkan tali sepatunya dan berdiri, matanya berbinar geli.

"Iyaa kamu bisa," katanya sambil menyeringai.  "Tapi itu gak asik. Aku lebih suka jadi orang yang jaga kamu. Aku juga suka kalo pipi kamu udah merah kaya gini." Taehoon mengatakan itu sembari mencubit pipi Yuna dengan lembut.

Pipi Yuna memerah lebih dalam lagi karena kata-kata Taehoon.  Mau tak mau dia merasa sedikit tersentuh oleh perhatiannya, tapi di saat yang sama, godaannya membuatnya sulit menemukan kata-kata yang tepat.

"Iya iya," katanya, berusaha terdengar acuh tak acuh meski jantungnya berdebar kencang.  "Tapi jangan kebiasaan. Aku bukan cewe yang manja, tau."

Taehoon mengangkat alisnya, sedikit tantangan terpancar di matanya saat dia menjawab dengan nada menggoda.

"Aku tau kamu bukan cewe yang manja," katanya sambil menyeringai.  "Kamu itu cewe mandiri yang bisa nanganin apa pun. Tapi kadang, orang yang paling mandiri juga butuh sedikit bantuan. Aku suka jadi orang yang bantu kamu."

Yuna baru keluar dari rumah sakit setelah menjenguk Hanna lagi.

IMESSAGE 🔔

| taehoon  : Sayang, aku lagi ada latihan malem ini. Hati-hati ya? Kalo ada apapun telepon aku aja,   jangan ragu

Lovey Dovey : Wolfiebear [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang