2

102 17 1
                                    

Mengeringkan rambutnya dengan handuk, satu tangannya mulai sibuk membalas pesan dari sang kakak tercinta yang mengamuk karena ulahnya tadi hingga ponselnya terus berdering. Geram, tapi menyenangkan juga tahu dirinya berhasil membuat kakaknya malu.

"Sejak tadi?"

"Hhmm... Berkali -kali..." Jawab Jake yang masih setia berbaring di ranjang milik seniornya itu. Tak besar, karena kamar kontrakan itu hanya satu bilik untuk berbagai aktivitas dan satu kamar mandi kecil.

Melihat Lia baru selesai mandi dengan tanktop dan celana tidur pendek berenda adalah favorit Jake. Anggaplah spesial. Nyatanya kakaknya pun mengaku iri akan hal itu. Pasalnya hanya Jake lah yang bebas keluar masuk tempat yang Lia tinggali sejak dua tahun terakhir. Keuntungan dianggap adik sendiri,mungkin. Menyebalkan juga karena nyatanya dirinya ingin status lebih. Tapi tak apa, ia bisa menunggu sampai seniornya itu menganggapnya dewasa. Semoga saja.

"Kau tak pulang?"

"Mengusirku?"

"Tidak. Hanya saja—"

"Mama sudah tahu aku pasti ada disini. Lagipula dia bilang lebih baik begini daripada aku dirumah dan bertengkar dengan kak Jeno. Membuatnya sakit kepala..."

Lia menarik sedikit senyumnya mendengar cerita Jake. Meletakkan ponsel kembali di atas meja dan menggantung handuk pada jemuran kecil di dekat jendela lalu ikut naik ke atas ranjang. Duduk menyender, kepala Jake otomatis langsung berpindah ke pangkuan Lia. Bak kucing manja yang minta dielus dan tentu saja Lia melakukannya. Sudah biasa baginya juga sambil membaca novel yang baru ia beli beberapa hari lalu.

"Kak..."

"Hhmmm...?"

Tak ada pertanyaan yang terlontar dari yang lebih muda. Memilih sama-sama diam, Jake menikmati elusan Lia sambil memejamkan mata sementara Lia tenang dengan bukunya. Jangan khawatirkan apapun. Keduanya sama-sama tak memiliki ikatan dengan siapapun. Jake yang sejak awal tertarik dengan seniornya itu memilih sendiri,juga Lia yang nampaknya tak tertarik dengan status yang mungkin akan memperumit hidupnya saja.

"Kau akan tidur?"

"Keberatan?"

Lia menaikkan bahu acuh dan melanjutkan membaca.

"Bukan hal baru..."

Pukul 9 malam Jake baru meninggalkan gedung kontrakan itu. Menuju parkiran motornya, mata si pemuda memicing saat melihat sesuatu yang tak asing. Sebuah mobil hitam mahal yang terparkir tak jauh dari sana. Aneh, tapi ia tak bisa menaruh banyak curiga. Toh yang dia ingat hanya jenis dan warnanya saja. Mungkin kebetulan.

Meninggalkan tempat itu, tanpa ia sadari dari mobil yang familiar tadi di dalamnya ada sepasang mata yang memantaunya meninggalkan tempat itu. Setelah menghilang, pemilik mata elang itu melirik ke arah jendela kamar yang nampak sudah gelap. Mengambil kesimpulan, ia memutuskan menyalakan mesin mobil dan meninggalkan tempat itu juga.

Banyak hal yang dipikirkan, namun semuanya berinti pada satu tokoh sementara(?). Ia tak yakin juga. Karena meski rasa baru temu tatap tapi nyatanya sudah cukup lama ada. Hanya ia bingung untuk mulai mencari tahunya.

"Tak menyangka semuanya sangat dekat. Bumi memang sempit. Hanya saja terlalu banyak orang dengan dramanya masing-masing..."










.
.
.











Just Wanna Be YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang