Meski terlambat, Tiffany datang ke kediaman keluarga Lia ditemani sang putra sulungnya, Jeno. Tak nampak gadis yang ia cari dan ingin ajak bicara meski Jeno melarangnya, ia tak peduli. Ia hanya ingin tahu kebenaran langsung dari Lia,gadis yang ia sudah anggap seperti putrinya sendiri. Ia datang untuk Jake dan Lia. Untuk meluruskan sesuatu yang dirasanya ada kejanggalan dari cerita Jeno putranya, hingga membuat Jake jatuh sakit di sana. Itu sebabnya Donghae sampai harus terbang ke Aussie sementara Tiffany mengatakan akan menyusul untuk menyelesaikan masalah disini lebih dulu.
"Dia tak ada..." Ucap Dara yang membuat alis Tiffany mengerut sedangkan Jeno berdecih pelan.
"Pasti pergi dengan kekasihnya itu."
"Jeno..." Tiffany memperingatkan supaya putranya bisa menjaga sikap. Apalagi di depan orang tua Lia yang mungkin saja tak tahu masalahnya.
"Kalau boleh tahu, Lia kemana ya, Bu?" Tanya Tiffany lembut yang membuat Dara dan Taeyang menoleh pada Jeno lalu kembali pada Tiffany. Sedangkan Jisung sendiri tengah diminta membersihkan kamarnya yang beberapa hari terakhir belum sempat ia bersihkan.
"Bukannya dia pergi ikut pertukaran pelajar ke Jepang? Nak Jeno pasti tahu, kalian kan bersahabat dan satu kampus..." Ucap Dara yang membuat Jeno menoleh kaget dan bingung.
"Pertukaran pelajar ke Jepang?"
"Iya. Tiga hari lalu dia berangkat..."
"Kau tahu, Jen?" Tanya Tiffany menoleh pada sang putra yang dijawab gelengan oleh Jeno.
"Tidak ada yang namanya pertukaran pelajar ke Jepang. Tahun ini pertukaran pelajar ke Jerman dan itupun sudah terlaksana dua bulan yang lalu..." Jelas Jeno sepengetahuannya. Semua pun menjadi kaget dan bingung sekaligus.
"Itu tak mungkin. Lia bilang—"
Ucapan Taeyang terpotong ketika suara langkah buru-buru sang putra terdengar. Melihat wajah bingung dan panik sang putra membuat Dara merasakan firasat yang tak enak.
"Ji? Ada apa? Apa kamarmu sudah kamu bereskan?" Tanya Taeyang menatap sang putra.
"Pa... Tadi...tadi Jisung membersihkan kamar dan menemukan tisu dan sarung bantal berisi noda darah. Padahal Jisung tak pernah terluka. Jisung penasaran. Lalu.. lalu Jisung mengecek kamar kak Lia karena bantal yang berisi noda darah itu sempat dipakai kak Lia saat tidur di kamar Jisung..."
Seketika jantung semua orang mendadak berdebar keras dan cepat. Sepertinya semuanya seakan mendapat firasat yang tak enak bersamaan.
"... Lalu lihat apa yang Jisung temukan di kamar kak Lia. Tisu, sarung bantal, baju dan spray yang berisi noda darah dalam plastik di lemari kak Lia. Semua berisi noda darah yang banyak, pa! Kak Lia...kak Lia kenapa berdarah sebanyak ini?"
Sontak saja Dara bangkit dari duduknya dan mengecek kantong plastik yang dibawa Jisung. Benar, semua berisi noda darah membuatnya panik seketika.
"Pa...!"
"Jen...!"
Jeno langsung bangkit dan berlari menuju kamar Lia. Ia mengecek sekeliling, memeriksa semua tempat bahkan mengacak-acak rak buku Lia. Instingnya memintanya melakukan itu hingga saat ia menemukan map yang berisi keterangan "kertas penting". Ia tahu, map itu biasanya berisi hasil tes dan nilai-nilai Lia di kampus. Bahkan Jeno ingat Lia pernah mengatakan kalau itu satu-satunya tempat barang penting yang Lia bisa ingat letaknya.
Yang lainnya datang saat Jeno tengah membuka dan mengeluarkan semua isi map itu sampai ada satu kertas dengan logo asing di dapatkan olehnya. Sebuah logo salah satu rumah sakit besar di Korea.
"Lia tak mungkin pergi ke rumah sakit semahal itu..." Ucapnya. Entah kenapa ini semua mengingatkannya pada Taehyung. Orang yang akhir-akhir ini dekat dengan Lia yang mungkin saja bisa membawa gadis itu ke rumah sakit dengan fasilitas lengkap itu.
Ia membaca setiap kata yang tertulis sampai akhirnya ia menemukan kata yang membuat jantungnya seakan berhenti berdetak hingga tangannya gemetar hebat.
"Ada apa,Jen?!" Tanya Tiffany melihat gelagat aneh anaknya lalu ikut membaca kertas di tangan Jeno hingga matanya melebar sempurna.
"Leukimia?!"
.
.
.Author bakal upload gila hari ini biar cepat selesai. Jangan sampe ke skip ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Wanna Be Yours
FanfictionUsia bukan penghalang. Itu yang pemuda itu selalu ingat. Tentu saja motto hidup itu baru tercipta dan hanya berlaku dalam hal percintaannya saja pada sang senior idamannya, Lia.