24

46 7 0
                                    

Flashback...


"Leu...kimia...?"

Dokter itu mengangguk pelan sementara Taehyung langsung mengusap kasar wajahnya. Tadi ia mendapat panggilan dari salah satu anak buahnya yang mengatakan kalau Lia mendadak tak sadarkan diri di halte bus dengan kondisi hidungnya meneteskan darah.

Tanpa pikir panjang, dirinya meminta anak buahnya membawa Lia ke rumah sakit terbaik sementara ia akan menyusul dari kantornya. Awalnya,ia masih berpikir positif kalau Lia mungkin hanya kelelahan mengingat beberapa bulan belakangan gadis itu sibuk dengan kuliah dan membantu di cafe orang tuanya. Ia memang meminta beberapa anak buahnya untuk mengawasi keluarga Lia. Bukan tanpa alasan, nyatanya ia masih menaruh rasa bersalah pada gadis itu. Gadis yang dulu ia anggap dan ingin jadikan adiknya sendiri.

Namun siapa sangka, sekalinya gadis itu terjatuh, dunia seakan langsung menginjaknya hingga tersungkur. Penyakit yang entah datangnya dari mana telah siap merenggut kehidupannya.

Diliriknya gadis yang masih setia terpejam itu. Kondisinya memang nampak sangat tak baik. Semakin kurus dan pucat. Bahkan nafasnya seakan memanggil untuk meminta bantuan.

"Tuan tenang saja, penyakit Leukimia ini sudah ada penanganannya. Jadi masih bisa disembuhkan..."

"Lakukan apapun, dok. Apapun dan berapapun biayanya akan saya bayar asal dia sembuh!"

Sang dokter mengangguk pelan. Ia mengenal siapa Kim Taehyung yang tentu saja mempunya uang lebih dari cukup hanya untuk operasi gadis itu. Namun tentu ada sisi sulitnya.

"Kita butuh donor tulang sumsum, tuan. Dan tak bisa sembarangan menerima donor. Harus yang cocok dengannya dan pendonor pun harus memenuhi banyak syarat..."

Kembali, Taehyung mengusap wajahnya. Ia tahu, mencari pendonor bagian tubuh apapun itu bukanlah hal yang mudah. Apalagi resikonya.

"Untuk sementara waktu, sampai tindakan operasi bisa dilakukan, mohon untuk pasien menjaga kesehatannya. Segala kegiatannya harus dibatasi begitu juga pola makan dan lingkungannya. Karena pasien akan mudah kelelahan bahkan terkena infeksi yang bisa memperburuk kondisinya. Berat badannya akan menurun drastis nantinya. Semuanya harus diawasi demi kebaikannya sendiri..."

Taehyung menggenggam tangan Lia erat, menatap wajah pucat itu dengan tatapan memohon keajaiban Tuhan.

"Andai saja semudah itu memberitahunya. Andai saja semudah itu mengaturnya. Sayangnya , anak ini jauh dari kata mudah untuk dikendalikan oleh siapapun. Bahkan sangat tak mudah membuatnya berbicara atas keluhannya sendiri..."









Flashback off...























"Ma..."

Tiffany yang hendak berbicara pada suaminya di seberang panggilan menoleh pada sang putra. Gelengan pelan Jeno berikan,tak ingin sang papa mengetahui kondisi Lia disini. Apalagi Lia saat ini keberadaannya entah dimana. Bahkan Tiffany dan Jeno sempat mendatangi kantor milik Taehyung namun sekretarisnya mengatakan kalau pria itu mengambil cuti sampai batas yang tak bisa ditentukan. Dari sana Jeno makin yakin kalau Lia pasti bersama pria itu sekarang.

Jeno tak ingin papanya ceroboh dan memberi tahu Jake keadaan Lia disini. Ia ingin adiknya sembuh dulu baru mereka akan memberi tahunya nanti supaya kondisi adiknya juga tak semakin memburuk. Setidaknya, sampai Lia berhasil ia temukan dan ketahui kabarnya.

"Mama rasa, apa yang Lia lakukan hari itu di depanmu hanyalah sandiwaranya saja, Jen. Mama yakin, Lia tulus pada Jake, padamu, pada keluarga kita. Mama sejak awal sudah tak percaya Lia bisa melakukan hal seperti itu..."

"Aku tahu,ma. Aku tahu. Itu salahku. Aku yang bodoh tak mengenali sahabatku sendiri. Aku hanya ingat dia berhati bersih penuh kasih sayang. Tapi aku lupa kalau dia juga pintar dan tak suka berbagi kesulitannya..."

"Jen...Lia akan baik-baik saja kan,Jen? Pria itu, dia orang baik kan, Jen?"

Jeno tak dapat menjawabnya. Ia sendiri tak bisa menjabarkan bagaimana seorang Kim Taehyung. Dari sepengalamannya dan cerita Lia, pria itu adalah pria angkuh nan menyebalkan. Keras kepala dan pemaksa yang sayangnya seakan selalu menginginkan Lia. Ia pun kembali teringat hari dimana dirinya memaki Lia dengan ucapan yang tak seharusnya. Sungguh ia menyesal sekarang telah terpancing dengan jebakan yang Lia buat untuknya.

"Maaf Li...harusnya aku tak mengatakan hal itu. Harusnya kau pun tak melakukan hal itu. Kenapa kau memilih pergi dari kami dengan segala kesusahan yang kau tanggung sendiri? Tak bisakah kau berbagi denganku? Aku saja bisa memberi tahumu rahasia terbesarku saat itu kalau aku tak bisa memiliki keturunan. Aku mempercayaimu, dan kau melindungiku. Tapi sekarang saat kau yang terpuruk, tak bolehkah giliranku untuk menjagamu? Dimana dirimu sekarang, Li? Jake membutuhkanmu. Kami semua butuh kabarmu..."










.
.
.









Just Wanna Be YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang