19

65 11 1
                                    

Jeno memeluk erat Lia yang tentu saja membuat Jake terbakar cemburu.

"Sudah cukup. Jangan memeluk kekasihku lama-lama. Dia milikku!" Keluh Jake berusaha menjauhkan Jeno dengan Lia hingga membuat gadis itu terkekeh pelan sementara Jeno tetap menolak melepaskan pelukannya. Bahkan yang lebih tua mendorong kepala adiknya menjauh membuat Jake makin tantrum saja.

"Pinjam sebentar,ah!"

"Tidak ada pinjam-pinjam! Kekasihku bukan barang! Lepaskan kak Jeno! Papa...!! Mama...!! Kak Jeno mencuri kekasihku!" Teriak Jake yang tentu saja tak mendapatkan jawaban. Donghae sudah mengatakan akan berbicara dengan Tiffany berdua di ruang kerjanya yang tertutup mengenai langkah mereka mengenai masalah yang sudah terjadi dan langkah baru yang akan mereka ambil kedepannya untuk kedua putra mereka.

"Sudah, Jen. Kau suka sekali mengganggu adikmu!" Keluh Lia yang akhirnya membuat Jeno melepaskan pelukan dengan kekehan kecilnya. Apalagi melihat bagaimana Jake langsung memeluk Lia dan nampak seperti mengusap tubuh kekasihnya itu seakan sentuhan Jeno adalah bakteri di tubuh Lia.

"Dasar bocah!" Gerutunya sambil mendorong pelan kepala Jake hingga mendapat tatapan sinis dari yang lebih muda. Lia? Gadis itu hanya bisa pasrah saja. Setidaknya keduanya belum membawa senjata tajam saja untuk bertengkar.

"Lia milikku! Aku tak suka milikku disentuh orang lain!"

"Aku kakakmu!"

"Tetap saja! Siapa tahu nanti ada cerita 'ipar adalah maut part 2'!" Keluhnya hingga mendapat sentilan yang kini berasal dari Lia.

"Mulutmu! Kau harus percaya pada kakakmu. Siapa lagi di masa depan yang bisa kau mintai tolong selain Jeno,hmm?"

Mendengus kesal, tapi dalam hati ia membenarkan ucapan Lia. Ya, hanya ucapan Lia yang dia percaya selain ucapan mamanya. Mudah ditelannya mentah-mentah.

"Dasar bucin! Tapi Li..."

Keduanya menoleh pada Jeno yang nampak memasang wajah khawatirnya menatap Lia.

"Kenapa?"

"Aku rasa kau dan Jake akan lebih sulit untuk—"

Jeno tak melanjutkan ucapannya,memilih menatap keduanya bergilir. Lia paham. Apa yang orang tua Jeno ketahui tentang kelakuan salah satu putranya pasti akan berpengaruh juga pada hubungannya dengan Jake nanti. Ia yakin, batasan yang dibuat orang tua Jeno akan semakin tebal sekarang. Jake pun sama. Ia sudah khawatir itu akan menjadi nyata dimana dia akan semakin sulit berinteraksi langsung dengan kekasihnya itu.

"Jake!"

Ketiga remaja itu menoleh meski Jake sudah merubah posisi dengan merangkul kekasihnya,menatap orang tuanya yang menatap mereka tak kalah seriusnya.

"Kembali ke Aussie,dan kau tak boleh kembali sebelum kau benar-benar lulus..."

"APA?! tapi pa—"

"Ini sudah keputusan final kami, Jake. Ini demi kebaikan kalian dan kepercayaan kami pada kalian juga. Dan Lia..."

Tiffany beralih pada gadis yang nampak masih tenang seperti biasanya. Nampak terlihat jelas,meskipun Jeno dan Lia sepantaran,namun pengendalian diri keduanya sangatlah berbeda.

"Lia paham,ma. Lia sudah memutuskan kalau Lia akan kembali pulang..."

"Lia!"

Suara Jeno dan Jake sama sekali tak diindahkan oleh Lia. Gadis itu menatap kedua orang tua yang selama beberapa bulan ini telah ia anggap seperti orang tuanya sendiri itu. Ia tahu, Donghae dan Tiffany pasti juga khawatir mengenai kedekatannya dengan Jeno juga. Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi ke depan dengan mereka jika terus serumah,kan? Setidaknya itulah tebakan Lia mengenai apa yang dipikirkan orang tua Jeno dan Jake itu.

Sedangkan Donghae dan Tiffany menatap teduh Lia. Sungguh, mereka juga sudah menyayangi Lia seperti putri mereka sendiri. Tanpa ada keluhan sedikitpun mengenai Lia. Apalagi kenyataannya Lia sudah membantu Jeno menghadapi masalah besarnya. Mereka percaya pada ketulusan persahabatan keduanya. Namun mereka juga tak bisa percaya sepenuhnya karena bagaimanapun mereka tetaplah orang tua yang merasa telah lalai sebelumnya pada pergaulan putra mereka.

"Lagi pula, Lia juga harus membantu orang tua Lia membangun usahanya lagi. Memenuhi tanggung jawab Lia sebagai putri mereka..."

Pegangan tangan Jake mengerat di bahu Lia. Ia akan jauh dari kekasihnya selama beberapa tahun ke depan dan tak bisa menemani Lia berjuang memperbaiki hubungan dengan keluarganya. Apalagi jelas dari ucapannya mengatakan kalau Lia akan kembali bekerja dan itu akan dilakukannya sambil berkuliah.

Meski senyum keyakinan gadis itu terpancar serta tatapan percaya dari kedua orang tuanya, Jake tetap gundah. Ia tak akan ada disini, di sisi kekasihnya yang mungkin saja nanti akan butuh tempat bersandar dikala lelah karena ia mengenal sekali siapa Lia. Gadis yang selalu memendam keluh kesah dan sakitnya sendiri.

"Kau yakin?" Cicit Jake khawatir menatap kekasihnya itu yang menjawabnya dengan anggukkan dan tatapan teduhnya.

"Hhmmm... Sekarang saatnya aku memperbaiki apa yang sebelumnya aku tinggal pergi..."








.
.
.











Just Wanna Be YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang