9

78 13 1
                                    

Lia membuka pintu yang sejak tadi terketuk pelan. Alisnya berkerut melihat wajah yang tak asing hingga membuat matanya membulat kaget sedangkan tamu tak diundang yang tak lain adalah Taehyung itu nampak memasang wajah datarnya.

Mundur selangkah, Lia bergerak cepat hendak menutup pintunya namun sepatu pantofel pria itu sudah lebih dulu mengganjalnya.

Geram, Lia tetap berusaha mendorong pintunya sambil mengumpat dalam hati.

"Mau apa kau datang,hah?!" Bentaknya kasar saking kesalnya.

"Ikut pulang."

"Dalam mimpimu!" Tatap tajam Lia dengan wajah yang mulai memerah karena kesal. Sungguh ia benci diusik karena sudah lelah dengan keributan.

"Tak bisakah kau bersikap baik padaku?"

"Memang kau siapa harus aku perlakukan baik? Kau hanya orang asing!"

"Aku akan menjadi kakak iparmu!"

"Mau kau menikah dengan kakak ataupun ibuku sekalipun, kau tak berhak mencampuri urusanku!"

Rasanya suara mereka berdua sudah cukup kencang sampai beberapa penghuni kamar lain nampak mulai mengintip keributan itu. Meski begitu, tak ada satupun yang berani melerai mereka.

"Kenapa kau sangat keras kepala sekali?! Bagaimana aku bisa memahamimu jika—"

"Aku tak memintamu memahamiku! Aku tak meminta siapapun untuk memahamiku! Kau sendiri yang—"

"Siapa kau?!"

Suara Jeno memotong ucapan Lia hingga Taehyung menoleh dan Lia mengambil kesempatan itu untuk menutup pintunya.

Rahang mengeras saat kesempatan terlewat, dengan cepat Taehyung merubah ekspresi dan menoleh pada Jeno. Pemuda yang dengan berani menatapnya tajam seakan dia adalah penjahat.

"Kau yang menguntit nya selama ini,kan?!" Tanya Jeno lagi.

Tak berniat menjawab, Taehyung melangkah pergi. Mengabaikan teriakan Jeno bahkan sempat menghempas tangan pemuda itu yang mencoba menahannya. Melawan bocah baginya hanya akan menghabiskan waktu saja.

Jeno mengumpat kesal. Apalagi mengingat wajah nan angkuh merendahkan dari yang lebih tua tadi. Bisa saja ia menonjoknya dengan mudah tapi masih tersirat kesadaran dalam dirinya untuk tak membuat keributan yang lebih parah lagi.

"Jen..."

Menoleh, Jeno langsung menyambut Lia dalam dekapan. Gadis yang ketakutan hingga tubuhnya terasa dingin itu membuat Jeno makin emosi saja dengan pria tadi.

"Apa dia menyakitimu?"

Lia menggeleng pelan. Sadar tak akan ada suara, Jeno membawa Lia masuk kedalam kamar gadis itu. Mengabaikan beberapa pasang mata dari penghuni kamar lain yang sempat mendengar keributan mereka. Ada yang sempat berpikir gadis penghuni baru itu adalah gadis penggoda mengingat yang datang tadi adalah pria dengan setelan mewah. Namun melihat kejadian lengkapnya tentu pikiran itu mudah tertepis.

Kembali pada sepasang sahabat tadi, Jeno masih berusaha menenangkan Lia dan memberinya segelas air. Meski masih nampak kosong, namun Lia sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya.

"Dia benar-benar mengawasimu. Siapa dia sebenarnya?"

"Calon kak Rose. Tapi sepertinya dia dari keluarga yang besar..." Jawab Lia setebaknya saja yang disetujui oleh Jeno.

"Kamu tak bisa tetap disini..."

"Aku baru pindah, Jen..." Ucap Lia lelah. Sungguh jika Jeno memintanya pindah lagi, dia belum siap. Belum juga hilang lelah karena pindahan kemarin sudah harus pindah lagi.

Jeno nampak menghela nafas panjang. Memutar otak, dirinya mengambil tempat duduk di lantai, tepat sebelah kaki Lia yang menjuntai.

"Jake tak ada disini untuk menjagamu..."

"Aku terlalu merepotkan adikmu..."

"Dia tak mengeluh. Aku pun tak keberatan kau menyibukkannya. Setidaknya, ada kau yang mengawasinya..."

"Aku bukan orang baik, Jen..." Lirih Lia mencoba mengingatkan sahabatnya itu.

"Akupun sama, Li. Bedanya aku laki-laki sedangkan kau perempuan. Tapi aku yakin kau sudah belajar dari pengalaman dan tak mungkin mengecewakanku..." Ujar Jeno yang dalam hati disetujui oleh Lia. Bagaimana mungkin dia bisa mengecewakan sahabat sebaik Jeno mengingat belum tentu dia bisa menemukan yang sepertinya lagi.

Jari mengetuk di lantai, Jeno masih berperang dengan rencana-rencana dikepalanya. Memikirkan resiko juga perlu mengingat di depan matanya tadi dengan jelas ia melihat bagaimana pria itu mencoba menerobos batasan yang jelas Lia larang.

"Kau mau tinggal di rumahku?"












.
.
.










Just Wanna Be YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang