"sudah?"
Anggukkan pelan ia dapatkan lalu yang lebih tua langsung memberikannya minum. Setidaknya hari ini porsi makan Lia bertambah dan itu sudah lebih baik dari kemarin.
"Kak..."
"Iya..."
Tak langsung melanjutkan,gadis itu memilih terdiam dalam pikirannya. Taehyung tak suka itu, ia tak suka jika Lia sudah diam. Dia bahkan memilih cuti supaya bisa menemani gadis itu berbicara setiap harinya karena ia tahu Lia tak mudah nyaman dengan orang baru. Bahkan Jimin pun masih jarang dijawab ucapannya. Meski nampak mendengarkan setiap Jimin bercerita, namun nyatanya ia tahu kalau pikiran gadis itu nun jauh di dunia lain.
"Kak...tak bisakah untuk berhenti—"
"Tidak. Kita tak akan berhenti sampai kita menemukan donor untukmu dan kau bisa sembuh. Setelahnya, kau boleh memintaku untuk berhenti mengomentarimu..."tolak Taehyung seakan sudah hafal apa yang akan Lia katakan. Sudah sebulan Lia melakukan perawatan di rumah sakit karena kondisinya yang memburuk dan pertanyaan sama selalu Lia lontarkan. Meminta Taehyung untuk berhenti berusaha dan membiarkannya pergi.
Tak ada jawaban lagi, Taehyung mengusap kepala Lia penuh sayang. Sebulan dengan gadis itu di rumah sakit, tak ada perlawanan yang ia dapatkan. Tak ada gerutuan,sarkasme atau apapun yang menunjukkan ciri seorang Lia yang dirinya kenal. Meski merasa ucapan Lia kini lebih bisa di saring,namun ia tak suka karena Lia lebih banyak diam. Baginya, tak masalah jika setiap hari harus menerima makian atau sarkasme dari mulut gadis itu asalkan ia kembali pulih. Kembali menjadi gadis yang kuat dan penuh semangat. Bukan gadis yang menyerah pada hidupnya seperti sekarang.
"Aku lelah..."
"Maka cukup beristirahat,bukan pergi. Kau tahu, bukan hanya aku. Ada banyak orang yang pasti menunggumu pulih..."
"Kondisiku memburuk setiap harinya. Kata dokter jika—"
"Dia hanya dokter,bukan Tuhan. Ucapannya akan kalah dengan doa dari orang-orang yang menyayangimu termasuk diriku..."
Salah satu tangannya meraih dan menggenggam tangan yang lebih muda. Menyalurkan semangat yang ia harapkan bisa diterima dan diserap oleh gadis itu.
"Ayo semangat untuk sembuh, Lia. Aku akan memberikanmu pengalaman yang baik dengan seorang kakak. Jadi adikku yang akan menerima semua kasih sayang. Apapun yang kau inginkan akan kakakmu ini berikan. Dan siapapun yang akan menyakitimu, maka dia harus menghadapi ku,kakakmu. Jadi bertahanlah. Apa kau tak ingin merasakan pengalaman itu?"
Melirik, ia bisa melihat air mata menetes di sudut mata penuh kelelahan dari yang lebih muda. Sakit rasanya. Meski sebelumnya tak banyak waktu yang mereka habiskan dengan baik, namun entah kenapa dirinya seakan ingin memberikan pengalaman baik pada gadis yang selalu diuji oleh dunia itu. Bersama Lia, ia yang selalu mendapat jalan mudah di hidupnya jadi merasa berguna. Bisa membantunya, rasanya seakan itulah salah satu tujuan dirinya ada.
"Aku mengantuk kak..."
"Kalau begitu tidurlah. Tapi jangan lupa untuk bangun,Oke. Aku akan menunggumu membuka mata lagi untuk kita bercanda lagi..."
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Wanna Be Yours
FanfictionUsia bukan penghalang. Itu yang pemuda itu selalu ingat. Tentu saja motto hidup itu baru tercipta dan hanya berlaku dalam hal percintaannya saja pada sang senior idamannya, Lia.