12

72 12 0
                                    

Berita itu menyebar luas dengan cepat. Bahkan sudah muncul di akun gosip kampus membuat Lia hanya bisa menghela nafas panjang. Tak sepenuhnya berita buruk, karena dari yang ia baca, Taehyung memperingati Rose mengenai keburukannya. Ya. Taehyung membuka keburukan Rose di depan semua orang terutama bagaimana Rose yang selalu mempersulit hidup adiknya sendiri.

Namun di sisi lain, masih ada yang berkomentar dan menduga kalau salah satu penerus perusahaan itu memutuskan hubungannya dengan Rose karena tertarik dengan adik Rose, yaitu Lia. Bahkan ada yang mengatakan Lia yang menggodanya.

"Rasanya ingin menghilang saja dari sini..."

Pikiran kalutnya terhenti ketika suara gagang pintu kamar terbuka dan masuklah Tiffany, mama Jeno dan Jake. Wanita paruh baya yang bagi Lia cantik bak malaikat luar dan dalam hatinya.

Seperti senyumnya sekarang pada Lia yang nampak lembut dan hangat. Meredakan sedikit badai salju di hati dan pikirannya.

"Kau tak apa, sayang?" Tanya Tiffany yang langsung mengambil tempat di sebelah Lia. Gadis itupun segera bangkit dari posisi berbaringnya lalu mengangguk pelan.

"Hanya sedikit pusing..."

Usapan tangan lembut pada kepalanya membuat senyum tipisnya terbit. Ah... Pantas Jeno dan Jake sangat-sangat luar biasa sebagai laki-laki. Pasti gen dari mama mereka cukup andil meski fisik hampir 90 persen mirip papa mereka.

"Semua akan baik-baik saja. Kau anak yang kuat, kau tahu? Tak semua anak bisa tetap berdiri setelah menghadapi masalah sepertimu. Mama bangga padamu..." Ucap Tiffany lembut bersamaan dengan senyum hangatnya. Lia suka itu. Suka semua tentang keluarga Jeno yang sempurna bak idaman semua orang.

"Ayo... Mama membuatkan cake untukmu dan Jeno. Kalian pasti suka. Sekalian kita Videocall Jake dan buat anak itu merengek ingin pulang..." Canda Tiffany dengan tawa pelannya yang membuat senyum Lia makin lebar bersamaan dengan anggukkan pelannya. Tentu dia tak akan melewatkan saat dimana Jeno dan mamanya membuat Jake kesal. Dia suka menontonnya.

"Hhmmm...!"


























"Kau menandaiku sebagai pacarmu?"

"Iya... Memang seharusnya begitu, kan? Lagipula semua orang juga sudah berpikir begitu. Aku hanya ingin menegaskan,Lia..."

"Kakak, Jake. Aku lebih tua darimu..."

"Tapi kau pacarku. Masa aku panggil pacarku dengan panggilan kak. Atau mungkin lebih baik dengan, sayang?"

Kekehan pelan dari yang lebih muda diseberang sana membuat Lia menggeleng pelan. Ya, Jake memposting foto di sosial medianya dan menandai Lia dengan sebutan kekasihnya. Lia tahu, Jake pasti telah mendengar ceritanya dan dia melakukan ini salah satunya supaya orang-orang berhenti berpikir buruk tentangnya.

"Bagaimana kuliahmu?" Tanya Lia mengalihkan pembicaraan mereka sebelumnya. Meskipun pipinya pasti sudah bersemu merah karena jujur saja ucapan Jake itu membuatnya merasakan sedikit kupu-kupu berterbangan di perutnya.

"Baik. Sudah merindukanku?"

"Kami semua merindukanmu..."

"Tapi aku lebih merindukanmu. Kau tahu,aku setiap malam selalu—"

"Sudah, berhenti. Kau selalu mengatakan itu. Kalau orang tuamu mendengarnya, mereka akan marah padamu..." Ucap Lia sudah bisa menebak apa yang anak itu akan ucapkan. Malu juga kalau sampai di dengar yang lain bagaimana Jake menceritakan malam saat mereka tidur bersama.

"Lia..."

"..."

"Lia..."

"..."

"Sayang..."

"Jake...!"

Kembali suara kekehannya terdengar. Suka sekali dia menggoda Lia. Merindukan wajah kesal yang lebih tua.

"Bertahanlah lebih lama lagi. Bertahanlah untukku, untukmu. Untuk kita semua yang menyayangi mu..."










.
.
.








Just Wanna Be YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang