"kau tak bisa,Lia!"
Suara bariton tegas itu tak membuat Lia beralih. Dirinya masih sibuk memakai sepatunya yang harus ia lepas sebelumnya.
Taehyung, pria itu sedikit kesal akan keras kepalanya gadis dihadapannya itu. Jangan tanya bagaimana akhirnya mereka bisa seperti sekarang. Keras kepala Lia akhirnya bisa kalah dengan keras kepala Taehyung. Lebih tepatnya pria itu berhasil menemukan kelemahan gadis yang kini berusia lebih dari 21 tahun itu.
"Kau harus berhenti!"
"Aku tak bisa,kak. Orang tuaku membutuhkanku..."
"Kalau begitu beritahu mereka!"
"Aku..."
Helaan nafas pelan namun sarat akan luka terdengar di rungu yang lebih tua. Sementara salah satu pria lain di sana hanya bisa menonton perdebatan mereka. Tak ingin melerai karena bukan kali pertama juga dirinya berada di posisi yang sama. Dua orang itu memang sering berdebat. Atau lebih tepatnya, selalu berdebat.
"Aku tak bisa mengecewakan mereka lagi..." Lirihnya yang membuat tatapan kesal Taehyung melembut. Ia melangkah mendekat dan berdiri di depan gadis yang masih setia duduk di tempat sebelumnya. Entah orang lain tak sadar atau bagaimana, ia tak paham. Nyatanya ia sendiri bisa melihat semua perubahannya dan jujur ia merasa semakin lama semakin takut karena ia belum menemukan solusinya.
"Kau...melemah..."
"Hhmm... aku tahu. Aku melemah. Aku tak sekuat dulu. Aku semakin tak berguna..."
Gelengan pelan Taehyung balas untuk lirihan pelan gadis itu. Perlahan ia menarik yang lebih muda dalam rengkuhan. Bukan yang pertama, ia pernah memeluk Lia juga sebelumnya. Tepat saat dunia gadis itu harus dihancurkan sekali lagi oleh keadaan.
"Aku akan membuatmu kembali seperti dulu. Bahkan lebih kuat dari yang pernah kau rasakan..."
"Aku akan hancur..."
"Tidak. Tak akan ku biarkan kau hancur. Karena jika kau hancur, maka akan aku hancurkan dunia ini juga..."
Hening beberapa saat. Lia yang orang pikir pasti akan menangis, malah tak terdengar keluhannya. Atau gadis itu sudah lelah mengeluh, sampai tak tahu lagi kata apa yang tepat untuk mengumpamakan rasa sakitnya.
Kedua tangannya tertaut dengan jari yang saling menggaruk pelan. Semua itu diperhatikan oleh seorang lain dalam ruangan itu, yang bisa menebak kalau ada satu hal yang Lia pikirkan dan sedang ia coba ambil langkahnya.
"Kak..."
"Hhmmm?"
"Boleh bantu aku, sekali lagi?"
"Bahkan kau meminta bantuan sepuluh kali sekaligus pun akan aku lakukan..." Jawab Taehyung melepas pelukannya dan merapikan rambut yang lebih muda meski itu tak akan merubah pias wajahnya.
"Aku minta tolong..."
"LIA....!!"
Bentakan Jeno membuat gadis yang akan memasuki mobil mewah itu tersentak dan menoleh. Nampak di depan matanya, untuk pertama kalinya, raut wajah amarah dan kebencian dari Jeno untuknya.
Sentakan keras saat tangannya tertarik oleh tangan besar Jeno hingga tubuh mereka berhadapan. Sakit dirasa saat rematan di pergelangan tangannya makin kencang bersamaan dengan makin tajamnya tatapan mata pemuda dihadapannya.
"Jadi seperti ini yang kau lakukan? Setelah apa yang adikku korbankan?!"
Lia tak menjawab sampai tangan Taehyung melepas paksa cengkraman tangan Jeno pada tangan Lia. Melihat kulit gadis itu memerah membuatnya ikut terpancing emosi.
"Kau menyakitinya!"
"Dia menyakiti adikku! Kalian menyakiti adikku!" Bentak Jeno marah. Nafasnya tak beraturan menggambarkan semuanya. Apalagi melihat bagaimana Lia hanya diam saat Taehyung menariknya dalam pelukan.
Berdecih, Jeno menggeleng pelan dengan senyum sinisnya. Merasa kecewa dengan sahabatnya itu.
"Kau bilang kau tak menyukainya. Kau tak mengenalnya dan tak ingin tahu siapa dia. Namun begini akhirnya. Apa yang dia berikan padamu sampai kau luluh padanya?!" Tanya Jeno menatap tajam Lia.
"Jawab aku, Lia!" Bentaknya lagi setelah tak juga mendapat jawaban dari sahabatnya itu. Atau bisa dia katakan, mantan sahabat?
"Segalanya..." Jawab Lia lantang yang membuat Jeno sedikit tak percaya betapa beraninya gadis itu menjawab demikian. Dia tak bisa percaya, gadis yang ia pikir adalah gadis yang paling terbaik, gadis yang paling ia kenali, nyatanya tak juga ia kenal sekarang. Rasanya dalam sekejap mereka terasa asing.
"Jadi alasanmu membantu keluargamu hanyalah alibi? Nyatanya kau hanya sibuk dengan pria ini yang katamu bisa memberimu segalanya? Lalu bagaimana dengan adikku?! Tak ingatkah kau dengan adikku,kekasihmu?! Kemana sifatmu yang dulu itu? Sifat yang welas asih dan sangat penuh kasih sayang?! Apa yang—"
Ucapannya terpotong kala melihat Taehyung yang mendekap Lia lebih erat dan mengecup kening Lia. Kembali senyuman sinis ia layangkan pada mantan sahabatnya itu.
"Mereka benar. Sekalinya gadis itu rusak, ia akan terus mencari penyaluran. Dan sepertinya pria itu bisa memberimu kehangatan itu,kan?" Sinisnya yang membuat mata Taehyung membulat sempurna. Ia marah dengan apa yang Jeno ucapkan yang jelas sangat merendahkan Lia. Namun saat dirinya akan melawan, ia lebih dulu ditahan oleh Lia yang memeluknya hingga tatapan jijik dari Jeno kini gadis itu dapatkan.
"Kau memang benar. Barang murahan memang banyak peminatnya..."
Setelahnya, Jeno melangkah pergi dari sana,tak tahan melihat semuanya lebih lama. Meninggalkan Lia yang langsung membenamkan wajahnya di dalam pelukan Taehyung. Untuk kali pertama, isakan itu terdengar bersamaan dengan nafas yang mulai tak teratur membuat pelukan Taehyung mengerat bahkan tangannya langsung mengangkat Lia dengan mudahnya.
"Kita harus kembali kesana!"
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Wanna Be Yours
FanfictionUsia bukan penghalang. Itu yang pemuda itu selalu ingat. Tentu saja motto hidup itu baru tercipta dan hanya berlaku dalam hal percintaannya saja pada sang senior idamannya, Lia.