27

73 10 2
                                        

"operasinya berjalan lancar. Tapi karena saat itu kondisi Lia sudah tak baik, itu menjadi salah satu faktor lama proses pemulihannya. Namun yang terjadi malah lebih buruk dari yang semua duga. Lia kritis. Bahkan sebenarnya sebelum tindakan ia sering kali memintaku untuk membatalkan saja dan membiarkannya pergi. Dia selalu bilang sudah lelah..."

Tepukan pelan membuat Jake menoleh pada yang lebih tua. Mengalihkan pandangannya sebentar dari wajah pucat kekasihnya itu.

"Hari itu, dia sengaja memintaku membuat Jeno marah. Aku pikir dia melakukannya supaya kalian membencinya dan tak memikirkannya lagi. Dia melakukannya supaya saat dia menyerah dan pergi,kalian tak akan mencarinya lagi..."

























"Jangan menyerah,sayang. Ayo bangun. Aku disini, I need you and Will always like that. I just wanna be yours and you're the only one I want in my life..." Lirihnya sambil mencium lembut punggung tangan gadis lemah itu dalam genggaman.

Tak ada respon sama sekali. Padahal dokter juga memiliki harapan,siapa tahu dengan adanya orang terkasihnya, Lia akan memiliki semangat hidup lagi dan berusaha untuk bangun. Nyatanya ini sudah hari ke tiga dan Lia tetap saja tak menunjukkan respon apapun.

Sementara di luar kamar rawatnya, Jeno hanya bisa duduk termenung. Masih menyimpan rasa bersalah yang besar, ia pun mengharap supaya sahabatnya itu segera bangun. Meski ia sempat mendengar salah satu suster yang seakan bergosip mengatakan kalau tak seharusnya Lia di pertahankan karena hanya akan menyiksanya saja dengan menahannya pergi.

Tapi tidak. Jeno tak ingin sahabatnya itu meninggalkan mereka. Bukan hanya dirinya, yang paling terdampak tentu adalah adiknya,Jake. Pertengkaran kemarin saja sudah membuat adiknya kacau dan jatuh sakit, apalagi jika sampai Lia meninggalkan mereka. Ia takut adiknya juga akan nekat memilih menyusul nanti.

Belum lagi adik Lia, Jisung. Sejak Lia diketahui hilang, ia cukup sering berada di rumah Lia. Setidaknya untuk menenangkan keluarganya. Terutama Jisung yang selalu menanyakan kabar dan menunggu sang kakak pulang. Adiknya yang selalu yakin sang kakak akan kembali karena pemuda itu masih merasa membutuhkan kakaknya. Ketika ia memberi tahu keluarga Lia kalau gadis itu ditemukan, Jisung nampak sangat bahagia. Bahkan Jeno ingat wajah anak itu memerah dan hampir menangis,memintanya untuk membawa sang kakak pulang. Jelas Jeno lihat bagaimana Jisung sangat menyayangi kakaknya.









Saat masih dalam lamunan, seseorang duduk disebelahnya dan menyodorkan segelas kopi. Meski tak berminat, namun Jeno tetap menerimanya untuk menghargai si pemberi.

"Dia...akan sadar,kan?" Lirihnya,membuat Taehyung yang hendak menyeruput kopinya menoleh.

"Harapannya memang sangat kecil, tapi tak ada yang tak mungkin di dunia ini..." Jawab Taehyung mencoba memberi pemuda itu semangat. Sejak kedatangan kedua pemuda itu, rasanya ia sudah seperti tengah menjaga 3 adik saja. Dan sebagai yang paling dewasa, ia tentu harus menjadi yang paling bijak dan tenang.  Sedikit sulit, karena ini pengalaman baru baginya mengurus adik. Tapi menyenangkan juga baginya karena ia merasa tak sendirian.

"Bagaimana cara membuatnya bangun? Bahkan kita semua sudah memintanya namun dia tetap memilih memejamkan matanya..." Ucap Jeno terdengar frustasi.

"Tak ada yang tahu apa yang bisa membuat semangat hidupnya bisa kembali. Dia merasa semua sudah selesai. Dia sering sekali mengatakan itu. Tapi aku yakin, dalam hati kecilnya ia masih memiliki alasan untuk tetap bertahan..."

Hening menerpa sampai suara dering ponsel Taehyung terdengar. Panggilan dari salah satu orang kepercayaannya di Korea yang langsung ia terima. Beberapa saat berbincang, sampai akhirnya raut wajah pria itu berubah menjadi kaget dan tegang membuat Jeno yang melirik langsung mengerutkan alisnya.

"Ada apa?" Tanyanya setelah panggilan diakhiri. Dia tak lancang. Nyatanya 3 hari disana bersama membuat mereka menjadi lebih dekat. Melupakan fakta bahwa mereka pernah hampir berkelahi sebelumnya.

"Jisung! Dia masuk rumah sakit!" Ucap Taehyung panik membuat mata Jeno membulat kaget.

"Apa yang terjadi?!"

Taehyung tak menjawab dan langsung masuk ke kamar rawat Lia.

Jake yang melihat keduanya masuk pun langsung menoleh pasalnya tak biasanya orang masuk dengan suara terburu-buru seperti itu. Biasanya mereka akan masuk dengan sangat tenang.

"Ada apa?" Tanya Jake kali ini namun sama seperti Jeno, tak mendapat jawaban.

Yang lebih tua memilih berjalan mendekati ranjang Lia dan mengusap kepalanya pelan.

"Lia... Jisung masuk ke rumah sakit. Adikmu kecelakaan,Lia. Seseorang menyekap dan memukulinya hingga dia kritis. Kau tahu siapa orangnya? Gadis yang hari itu ribut denganmu. Claudia..."

Jeno dan Jake tak bisa tak kaget mendengarnya. Ternyata gadis itu masih berani berulah atau lebih tepatnya mungkin memilih membalaskan dendam pada Lia lewat adiknya,Jisung.

"Jisung kritis,Lia. Kondisinya sangat buruk. Bahkan mamamu sampai tak sadarkan diri beberapa kali..."

Suara mesin elektrokardiograf terdengar sedikit lebih cepat dari sebelumnya dan itu disadari oleh ketiganya. Jeno pun tanpa diminta langsung memencet tombol pemanggil dokter. Ia tahu, Lia merespon mereka kali ini.

"Lia... Apa kau mau membiarkan Jisung terluka? Kau tak mau membalasnya? Ayo bangun Lia! Adikmu dipukuli oleh orang lain! Balaskan sakit adikmu,Li!" Ucap Jeno penuh semangat hingga Jake menyadari sebuah pergerakan bersamaan dengan dokter yang masuk ke dalam ruang rawat itu.

"Ada apa??"

"Dok...dokter! Jarinya bergerak tadi! Dan mesinnya..."

Mereka langsung memberi sang dokter ruang untuk mengecek kondisi Lia. Keajaiban seakan tengah hadir di ruang rawat yang telah lama menanti kembalinya kehidupan gadis itu.

"Dia merespon!" Ucap sang dokter setelah mengecek beberapa hal membuat mereka tersenyum lega,namun belum sepenuhnya.

"Kak. Ayo bangun! Jisung butuh bantuan mu,butuh kakaknya untuk melindunginya..." Ucap Jake di dekat telinga Lia.

"Keluargamu membutuhkanmu, Lia. Jisung membutuhkanmu. Dia dipukuli, Lia. Jisung terluka dan butuh perlindungan kakaknya!"

"Apa kau mau membiarkannya seperti itu?! Kau tak mau membalaskan luka adikmu,Lia?! Kakak macam apa dirimu yang hanya diam disana tanpa mau bangun untuk membantu adikmu?!" Ucap Jeno seakan menantang Lia.

Respon yang ditunjukkan Lia makin aktif dan disadari oleh sang dokter hingga senyumnya melebar.

"Dia akan segera sadar. Segera!"





































"Ji...Ji...sung...."

















.
.
.

















Just Wanna Be YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang