Lia membuka matanya dengan cepat. Berbeda dengan saat seseorang dengan mimpi indahnya yang akan sangat malas melakukannya. Sudah bisa dipastikan apa yang terjadi. Mimpi buruk yang cukup sering menghantuinya. Bukan mimpi dari hal yang tak dia ketahui. Tapi mimpi dari masa lalu yang tak ingin dia ingat lagi namun selalu membuatnya enggan untuk mulai memejamkan mata lebih awal di malam hari.
Menarik nafas panjang, gadis berusia 20 tahun itu tak langsung bangkit. Ia memandang langit-langit kamar yang gelap. Mengingat dirinya yang dulu sangat membenci hal ini. Tapi kini, semua kegelapan itu adalah salah satu tempat teraman dan ternyaman baginya.
Melihat dari layar ponsel, masih terlalu awal untuk bangun dan bersiap namun ia tak mau juga berlama-lama diam yang hanya akan membuatnya mengingat hal yang menyakitkan lagi.
Segera setelah mandi dan bersiap, ia berjalan menuju minimarket terdekat untuk membeli sarapannya. Makanan cepat saji menjadi pengisi perutnya setiap hari. Lebih hemat dan cepat dibanding memasak sendiri baginya. Lagipula dia melangkah sejauh ini bukan untuk membuat dirinya lebih buruk lagi,kan?
Duduk di salah satu kursi sudut minimarket sambil mengunyah Odeng dengan tambahan kimbab di pagi hari yang belum terang. Memandang jalan yang masih sepi, mata bulatnya berhenti memandang sekitar saat ia melihat seseorang berhenti tepat di depan, seberang kaca minimarket.
Seorang pria(?) yang entah kenapa saat Lia menarik pandangan pada wajahnya, ternyata pria itu juga tengah menatapnya. Beberapa detik mereka saling tatap sampai Lia memutuskan kontak mata mereka dan meninggalkan kursinya.
Membuang sampah pembungkus makanannya sebelum akhirnya melangkah keluar minimarket itu. Melirik, pria itu masih berada disana dan sekiranya malah mengunci tatap padanya. Tak mau berburuk sangka, apalagi terbawa debaran bak di kisah cinta, ia memilih melangkah menjauh.
Persetan dengan semuanya. Dia sudah lupa cara bersosialisasi kecuali saat ia memakai topengnya. Itupun hanya saat bekerja dimana merupakan kewajibannya tetap tersenyum dan berbicara dengan ramah.
"Lebih awal?"
Lia menoleh pada pegawai yang lebih muda 2 tahun darinya. Pemuda penuh semangat dengan senyum lebarnya. Rambut berantakan yang malah membuatnya bisa selalu digilai banyak perempuan. Setidaknya itu yang Lia ingat dulu sejak awal mereka kenal di bangku sekolah menengah pertama. Ia pun hanya memberikan senyuman tipis khasnya yang tetap dibalas ramah oleh pemuda itu lalu segera saja yang lebih muda mempersiapkan diri untuk bekerja.
"Bekerja lebih awal tak membuat gajih kita naik, kak..." Ucapnya sambil mengikat epron pada tubuhnya. Wajar. Karena ini bukan pertama kalinya ia melihat yang lebih tua membuka cafe lebih awal. Tentu saja karena mereka cukup sering satu shift yang sama. Sengaja. Jake, nama pemuda itu, ia sangat gemar berada disekitar senior yang menurutnya imut itu.
"Aku hanya terbangun lebih awal..." Jawab Lia tak menoleh sambil membersihkan mesin kopinya yang tadi sempat bekerja menyiapkan beberapa gelas. Keberuntungan bagi orang-orang yang harus berangkat bekerja pagi bisa menelan kopi hangat disaat suhu luar lumayan rendah.
Mengangguk, Jake mengecek beberapa kue kering di etalase sebelum akhirnya mengisi ulang dengan stok yang ada. Bercengkrama sesekali menggoda yang lebih tua adalah kebiasaannya. Lia tak banyak bicara, itu sebabnya Jake lah yang harus memancingnya. Beruntung sifatnya bisa melengkapi kekurangan Lia dalam mencari topik perbincangan.
Tidak. Seingatnya seniornya itu bukan tipe gadis demikian. Lia yang awal ia kenal adalah gadis yang sangat ramah dan penyayang. Banyak bicara dan tertawa hingga seluruh penghuni sekolah mengenalnya.
Meski tak seceria dulu, namun bagi Jake,Lia tetap yang terbaik. Faktornya? Banyak dan tak bisa dia jelaskan. Baginya, Lia bagai bidadari yang mungkin sedang terperangkap dalam sumur gelap. Tapi ia yakin, suatu saat nanti sayap bidadari itu akan kokoh lagi dan membawanya kembali ke atas langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Wanna Be Yours
FanfictionUsia bukan penghalang. Itu yang pemuda itu selalu ingat. Tentu saja motto hidup itu baru tercipta dan hanya berlaku dalam hal percintaannya saja pada sang senior idamannya, Lia.