07. - JALAN-JALAN BERSAMA BULEN

417 29 5
                                    


Part-nya agak pendek, bacanya pelan-pelan yaaa🎉



HAPPY READING SAYANGNYA AKUU😭🤩😭




***

Galtero berjalan cepat menuju kantin di kampusnya. Ia berniat akan menemui Felix yang setiap paginya selalu menongkrong bersama kedua perempuan disana. Universitas Gunadarma bisa dibilang juga menjadi tempat terfavorit di kalangan seusianya yang ingin melanjutkan sekolahnya ke perguruan yang lebih tinggi lagi.

Lelaki dengan kaki panjangnya itu mulai terhenti ketika melihat pemandangan didepannya. Bola matanya yang tajam itu terus menatap lurus ke depan guna menjernihkan penglihatannya. Galte tak salah, itu adiknya Gery bersama Vano-si penguasa Universitas Gunadarma yang masuk Gangster terkenal di daerah sini.

Dengan langkah cepat Galte melangkah lebar menuju Gerynal yang tengah asik bercanda gurau. Ia mengurungkan niatnya untuk pergi menemui Felix. Tak perduli, kewarasan adiknya jauh lebih penting. Pasalnya jika bersama si Vano itu, Gery malah semakin liar dan ngelunjak, sudah mah terpengaruh si Renata yang mata duitan, ditambah dengan si Vano yang hobinya mabuk-mabukan.

"Gerynal." panggil Galtero dingin. Ketiga orang yang berada di kursi panjang itu menatap kearah depan. Mereka langsung terdiam, terlebih Gery. Laki-laki itu langsung berdiri dari tempat duduknya.

"G-gal gue ngg-"

"Ger. Gue minta lo sekarang pergi, sebelum kesabaran gue habis buat aduin lo ke Bunda sama Papa." final Galtero langsung to the poin. Merasa amarah Galtero semakin meluap, lebih baik Gery menurut dan mengalah. Tanpa menunggu lama pria itu pergi melewati Galtero dihadapannya dengan begitu saja sembari membawa Renata bersamanya.

Vano dihadapannya ikut tertawa licik. Dia menatap Galtero remeh. "Duh jadi Kakak sok pahlawan banget? Cuman beda beberapa bulan doang kan? Takut ah, dia anak Bund-"

Bugh!!

Galtero memukul kuat pipi laki-laki itu. Vano merasakan ngilu juga perih disana. Ia memegang pipinya sembari menatap Galte penuh amarah. "Awas lo. Sebelum gue hancurin adik bodoh lo itu. Gue lebih utama bakal buat hidup lo menderita." ancam Vano pada dirinya sendiri sebelum melangkah untuk pergi. Dia terus memegangi pipi kirinya yang masih terasa ngilu.

***

Setelah pulang dari kantor, Ellen memutuskan untuk mengajak Pinky jalan-jalan ke mall. Tadinya Pinky hendak menolak, tetapi perempuan paruh baya itu kekeh ingin mengajaknya jalan-jalan. Mereka bertiga kini tengah berada di dalam mobil, Franss diminta Ellen untuk menjadi supir keduanya, sekaligus mengawal mereka dari belakang nantinya.

Gavid pun menyuruh Franss untuk menuruti sang perkataan istri, tidak masalah Franss hari ini tidak masuk kantor. Toh Gavid tetap akan menggaji nya selama Franss bekerja untuk keluarganya.

Sedari tadi Ellen terus menggenggam tangan Pinky disampingnya, mereka duduk di kursi belakang. Pinky tak henti-hentinya menatap kagum jalanan raya yang ramai lewat kaca mobilnya. "Bulen. Aku juga dulu diajak jalan-jalan bersama Ibu." seru Pinky masih menatap pokus ke jalanan.

Ellen tersenyum kecil, sesekali dia mengusap lembut tangan punggung anaknya. "Iyakah? Bulen senang mendengarnya Pinky. Meskipun sekarang Pinky tidak lagi jalan-jalan bersama Ibu Pinky, tetapi ada Bulen yang siap menjadi tempat curhat Pinky."

Pinky mengukir senyuman manisnya, dia mengangguk. "Terimakasih Bulenku." kepalanya menyender hangat di pundak Ellen. Perempuan cantik itu menerimanya dengan hangat, juga memeluknya tak kalah erat.

Franss tersenyum tipis melihat kedua perempuan memeluk saling erat seperti tak ingin kehilangan. Pria itu kembali pokus kedepan setelah melihat Ellen juga Pinky saling berpelukan lewat kaca mobilnya.

My Little Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang