Aku berekspektasi terlalu tinggi kalo aku kini bakal seramai MKUS:(
Tadinya mau up satu lagi, tapi kayaknya harus dipertimbangin lagi🙏🏻
***
Akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba juga. Keluarga Agaspati malam ini tengah mengadakan pesta dirumah, Gavid mengundang beberapa teman kerjanya dikantor, juga Ellen yang mengundang sebagian teman-temannya. Tak lupa si Gerynal yang bucin itu mengundang pacar kesayangannya, si Renata.
Pinky mulai menuruni anak tangga dengan perlahan, mata merah dan sembabnya itu sedikit masih terlihat akibat menangis terus seharian tadi. Tapi dengan begitu tak mengurangi kecantikan pada wajahnya yang menggemaskan itu. Tubuhnya yang dibaluti dress hitam selutut itu sangat cocok dan pas di tubuh mungilnya. Riasan wajah tipis-tipis nya semakin membuat Pinky terlihat lebih cantik natural dan alami. Dress yang digunakannya adalah pilihan dari Ellen untuk dirinya sore tadi.
Terlihat wanita paruh baya itu tengah mengobrol ringan bersama laki-laki kekar yang jauh lebih tinggi darinya. Pinky berusaha untuk biasa saja supaya tidak terlihat seperti gugup dan gemetar. Merasa ada seseorang di dekat tangga, Ellen dengan cepat menoleh ke kiri dimana Pinky berada.
"Sayang, kenapa masih disitu, Bulen udah nungguin kamu lho." Ellen terkekeh kecil melihat Pinky yang menunduk sembari memegangi jari-jari tangannya.
Pinky mendongak, lalu menggeleng cepat. Dengan perasaan yang masih ketakutan, ia mulai berjalan mendekati wanita paruh baya itu. Mengacuhkan tatapan elang Galtero yang seperti ingin menghabisinya. "B-bulenku, m-maapkan Pinky ya sudah lama menunggu," ujar Gadis itu terus menunduk tanpa menatap mata Ellen.
Ellen tersenyum kecil seraya mengusap lembut surai Pinky. "Enggak apa-apa sayang. Lagi pula Bulen baru tadi kok disini, ditemani Galte juga." jawab Ellen menenangkan.
Gadis dengan rambut panjang hitam lurus yang tergerai bebas itu kini mengangguk tanpa mengangkat wajahnya keatas. "Terimakasih Bulenku."
Merasa tak seperti biasanya, Ellen menatap Pinky heran. "Dari tadi Bulen lihat kamu nunduk terus? Sakit? Bulen juga seharian tak lihat kamu keluar dari kamar? Pinky ceritakan semuanya pada Bulen," ucap Ellen dengan raut penuh jawaban. Galte disampingnya lagi-lagi hanya bisa menghela nafas pelan.
Pinky menggeleng pelan, memberanikan diri untuk menatap wanita di hadapannya, yang sekarang sudah menjadi Ibu angkatnya. "A-aku baik Bulen. Maap sudah membuat Bulen khawatir padaku." Pinky berujar pelan, saking pelannya sedikit membuat Ellen terkekeh kecil mendengarnya.
"Tidak apa-apa sayang. Kalau kamu masih malu untuk bercerita pada Bulen, Bulen pahami. Tapi sekarang kan kamu juga udah menjadi keluarga di Agaspati. Jangan sungkan-sungkan yaa..."
"Itu matanya kenapa sembab? Pinky habis nangis? Nangis kenapa?" tanya Ellen dengan nada khawatir.
Pinky menggeleng cepat. "P-pinky tadi k-kangen Ibu Bulen." jawab gadis itu bohong. Ia menangis karena terus teringat perkataan Galte di dapur kemarin sore.
"Serius? Pinky nggak bohong kan? Atau ada yang nyakitin kamu? Bilang sama Bulen, Galte atau Gery? Dia jahatin kamu??" Ellen menatap sinis Galtero disampingnya, membuat laki-laki itu menjadi gelagapan.
Pinky menatap sekilas Galtero yang masih menatapnya tajam, kini ia kembali menggeleng cepat. "Tidak Bulen. Mereka sangat baik .... kok!"
Tangan putih mulus itu kini meraup kedua pipi chubby Pinky, "Jangan takut bilang, Bulen siap jadi tempat curhatnya anak manis ini." seru Ellen mengecup singkat kening Pinky yang lebih pendek darinya. Pinky mengangguk malu sebagai jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Girl
أدب المراهقينBagaimana jadinya jika Galtero satu atap dengan Pinky? Gadis polos yang menyebalkan, namun sialnya sangat menggemaskan. Kehidupannya menjadi berubah 290° derajat ketika bertemu dengannya. Gadis itu dengan beraninya telah menyebut Galte dengan sebuta...