06. - PANGGIL AKU MOMMY!

528 31 5
                                    

Hayuuu atuh di follow" an

Supaya semangat akunya 🙏🏻🙏🏻

***

Suasana hening menyelimuti seisi dapur rumah. Gavid, Ellen dan juga ketiga anak-anaknya tengah menyantap sarapan pagi bersama. Beberapa menit tadi mereka membicarakan tentang kuliah Gery dan Galte. Namun saat ini mereka kembali terdiam sebelum akhirnya Gerynal yang membuka suara.

"Dadd. Kemarin malam aku menemukan seseorang tergeletak lemas di pinggiran kolam. Apa itu temen Daddy kah? Dari badannya sih kekar," ujar Gerynal. "Nggak mungkin dong kalo mabuk sampai segitunya? Atau mungkin dia penjahat yang menyelusup??" sambungnya.

Gavid mengurungkan niatnya untuk memasukkan makanan kedalam mulutnya, kini ia menyahut. "Siapa? Daddy rasa semua teman-teman Daddy bersama Daddy." jelasnya kembali menyuapkan sesendok nasi serta lauk pauk.

"Ah masa? Terus yang di lihat Gery sama Renata kemarin malam siapa? Setan gitu??"

Pinky menyimpan segelas air putih ke meja dengan nyaring. "Ah! Itu paman brewok kan??" gadis itu menatap Gerynal penasaran.

"Brewok siapa nak?" sahut Ellen seraya mengelap bibirnya menggunakan tissue.

Dengan gerakan cepat Galte membuka suara sebelum Pinky hendak menjawab. "Itu Om Retno Bund. Kemarin dia mabuk terus nggak sengaja jatuh di pinggiran kolam." Galtero menetralkan wajah gugupnya. Ia rasa jika terlambat satu detik saja gadis di sampingnya ini akan menceritakan semuanya pada mereka. Dan Om Retno yang Galte maksud adalah salah satu teman Gavid juga, namun sangat-sangat pecinta minuman alkohol.

Ellen dan Gavid mengangguk bersamaan. Sedangkan Gerynal menatap Kakaknya horor. "Serius?? Tapi bagus deh kalo Om Retno. Soalnya gue suruh Pak Franss buat bawa dia suruh keluar. Kan kalo orang jahat bahaya juga, bisa rampas harta gue nanti." sewot Gery yang dikekehi dirinya sendiri.

"T-tapi-"

Pinky meneguk saliva nya dengan susah payah ketika langsung ditatap tajam oleh Galtero. Ia lebih baik mengurungkan niatnya untuk menceritakan semuanya, toh semalam lagipula dirinya sudah berjanji kan pada Galte?

"Tapi kenapa sayang? Dia ada jahat sama kamu?" Ellen menatap Pinky intens.

Gadis berkuncir dua itu menggeleng cepat. Dia menatap kembali Galtero yang menatapnya datar. Kalau Terong marah berarti Pinky nggak dicium lagi dong, pikirnya begitu.

"Lo ngapain ke kolam renang? Sama Renata?" ketus Galtero. Dia menatap penasaran adiknya, namun tetap begitu wajah sangarnya masih menyeramkan.

"Gue sih lagi nyari angin aja. Lagian emang nggak boleh apa kita kesana?? Kaya ada sesuatu aja." balas Gery mencibir Galtero sembari menatapnya sinis.

Ellen terkekeh kecil, kedua anaknya selalu bertengkar hal-hal kecil. Terlebih-lebih soal Renata. Galtero paling anti nama perempuan itu. "Sudah-sudah. Kalian tuh nggak bosen berantem mulu?? Nanti terlambat lho pergi ke kampus." larai Ellen. Ia mulai bangkit dari duduknya kerena sang suami sudah terlebih dahulu beranjak tadi.

"Adekku manis. Abangmu yang tampan ini mau berangkat kuliah dulu ya..." seru Gery yang beranjak dari duduknya lalu menghampiri Pinky yang berada dihadapannya sembari mengecup singkat kening perempuan itu.

Pinky yang mendapat perlakuan manis kini tersenyum lebar. "Siap Gery ganteng. Tapi kenapa nggak cium bibir Pinky juga??" gadis itu bertanya heran.

Gerynal menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal. Ia kira Pinky akan memarahinya, namun nyatanya malah minta dicium di bibir. "Lho emangnya Pinky tau ciuman itu kaya gimana?? Tapi nggak boleh tahu, Pinky kan masih kecil."

My Little Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang