17. - AMARAH GALTERO

304 15 2
                                    


CUYYY MAAPIN LAMAA YAAA

GAA MOODD BANGET MAU UP😔

TAPI AKU USAHAIN UP DUA MESKIPUN TERLAMBAT 🙏🏻

***

"Galtero, Gery, Pinky! Bunda pulang...."

Ellen dan Gavid seketika langsung mematung ditempat saat melihat kedua orang yang saling menatap mesra satu sama lain dengan posisi yang bisa dibilang sangat-sangat mengalihkan pemandangan.

Gavid berdehem sejenak lalu mengalihkan pandangannya. Galtero dan Pinky menoleh kearah samping, tepatnya dimana keberadaan orang tua mereka sudah kembali.

Dengan perlahan Galtero membantu Pinky untuk bangun dan berdiri disampingnya.

"K-kalian lagi ngapain?" tanya Ellen masih dengan raut wajah terkejutnya. Galtero yang menyadari hal itu mencoba mencairkan suasana agar tak begitu terlalu gugup dan mencengkam.

"T-tadi Pinky mau jatuh Bund. Galte tolongin," Galtero berujar dengan suara seraknya. Pinky menunduk malu. Semacam terpergok sudah melakukan hal yang tak seharusnya mereka tunjukkan pada Ellen dan Gavid.

Sebelum mengangguk Ellen dan Gavid menatap satu sama lain, mengiyakan pembicaraan Galtero. Kemudian pokusnya Ellen teralihkan ketik melihat keadaan rumah yang sepi senyap. Kemana anak satunya lagi?

"Gal. Gery mana? Kok Bunda liat Gerynal nggak ada mobilnya?" wanita paruh baya itu kini berjalan mendekat Galtero dan Pinky, ia menaruh tas kecilnya di atas meja makan. Sedangkan Gavid masih terdiam ditempat menunggu jawaban sang anak.

Apalagi ini? Tidak mungkin Galtero mengatakan jika Gery pergi bersama Renata ke tempat club malam. "Gery pamit mau nginep di rumah temennya Bund. Besok juga pulang." jawab Galtero tanpa ada nada gugup.

Pinky disampingnya mengerutkan dahinya bingung, jadi Gerynal pergi menginap kerumah temannya? Tapi jika begitu mengapa tadi Galtero terlihat seperti marah ketika mendapatkan telepon dari Gery?

"Oh begitu. Yasudah kalau begitu kalian juga istirahat ya, sudah malam." tutur Ellen tanpa berfikir panjang. Kemudian ia mengambil kembali tas kecilnya yang berada di atas meja, lalu berjalan menuju kamarnya.

Setelah Ellen pergi, Gavid berjalan mendekat kearah Galtero. "Kalau ada apa-apa sama Gerynal. Kasih tau Papa. Jangan tutupi semuanya gitu aja, Gal." pesan lelaki paruh baya itu menatap Galtero tajam. Bukan penuh kebencian, melainkan meyakinkan anaknya jika tidak ada sesuatu yang ditutupi darinya.

"Iya Pa."

***

Brak!

Galtero menutup pintu mobilnya dengan begitu keras. Langkahnya gontai menuju keberadaan sahabatnya yang telah menunggunya di kursi panjang dekat pohon besar.

Satu jam lalu.

Felix menghubungi Galtero dengan mengirimkan dua pesan kepadanya.

Felix

Felix
Gue ada kelas pagi.

Tadi gue liat Gerynal sama Renata keluar dari apartemen Renata, Gal.

Galtero mengepalkan kedua tangannya erat. Beberapa menit lalu sebelum Felix mengirimkannya sebuah pesan, ia meminta temannya untuk mencari tau atau menghubungi dirinya jika bertemu dengan adiknya. Dan tanpa sengaja pasti Felix menemukannya di tempat kuliah karena tentunya pasti Gerynal tidak langsung pulang kerumah, melainkan ke kampus bersama Renata karena ada kelas pagi. Galte mengkhawatirkan Bundanya yang terus menanyakan Gerynal karena lelaki itu belum pulang sama sekali dari sore kemarin, bagaimana Galtero tidak kesal? Sudah membuat Bundanya begitu khawatir meskipun sudah menjawabnya dengan alasan menginap dirumah temannya Gerynal?

Dengan cepat Felix menahan lengan Galtero sebelum lelaki itu membuat kegaduhan. Ia dapat melihat kemarahan dimata sahabatnya itu yang menajam. Felix paham, pasti Galtero sangat kesal sekarang. Tapi dengan keadaan Gerynal tengah bersama teman-temannya bukanlah waktu yang tepat untuk memarahi Gerynal. "Tahan Gal! Tunggu temen-temen Gerynal pergi sampai Gery cuma berdua sama Renata." Felix mempertegas ucapannya. Jika tidak seperti itu Galtero akan semakin memberontak nantinya.

"Ren, Ger. Kita ke kelas dulu ya! Jangan lupa nonton balapan sore ini!" ucap Vano sebelum begitu pergi bersama kekasihnya, Syelin. Kemudian setelah itu Vano merangkul manis pundak Syelin menuju kelasnya.

Gerynal mengangguk cepat dan terkekeh. "Nggak akan woi!" teriaknya yang diiringi tawa kecil. Begitupun Renata yang melihatnya ikut terkekeh.

"Yuk kita ke kelas." ajak Gerynal pada Renata. Dia merengkuh posesif pinggang ramping Renata, mendapat perlakuan manis dari sang kekasih, Renata membalas merentangkan tangan kirinya untuk memeluk Gerynal dari arah samping.

Puk!

Gerynal merasakan sesuatu dipundaknya. Dengan cepat ia menoleh kebelakang.

BUGH! BUGH!

Saat wajah tampan Gerynal menoleh tepat kebelakang, tepatnya berhadapan dengannya yang berjarak tak jauh darinya, Galtero langsung membogem kuat pipi kanan adiknya.

"Brengsek lo Ger!" umpat Galtero kesal, ia kembali memukul adiknya meskipun Gerynal belum siap untuk menatap Galtero.

"KAK GALTE!!" teriak Renata melotot terkejut, ia menoleh kesamping tepat dimana kekasihnya berada dengan keadaan sudah mengalir deras darah segar di hidungnya.

Galtero menulikan pendengarannya, ia menghantam kembali rahang atas Gerynal dan menonjok kembali wajah adiknya. Tangannya masih gatal ingin menghabisi adiknya, tapi karena ada Felix, temannya itu segera menghentikan aksi Galtero dengan cepat.

"Udah Gal! Jangan sepenuhnya pukul adek lo! Bicarain semuanya baik-baik!" tekan Felix menegaskan.

Renata membantu kekasihnya yang tengah memegangi pipinya penuh memar. Gerynal menyeka darah yang hendak keluar lagi di hidungnya. Ia menatap Galtero yang tengah menatapnya dengan penuh tatapan keamarahan.

"Kenapa lo pukul gue Gal? Salah gue dimana?"

Mendengar pertanyaan bodoh dari Gerynal membuat Galtero tersenyum licik. "Nggak nyadar salah lo dimana? Semalem yang lo lakuin sampe nggak inget pulang apa?! Itu maksud lo bukan kesalahan? Pacaran sampe nggak inget waktu pulang?!" bentak Galtero langsung to the poin. Ia sudah muak berbasa-basi dengan Gerynal sekarang.

"Gue nggak bermaks-"

"Percuma Gerynal. Gue udah bilang berkali-kali sama lo buat putusin cewek jalang itu, tapi lo tetap nggak mau dengerin! Mau lo tuh apa sih?! Belum puas bikin Bunda khawatir sama lo?!"

Saking tajamnya ucapan Galtero, membuat Renata sedikit mencelos hatinya. Bukan karena menyuruh Gery untuk memutuskan dirinya, melainkan karena menyebutkannya sebagai wanita jalang. Padahal ia tidak sama seperti Ibunya yang menjadi wanita malam, tapi Renata tidak seperti itu. Ia benar-benar tulus mencintai Gerynal.

"Harus berapa kali gue juga bilang sama lo kalo gue benar-benar cinta sama Renata, kita nggak mau pisah Gal!" tutur Gerynal penuh penekanan, Renata mencoba menenangkan kekasihnya sembari mengelus pelan pundak Gerynal.

"In-"

"Kasih gue kesempatan buat buktiin kalo gue bener-bener cinta sama Renata, dan Renata bukan perempuan jalang yang sama sekali nggak pantes lo sebutin ke dia. Dia pacar gue Gal!" kekeh Gerynal menatap Galtero penuh serius.

"Terserah." setelah mengucapkan itu Galtero pergi begitu saja meninggalkan Gerynal dan Renata yang diikuti Felix dari belakang. Ia sudah sangat muak jika harus mendengar adiknya yang terus akan membela kekasihnya, meskipun sekalipun Gavid yang menegurnya. Ia kira dengan caranya yang seperti tadi dengan menyebut Bundanya akan langsung memutusi kekasihnya meskipun mustahil bagi Galtero untuk mendengarkannya, dan tetap saja, ternyata dugaannya masih benar.

***

KAYA ORANG GILA GA SIH AKU NGOMONG SENDIRI JAWAB SENDIRI??

KALIAN KOMEN ATUHH, MASA IYA ADA TYPO DIBIARIN 😭

My Little Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang