Maaf lamaaa😭😭😭Jadiii kuy langsung gasss bacaaa, aku double up yaaaa😀
***
"Mbak, tolong dengerin saya dulu. Saya nggak
jahat Mbak Lili." mohon Althar yang berada di depan gerbang pintu kediaman rumah Agaspati.Setelah mendengar fakta tentang Althar di masalalunya, meskipun tak sengaja diucapkan langsung oleh Rengga. Lili tetap saja menganggap bahwa kejadian itu bukanlah hal sepele dan biasa saja, apalagi Pinky perempuan yang belum banyak mengetahui hal-hal lain diluaran sana, ia takut Althar mengotori otaknya hanya untuk kesenangannya sendiri.
"Jahat lah. Buktinya bikin Mbak Alaya hamil kan?" kesal Lili tetap kekeh. Sedangkan Pinky dan Rengga kebingungan memisahkan perdebatan yang sudah terjadi beberapa menit tadi.
"Kakak Lili, Althar nggak jahat kok. Dia sangat baik," Pinky mencoba membela. Yang ia tahu Althar sangat baik kepadanya, ia tak pernah tau bahwa Althar telah menghamili Alaya.
Rengga mengangguk cepat dan berdiri ditengah-tengah Alaya dan Pinky. "Bener tuh sayang."
"Eh, Mbak Lili maksudnya. Althar nggak jahat, cuman keseleo dikit tingkahnya." ralat Althar tetap tersenyum lebar.
Althar menatap tajam kearah Rengga. Pasti lelaki itu yang membocorkannya, kalau bukan dia siapa lagi? Hari ini yang ikut bersamanya cuman laki-laki itu. Tidak mungkin Pinky karena gadis itu belum mengetahui arti 'bunting' yang sebelumnya sudah di ucapkan langsung oleh temannya yang lain.
"Pokoknya saya gamau tau. Jauhin Nona Pinky dari sekarang juga, sebelum saya lapor ke semua orang rumah terus suruh kalian terutama Althar jauh-jauh dari Nona Pinky." ucap Lili memperingati.
Pinky yang merasakan tangannya ditarik perlahan oleh Lili kini membuka suara. "Kakak Lili tolong, jelaskan dulu apa maksudnya? Althar nggak jahat Kakak Lili." pintanya dengan raut wajah lemas.
Hembusan nafas berat dikeluarkan oleh Lili. Ia mengangguk pelan. "Sebelumnya kamu nggak pernah tau kalo dia bukan laki-laki yang baik?" tanya Lili menatap Pinky serius.
Begitupun dengan Pinky yang menatap Lili dengan tatapan yang sulit diartikan, mencari-cari niat buruk dalam tatapannya namun tak ada. "Dia baik Kakak Lili-"
"Nona cukup. Saya tau pasti Nona belum tau kan? Althar itu udah buat perempuan diluar sana mengandung anaknya sebelum adanya ikatan janji pernikahan. Itu nggak baik Nona, apalagi kalo sampai Althar nggak ada niatan buat tanggung jawab. Emangnya Non Pinky masih mau nganggep Althar laki-laki baik?" Lili bersih keras menegakkan kebenaran bahwa Althar bukanlah laki-laki yang baik.
Tak ada sahutan atau jawaban dari Pinky. Gadis itu mencerna baik setiap kata-kata yang dikeluarkan oleh Lili. Maksudnya hamil? Ia menatap Althar tak percaya, banyak pertanyaan-pertanyaan dari tatapannya.
"Tapi Kakak Lili-
"Lebih jelasnya lagi, dia udah hamilin Mbak Alaya. Non Pinky tau kan?" potong Lili kembali. Ia benar-benar tak ingin Pinky terus membela laki-laki seperti itu, karena Lili tak ingin jika nanti Althar mempermainkan Pinky seenaknya mentang-mentang Pinky masih banyak kurang mengetahui hal-hal lain.
"Alaya kenapa Li?" suara Ellen perlahan mendekat dari arah belakang mereka yang dari dalam rumah.
Keempatnya sontak langsung menghadap belakang, dimana wanita paruh baya itu kini berada dengan pakaian biasanya. "Eh udah pulang kalian?" seru Ellen menatap semuanya riang.
"Bulen?" Pinky tanpa diminta langsung melangkah untuk mendekati Ellen dan berdiri tepat disampingnya.
"Ngobrolnya di dalem dong nak. Kasian temen kamu pasti capek butuh minum."
"Jangan Nyonya. Maaf saya lancang menjawab."
Jawaban Lili membuat wajah Ellen berubah menjadi bingung dan terheran-heran. Berbeda dengan tiga orang lainnya yang sudah kebingungan bagaimana agar wanita itu tidak memberitahukannya pada Ellen.
"Kakak Lili-"
Lili menggeleng menatap Pinky. "Nyonya. Saya saranin jangan terlalu bersikap baik pada Althar. Dia bukan laki-laki baik Nyonya, dia sudah menghamili perempuan diluar sana. Dan perempuan itu adalah Mbak Alaya." jelas Lili menceritakan semuanya pada Ellen, membuat wanita paruh baya itu sejenak terdiam di tempatnya.
***
"Althar. Semua itu bener karena ulah kamu? Sehingga teman-teman kamu juga jadi tidak naik kelas?" Ellen membuka suara untuk yang pertama kalinya setelah tadi memutuskan untuk berbicara di dalam dengan baik-baik.
Althar tampak pasrah, ia mengangguk pelan sembari menunduk. "Maaf Tante, mungkin saya bisa berdampak buruk buat Pinky. Ada baiknya saya jauhin Pinky bukan? Yang di ucapkan Mbak Lili benar, saya yang udah buat Alaya mengandung anak saya. Dan membuat teman-teman saya jadi ikut terseret dalam masalah ini." jawab Althar mendongak menatap satu persatu orang bergantian.
"Maaf Althar. Mungkin pertanyaan saya ini terlalu menyinggung buat kamu. Saya nggak larang kamu buat berteman sama Pinky, tapi saya harap untuk kali ini kamu perbaiki dulu diri kamu, dan pokus sama sekolah kamu kan?" sambung Ellen mencoba dengan sikap kekeluargaan, ada rasa tak suka bahwa Althar telah merusak kehormatan pada seorang perempuan. Itu sangat wajar, bahkan harus. Namun apalah jika semua itu sudah terjadi, dan ia hanya bisa untuk memberi batasan pada Althar jika nanti ingin menemui Pinky.
"Saya paham betul dengan ucapan Tante. Dan sebenarnya niat saya ingin menikahkan Alaya setelah lulus nanti. Tapi mungkin takdir memilih orang lain untuk menjadikan suami yang baik bagi Alaya, dan itu bukan saya." Althar tersenyum tipis.
Tanpa di jelaskan bagaimananya lagi Ellen sudah paham. Alaya terlihat dari keluarga terpandang, sedangkan mungkin Althar hanya laki-laki biasa yang belum dewasa, apalagi masih sekolah. Mungkin dari sisi lain juga sudah menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari benak Ellen. Bahwa orang tua Alaya hanya ingin nanti melihat anaknya hidup bahagia meskipun masalalu telah tergores luka.
"Bund. Kayanya Galte gak jadi ke kampus-" ucapan Galtero terpotong saat melihat beberapa orang diruang tamu utama.
Semua mata kini beralih menatap Galtero, apalagi Althar yang langsung bertemu lelaki itu lagi setelah kemarin-kemarin menginap di rumah Alaya karena telah membantu dirinya melerai perdebatan bersama Alaya.
"Lho nak? Kamu sakit? Sampe pucat gitu lho Gal." cemas Ellen yang kini refleks berdiri melihat kehadiran raut wajah Galtero yang lemas.
Galtero menjawab. "Cuman butuh istirahat sebentar doang Bund, nanti siang juga baikan."
"Maaf Tante, kalo begitu saya pamit pulang dulu." Althar yang tak ingin berlama-lama melihat Galtero, kini bangkit dari duduknya diikuti dengan Rengga.
Lili yang memang tengah berdiri disamping Althar kini mempersilahkan lelaki itu pergi dari tempat duduknya dan mengantarkannya dari belakang. Begitupun Pinky yang ikut yang sekarang berdiri.
Galtero yang kebingungan mulai kembali membuka suara setelah semua orang sudah pergi ke luar dan hanya menyisakan didinya bersama Ellen dan Pinky. "Dia ada masalah sama Pinky? Atau kalian udah putus?" celetuknya tiba-tiba.
"Putus? Emangnya Pinky pacaran sama Althar?" tanya Ellen menatap Pinky yang kini kebingungan.
Perempuan itu dengan cepat menggeleng lalu menjawab pertanyaan Galtero. "Aku enggak pacaran sama Althar. Kamu kali yang sekarang pacaran sama Mbak Alaya, terus sering berduaan dan sekarang kecapean." jawabnya diiringi dengan nada sewot.
"Kok kamu ke saya-saya? Kamu nuduh saya sekarang?" ucap Galtero tak terima.
Ellen yang berdiri di tengah-tengah keduanya kini mencoba untuk melerai dengan perlahan. "Udah-udah. Tadi tuh Althar abis selesai pulang jogging sama Pinky, sekaligus ceritain masalalunya sama Alaya."
Kening Galtero berkerut dalam, membutuhkan jawaban. "Maksud Bunda?" tanya Galtero kepo.
"Singkatnya, Althar itu calon Ayah buat anak yang ada didalam kandungan Alaya. Dia Papahnya Gal."
***
Temen-temen ayoo atuh vote, komen, follow juga😔😔😔Bantu rameiinn ceritanya, kasih aku semangat laaa🦸🦸🦸
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Girl
Teen FictionBagaimana jadinya jika Galtero satu atap dengan Pinky? Gadis polos yang menyebalkan, namun sialnya sangat menggemaskan. Kehidupannya menjadi berubah 290° derajat ketika bertemu dengannya. Gadis itu dengan beraninya telah menyebut Galte dengan sebuta...