Mau up satu lagi, tapi kaliannya juga enggak vote, komen sama follow.
Hiksss sedih banget deh....😭😭😭
***
Pagi tadi selama di kampus Renata sama sekali tak
menemui Gery. Biasanya gadis itu selalu manja dan tak ingin tertinggal oleh kekasihnya, namun hari ini sama sekali tak menemui Gerynal secara langsung. Gery cemas, ia takut terjadi sesuatu pada Renata. Pasalnya saat di hampiri ketika bersama Vano dan Syena pun ia tak berbicara sedikitpun padanya.Gerynal berjalan cepat menuju lift Apartment yang Renata tempati. Gadis itu tak tinggal dirumahnya karena rumahnya tengah di renovasi, sedangkan Ayahnya pergi ke luar negeri semenjak ibunya meninggal dunia. Renata memutuskan untuk hidup sendiri di rumah bersama beberapa pelayan yang menemaninya.
Jari telunjuk Gerynal sibuk mengotak-atik angka lift yang berada di dalam sana. Ia memencet angka 13 lalu dengan otomatis pintu lift tertutup dengan sendirinya. Gery berniat untuk langsung pergi menemui Renata dan meminta maaf kepadanya. Sungguh ia sangat ceroboh menjadi seorang kekasih.
Tak perlu menunggu lama akhirnya pintu lift kembali terbuka di lantai tiga belas. Langkah kakinya berjalan cepat melewati lorong lift yang disekelilingnya terdapat pintu-pintu kamar mulai dari nomor 50 sampai 67. Kamar Renata terdapat di paling ujung dekat dengan balkon atas lantai tiga dengan nomor 67.
Satu persatu pintu dengan angka puluhan itu terlewati sampai akhirnya satu kamar terakhir yang sudah Gery nanti-nanti itu kini berada dihadapannya. Ia rasa tak perlu mengetuk pintu, Gery tau ini tak sopan, tapi ia sudah geram ingin mendengar jawaban maaf dari Renata.
Ceklek!
"Sayang!"
Terlihat Renata tengah duduk santai sembari berselonjoran di sofa putih panjang yang terletak di depan kasur king size nya. Gadis itu langsung beranjak duduk ketika mendengar suara Gerynal, dia belum sempat menaruh ponselnya tapi lelaki itu kini sudah memeluk dirinya dengan erat.
"Maaf. Aku minta maaf sayang," lirih Gerynal dengan suara berat dan serak khas miliknya. Lelaki itu menggelamkan wajahnya dalam di ceruk leher Renata.
Ada rasa kesal juga kasihan karena sudah keterlaluan. Tetapi Gerynal bukan sekali dua kali jika selalu terlambat dan berujung tak jadi tanpa memberi kabar. Ia sangat kesal lagi-lagi kesalahan seperti itu terulang. "Udah deh lepasin Ger." ketus Renata dingin mencoba melepaskan.
"Nggak! Aku mau kamu maafin aku dulu sebelum lepasin." kekehnya.
Renata berdecak kesal. "Oke fine aku maafin! Tapi tolong lepasin."
Akhirnya Gerynal pasrah dan mengalah, dia menatap Renata dalam. "Aku nggak tau kalau balapannya mulai dari pagi Ren. Aku kira jam dua, kalau tau dari awal udah pasti gass samperin kamu, sayang..." tutur Gerynal lembut seraya mengelus pelan pipi Renata.
Perempuan itu memutar bola mata malas. Tak mau menatap Gerynal yang selalu meluluhkan hatinya. "Udahlah nggak usah alesan lagi Ger. Basi tau nggak?! Setiap kali kamu bohong alasannya past-"
"Sssttt." sela Gerynal seraya menempelkan jari telunjuknya pada bibir tebal Renata. Gadis itu refleks terkejut karena Gery mengikis jarak diantara keduanya.
"Aku nggak tau sayang. Kapan sih aku bohongin kamu, hm?"
Renata gelagapan. "P-pokoknya aku marah Gerynal!"
"Kalo gitu aku harus apa supaya kamu mau maafin aku??"
"Nikah. Minta restu sama kedua orang tua kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Girl
Teen FictionBagaimana jadinya jika Galtero satu atap dengan Pinky? Gadis polos yang menyebalkan, namun sialnya sangat menggemaskan. Kehidupannya menjadi berubah 290° derajat ketika bertemu dengannya. Gadis itu dengan beraninya telah menyebut Galte dengan sebuta...