Happy Reading
❀
❀
❀
❀
Hari berganti hari, agenda makan bersama kelas 11 IPA 2 sudah rutin di jalankan, kini ikatan pertemanan mereka semakin kuat. Hubungan antar sesama murid sudah seperti saudara, tidak ada lagi kata canggung di antara mereka semua.
“Bul, lo besok mau bawa apaan ?” tanya Ayudisa menatap Bulan.
“Kayanya bawa fried chicken sama saus keju ala Richees* deh Dis,” jawab Bulan.
“Gue paling bawa spaghetti sih, cemilan bagian siapa yang bawa besok ?” tanya Ayudisa sambil mencari jadwal pembagian snack.
Sejak beberapa minggu yang lalu karena mereka merasa jika hanya makan saja kurang, pada akhirnya memilih untuk membagikan jadwal pembawaan snack dan minuman.
“Kalo ga salah sih bagiannya Zeina yang bawa snack terus Kafka yang bawa minum,” jawab Bulan kepada Ayudisa.
“Ih kalian ngomongin apa sih, ko gue engga di ajak, parah sih.” Raya yang baru saja datang ke kelas melihat dia temannya sedang asik mengobrol tanpa mengajak dirinya.
“Ye dodol. Kan lo baru juga dateng, gimana kita mau ajakin lo buat ngobrol,” ujar Ayudisa dengan raut wajah yang kesal.
“Kalian ini ya, sukanya ribut mulu. Sekali engga ribut ga bisa hidup apa kalian ?” tanya Bulan yang sudah jengkel dengan kedua temannya.
“Dia duluan Bul ngatain gue, marahin aja dia.” Raya menunjuk Ayudisa pake telunjuknya, lalu berjalan ke arah bangku tempat ia duduk.
Raya duduk tidak jauh dari bangku milik Bulan dengan Ayudisa. Raya duduk bersama dengan Nadisya, awalnya Raya akan duduk dengan Ayudisa dan Bulan dengan Aera. Berhubung melihat keduanya yang tidak akur maka Bulan memilih untuk menjadi penengah.
“Ck, baperan lo dasar gitu aja ngambek, dasar anak mami.” Ayudisa meledek Raya sambil memperagakan orang yang sedang mengejek.
Raya yang melihat hal itu kesal, lalu melihat ada sebuah spidol di depannya buru-buru ia lempar ke arah Ayudisa. Namun, sialnya yang terkena spidol bukanlah Ayudisa, melainkan Ravi yang baru saja melewati tempat duduk Ayudisa.
“Eh kutu kupret, sape yang berani lempar ni spidol.” Ravi mengambil spidol yang mengenai lengan kirinya.
“Eh sorry Rav, harusnya itu spidol kena si Disa, tapi malah kena lo,” ujar Raya tidak enak hati.
Ravi hanya bisa menghela nafas dengan kasar, sudah tidak heran bagi anak-anak kelas 11 IPA 2 oleh keributan yang di ciptakan dua manusia menyebalkan. Siapa lagi jika bukan Ayudisa Gistara dengan Raya Pradista.
“Ah elah lo berdua bisa ga sih sehari ga ribut, masih pagi juga ini, malah udah ribut ke bocah lo pada.” Ravi yang kesal melemparkan spidol ke sembarang arah.
Raya yang mendengar perkataan Ravi menundukkan kepalanya, ia lalu terdiam dan duduk dengan wajah yang di tekuk. Tidak ada lagi suara yang keluar dari mulut Raya.
Disa dan Bulan yang melihat perubahan sikap Raya langsung saling pandang satu sama lain. Mereka dengan bersama menggelengkan kepala. Sudah tidak heran juga, jika mood seorang Raya itu sangat mudah berubah.
Ravi yang sudah duduk dan membuka ponsel lalu tersadar dengan perkataannya kepada Raya. “Elah, pasti tu bocah langsung diem, moodnya jadi jelek gara-gara gue barusan. Ni mulut juga ah kenapa bisa asal ceplos bae,“
Ravi merutuki kebodohannya yang baru saja ia perbuat kepada Raya. Ia kini berdiri dari tempat duduknya lalu membuka tas miliknya dan mengambil 2 buah permen.
Setelah mengambil permen itu, Ravi berjalan ke arah bangku milik Raya dan Nadisya. “Nih permen buat lo, jangan ngambek gue ga sengaja barusan. ” Ravi menyodorkan permen ke arah Raya.
Raya masih diam tidak bergeming sama sekali. Masih pada posisi yang sama dengan awal setelah Ravi berbicara. “Maafin gue dong Ray, janji deh ga gitu lagi,” mohon Ravi kepada Raya.
Raya pergi begitu saja tanpa mengeluarkan sepatah katapun kepada Ravi, Ravi yang melihat respon dari Raya lalu dengan perasaan putus asa dan kecewa berjalan ke arah bangku miliknya.
“Adeh, tu si Ravi ngapain mulutnya lemes coba, udah tau si Raya anaknya mhdah kesinggung,” kesal Bulan kepada Ravi.
“Tau tuh, ayo deh susuk Bul, kasian juga itu anak,” ajak Ayudisa kepada Bulan.
Mereka berjalan ke arah luar, guna mencari sang sahabat. Mereka mencari keberadaan Raya di beberapa tempat yang biasa mereka bertiga kunjungi. Terus mencari hingga tanpa sadar bel sebentar lagi akan berbunyi.
Tepat 2 menit sebelum bel berbunyi, mereka menemukan keberadaan Raya. Ia sedang duduk termenung di arah taman belakang sekolah, taman yang biasanya di kunjungi oleh Bulan ketika akan memotret sesuatu.
Mereka menghampiri Raya, laku mengajaknya untuk kembali ke kelas karena pelajaran akan segera di mulai. Ada sedikit perdebatan di antara Bulan dan Raya, selain dengan Ayudisa terkadang Raya juga suka beradu omongan dengan Bulan.
“Udah jangan banyak bacot, ni gurunya keburu dateng terus nanti kita di kira bolos, buruan jalan ke kelas, biar nanti engga telat.”
❀❀❀
Haii semua, selamat membaca
cerita ke tiga ku, semoga kalian
menyukai ceritaku yang ini yaa!!Jangan lupa untuk vote, komen dan follow.
Karena dukungan kalianlah yang mampu
membuat aku semangat untuk menulis.Informasi terkait updatenya ada
di ig aku ya, @mymoochies_
Jangan lupa mampir ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Photographer's Love [ END ]
RomanceWinter's Victory School, merupakan sekolah ternama di kota A, sekolah yang di dalamnya merupakan sekumpulan orang-orang pintar dan cerdas. Sekolah ini tidak pernah memandang dari kalangan mana siswa-siswi nya, ketika dia cerdas dan pintar maka siap...