- Bab 1 -

129 47 60
                                    

Happy Reading

Pagi yang cerah di temani suara kicauan burung menghiasi suasana pagi ini. Gadis cantik dengan surai berwarna coklat gelap terlihat tengah bersiap-siap di depan cermin. Gadis dengan senyuman yang indah, dan terlihat nyaris sempurna sedang mengoleskan sebuah liptint di bibir mungilnya.

Gadis cantik dengan surai coklat terlihat tersenyum senang, dirinya membereskan alat-alat yang ia gunakan untuk bersiap  ke tempat semula. "Udah siap waktunya kita berangkat," sudah selesai membereskan barang-barang ia pergi mengambil tas.

Tas berwarna hijau tosca sudah berada di pundak gadis cantik ini, setelah memeriksa kembali penampilannya dan merasa sudah pas dia keluar dari kamar dan menuruni anak tangga.

"Selamat pagi Bunda, masak apa hari ini Nda ?" tanya gadis bersurai coklat.

"Eh anak Bunda yang cantik udah siap ternyata, Nda masak nasi goreng pake telur dadar kesukaan Bulan dong," jawab sang Bunda sambil tersenyum hangat kepada anak gadisnya yang bernama Bulan Natasya.

"Wah! Pasti enak nih," terlihat wajah antusias Bulan ketika mendengar menu sarapan pagi hari ini.

"Bunda, Bulan makan duluan ya, soalnya Bulan harus cepet-cepet sampai sekolah ada acara dadakan soalnya Bun," Bulan mengambil piring dan alat makan lainnya, lalu duduk di salah satu bangku meja makan yang ada di rumahnya.

"Ya sudah, Bunda mau panggil Ayah dulu ya." Sang Bunda pergi ke arah lantai dua, dimana terdapat beberapa kamar. Kamar milik Bulan dan juga orang tuanya.

Bulan makan dengan nikmat tanpa ada gangguan, makan dengan tenang dan senang. Di pagi hari yang indah di sambut dengan menu masakan yang ia sukai.

❀❀❀

Tok ... Tok ... Tok

Suara ketukan pintu terdengar nyaring, namun tidak terlalu keras. "Ayah, sudah selesai siap-siapnya belum, Bulan makan duluan dia ada kegiatan pagi ini," tanya sang Bunda.

"Sudah Bun, ini ayah lagi pake jam aja, bentar lagi ayah turun," sahut sang Ayah di dalam kamarnya.

Katherine Elora selaku istri dari Lorenzo Damian dan ibu dari Bulan Natasya, memilih untuk menuruni tangga dan menemani sang anak.

Saat berjalan menuju ke arah Bulan, Elora melihat sang anak yang tengah makan pagi dengan tenang dan bahagia. Terlihat dari cara dia sarapan, dia terus menerus menampilkan sebuah senyum yang indah dan cantik.

"Sayang, mau berangkat jam berapa hari ini ?" tanya Elora kepada sang anak.

"Ini Bulan mau berangkat Nda, soalnya Bulan udah di tungguin sama anak-anak ekskul yang lain," jawab Bulan yang sudah selesai meminum segelas air putih dan sepiring nasi goreng dengan telur dadar.

"Berangkat pake apa hari ini perginya, atau ada yang jemput ?" tanya sang Bunda kala melihat Bulan mengambil tas ranselnya.

"Bulan berangkat sendiri Bunda, kemarin malam udah sempet izin ke ayah buat pake motor, soalnya takut nanti harus beli barang gitu, jadi Bulan gampang perginya Bunda. Bulan pamit dulu ya Bunda," tutur Bulan sambil mencium tangan sang Bunda, namun ketika ia mencium pipi sang Bunda, ayahnya menuruni tangga.

"Anak ayah yang cantik ini kok tumben udah berangkat, ada kegiatan apa memangnya ?" tanya sang ayah dengan suara beratnya yang baru saja menuruni tangga.

"Eh ayah, selamat pagi Ayah ganteng, super hero nya Bulan. Bulan juga kurang tau Ayah, soalnya kabarnya dadakan banget semalem," Bulan menghampiri sang Ayah lalu mencium pipinya, namun terlihat dari raut wajahnya jika Bulan sedang kesal lantaran kegiatan dadakan ini.

"Begitu ya, ya sudah. Hati-hati di jalannya, jangan bawa motor kebut-kebutan ya, tetap patuhi aturan lalu lintas yang ada, helm jangan lupa, dan ga boleh simpen hp di depan kalo mau simpen di saku jaket saja ya," perintah sang Ayah yang langsung di angguki oleh Bulan.

"Siap komandan!" Bulan menjawab sambil memperagakan orang yang sedang hormat. Tingkahnya mampu membuat sang Ayah dan juga Bunda nya tertawa.

"Ayah, Bunda Bulan pamit ya, assalamu'alaikum." Bulan pergi dengan membawa sebuah tas yang di ketahui oleh orangtuanya adalah sebuah tas berisi kamera yang biasa ia gunakan untuk memotret.

"Waalaikumsalam," Ayah dan Bunda menjawab dengan kompak.

Bulan berjalan dengan sedikit tergesa ke arah garasi di rumahnya. Bulan adalah anak dari pasangan yang cukup berada, namun Bulan tidak pernah memperlihatkan keadaannya kepada teman-temannya terkecuali kepada 2 orang sahabatnya.

"Duh ngapain sih harus ada kegiatan dadakan, punya ketua nyebelin banget, baru ngabarin tadi malem dengan alasan lupa, " pagi ini Bulan di buat kesal lantaran ketua ekskul nya yang memberikan informasi mengenai acara yang akan di laksanakan di sekolahnya dengan mendadak.

"Tua-tua nyebelin, apa aku kerjain aja ya nanti di sekolah hehehe," Bulan mengeluarkan motor miliknya dengan mulut yang terus mengeluarkan kata-kata yang tertuju kepada sang ketua ekskul fotografer, yaitu Shaka Dirgantara.

Bulan menyalakan mesin motornya, mendiamkan beberapa menit supaya mesin motor miliknya panas. Saat akan menjalankan motornya tiba-tiba ponsel miliknua berbunyi, yang artinya ada telefon masuk.

Drett ... Dret ...

Bulan melihat layar ponsel miliknya, terlihat sebuah nama 'Kak Dirganj'. "Ngapain juga ini kakak kelas telefon-telefon," Bulan mengangkat telefon dari kakak kelasnya.

"Halo kak"

...

"Iya sabar kenapa si ini juga mau berangkat"

...

"Iya ya allah sabar kenapa dah, dasar tua-tua ga sabaran"

Tanpa menunggu waktu lama Bulan mematikan telefonnya sepihak, dia tidak mau mendengarkan ocehan dari mulut Dirga kembali. Pagi hari sudah di buat kesal karena ulahnya, Bulan mengendarai motor dengan kecepatan sedikit kencang karena dia sudah di tunggu.

❀❀❀

Bulan memarkirkan motornya tidak jauh dari ruangan ekskulnya, disana sudah terlihat anak-anak ekskul fotografer dan juga Kak Dirga selaku ekskul.

Bulan menyimpan helm miliknya, lalu bergegas menghampiri teman-teman ekskulnya. Dia berjalan dengan sedikit tergesa-gesa hingga tidak melihat sebuah batu yang lumayan besar di depannya.

Dirga yang melihat ada batu yang beberapa langkah lagi dari Bulan segera berteriak dan berlari ke arah Bulan. "Bulan awas ada batu!" Suara Dirga bergema, beberapa murid yang mendengar lalu mencari sumber suara.

Bulan yang tidak mengerti hanya terus berjalan, namun ketika tepat kakinya menginjak batu yang Dirga maksud ia sedikit terhuyung ke depan dan hampir terjatuh bila saja Dirga tidak membantunya untuk menahan badannya.

❀❀❀

Haii semua, selamat membaca
cerita ke tiga ku, semoga kalian
menyukai ceritaku yang ini yaa!!

Jangan lupa untuk vote, komen dan follow.
Karena dukungan kalianlah yang mampu
membuat aku semangat untuk menulis.

Informasi terkait updatenya ada
di ig aku ya, @mymoochies_
Jangan lupa mampir ya.

A Photographer's Love [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang