H V H 3

1.3K 124 2
                                    

"Menurut ku, kau harus minta maaf lagi," ujar Hermione, di sela-sela dirinya bergantian antara memakan potongan pai dan membaca buku ramuan nya.

"Dan menurut ku, kau tidak perlu minta maaf," timpal Ron. "Siapa suruh punya tempramen yang tinggi?" Cepat-cepat Ron menambahkan saat Hermione sudah menatap nya dengan tajam.

Gadis itu mendengus kesal, ia beralih pada Harry yang masih setia melihat meja Slytherin, terutama pada meja yang sering di pakai Malfoy. Meja itu sekarang di isi oleh Parkinson, yang asik ngobrol dengan Zabini juga Nott.

"Dari pada kau kepikiran terus? Ingat, tantangan terkahir sebentar lagi, lebih baik selesaikan masalah yang menganggu pikiran mu."

Harry melihat Ron, dia hanya mengidikan bahu nya, mungkin setuju dengan kata-kata Hermione kali ini.

"Aku akan cari dia dulu kalo begitu."

"Bawa roti isi nya juga!" Teriak Hermione, Harry berbalik lagi dan menerima rotinya.

"Trims."

Hermione menggeleng kecil, tidak tau lagi harus menanggapi bagaimana lagi dengan semua masalah yang Harry terima.

"Sepertinya memang benar, kalo Harry tuh magnet nya masalah."

Ron buru-buru melahap paha ayam nya, kemudian beralih pada apa yang di lakukan Seamus, setidaknya lebih baik dari pada delikan tajam Hermione.

–oOo–

Harry celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang yang membuat malam nya tidak tenang. Bagaimana tidak? Ketika dia akan menutup mata untuk tidur, bayangan Draco yang memandang nya dengan terluka, terus melintas di dalam benak nya.

Ron sampai terjaga selama beberapa jam, karena Harry tidak berhenti membuat gerakan yang menimbulkan suara.

Harry menghela napas frustasi, pemuda pirang itu tidak di temukan juga.

Kemudian ketika Harry melewati Danau Hitam, yang di cari ternyata ada di sana. Duduk bersandar pada sebuah pohon, dengan pandangan yang lagi-lagi kosong.

Harry berjalan dengan pelan, takut akan membuat Draco terkejut seperti terakhir kali.

"Malfoy," panggil nya dengan suara yang menyatu dengan desiran angin.

Dan lagi-lagi Malfoy memang terkejut, bahkan tubuhnya terlihat begitu tegang, seakan dia baru saja berhadapan dengan ketakutan nya sendiri.

"Well, Potter. Kalo ingin cari masalah denganku, aku tidak minat," ujar nya pelan, dia tidak memandang Harry, manik abu nya itu masih setia memandang Danau Hitam tanpa minat.

Harry berdehem sesekali, merasakan tenggorokan nya tiba-tiba seperti ada yang mengganjal, padahal itu hanya karena dia terlalu gugup.

"Aku hanya ingin minta maaf soal kemarin," Harry memandang nya dengan lekat. "Aku tau itu sesuatu yang bukan urusan ku."

Kali ini Harry berhasil membuat Malfoy melihat nya, alis Malfoy terangkat satu. Sepertinya berusaha mengerti dengan sikap pemuda di depan nya ini, yang sering berubah-ubah.

"Terserah lah," balas Malfoy skeptis, dia akan pergi, jika Harry tidak secara refleks memegang lengan nya.

Draco mengernyit bingung, matanya bergantian melihat Harry dan lengan nya yang masih di pegang oleh pemuda itu.

Harry langsung melepaskan genggamannya. "Maaf," cetus nya sedikit memundurkan langkah. "Aku hanya ... Pokoknya aku minta maaf."

Harry buru-buru pergi dari sana, meninggalkan Draco yang memandang rumput hijau di bawahnya dengan kosong.

Heerser Van Harten Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang