Sirius duduk sembari memandangi silsilah keluarga Black, matanya tepat mengawasi satu nama; Narcissa Malfoy nee Black.
"Aku sangat menyayangi Cissy," ucap Sirius pelan, membuat Harry tetap berdiri di ambang pintu.
"Ketika dia menikahi seorang Malfoy, aku memiliki ketakutan yang tak dapat di jelaskan. Cissy terasa begitu tinggi, untuk seorang seperti Lucius Malfoy."
Harry memegang pinggiran pintu dengan erat, membiarkan Sirius mengeluarkan segala sesuatu yang ia tahan.
"Tapi tentu saja aku tidak bisa mencegah pernikahan mereka." Sirius tertawa getir, seolah menertawakan idelogi tentang kemurnian darah yang di anut oleh darah murni.
Tapi alasan terbesar Sirius tidak mampu menghentikan pernikahan itu, dia melihat cinta di manik biru Narcissa untuk Lucius Malfoy.
Sirius bisa menentang apapun, tapi tidak dengan cinta.
"Tidakkah kau ingin mencoba mengenal nya lebih dalam, Sirius?"
Black itu menghela napas, berbalik untuk melihat hijau jernih Harry yang memandang nya penuh harap.
"Aku ingin, Harry. Bahkan aku sempat mengharap itu, tetapi tidak seperti ini caranya," jawab Sirius dengan suara lirih, hampir seperti bisikan.
"Tidak adil memang, kau akan kehilangan dua orang sekaligus, jika sesuatu terjadi pada kami. Tapi, aku ingin mencoba menolong dia, Ayah."
Sirius terdiam, matanya terbelalak. Tidak pernah menyangka, kata-kata itu akan keluar dari mulut Harry.
Sesuatu yang tidak pernah dia impikan, tetapi rasanya sangat hangat. Seperti gunung es, yang perlahan mencair.
"Oh, Harry." Sirius segera memeluk erat Harry, mengusap-usap punggung anak itu dengan lembut.
"Aku setuju, tetapi aku memiliki syarat ku sendiri," bisik Sirius, di tengah-tengah pelukan nya. Harry mengangguk, dia balik memeluk Sirius erat, sedikit tersenyum meski kegelisahan tetap menyelimuti dirinya.
–oOo–
"Apakah itu adil, untuk Harry?" Ron bertanya, setelah meletakkan gelas cokelat nya di atas meja. "Tidak ku pungkiri, Draco Malfoy nampak berbeda dari sebelumnya. Tapi ...." Ron berdehem sesekali, manik nya menatap Hermione yang hanya diam sejak mendengar kabar bahwa Harry akan melakukan ikatan baru dengan Draco. "Dia masih seorang Malfoy, dan ayah nya adalah pengikut setia Voldemort. Kita melihat nya sendiri, di Kementerian Sihir, waktu itu."
Hermione menyenderkan kepalanya ke belakang sofa, melihat atap Burrow dengan lesu.
"Ron," Hermione memanggil pelan, dirinya masih melihat atap Burrow. "Apa menurut mu, seorang ayah bisa mengorbankan anaknya sendiri?"
Ron terdiam, bahkan Ginny yang baru tiba, berhenti mendadak. Kedua Weasley itu terlihat menyelami pertanyaan Hermione lebih dalam.
"Anak-anak!" Panggilan Mrs Weasley, segera membawa semua orang, bergegas menuju ruang utama.
Mrs Weasley mengamati semua orang, memperhatikan wajah yang berada di hadapannya satu persatu.
"Kita harus ke Devon," katanya, suara wanita itu terdengar parau. "Ikatan itu akan terjadi di sana."
Tidak ada protes atau apapun dari mereka yang mendengar hal tersebut, mereka hanya mengangguk kecil, dan kembali untuk bersiap-siap.
"Mom," panggil Ginny, setelah yang lain menghilang dari pandangan nya.
Mrs Weasley berbalik, merasa hancur ketika melihat mata putri nya memerah.
"Aku tidak memiliki kesempatan ya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Heerser Van Harten
Fanfiction"Malaikat seperti mu, tidak bisa jatuh ke neraka bersama ku." ~ Disclaimer: Harry Potter © J.K Rowling. Saya hanya meminjam segala sesuatu yang ada di dalamnya.