Tongkat Neville sukses menjadi satu-satunya suara yang terdengar di ruangan itu.
Kemudian secara cepat bisik-bisik mulai terjadi, tentu saja Draco tau apa yang mereka bicarakan.
Harusnya dia tidak menyetujui ajakan Luna untuk bergabung, salahkan putri Pandora itu yang memiliki kata-kata tajam tetapi selalu masuk akal untuk di pikirkan.
Draco mulai merasa cemas, keringat dingin mulai menetes dari dahinya. Perutnya terasa melilit, dan dia mulai kesulitan bernapas lagi.
Harry terlihat berbincang dengan Hermione dan Weasley.
Manik abunya hanya menatap lantai, itu lebih baik untuk di lihat.
"Itu hanya tahun pertama dan kedua, itu pun tidak terlalu besar."
Draco mendengar suara Harry, dan Weasley mulai membalas dengan skeptis, meskipun nadanya tidak begitu terdengar adanya amarah.
Luna juga ada di antara mereka, membuat ruangan di sekitar Draco terasa menyempit.
"Luna," panggil nya dengan pelan, tetapi sukses membuat segala mata tertuju padanya.
"Aku ingin pergi saja."
Luna melihat Harry. "Jika Draco tidak di izinkan, aku akan keluar juga." Katanya dengan tegas, sebelum dia berjalan menuju Draco.
Keduanya akan pergi, sebelum suara Ginny menggelegar. "Mereka ada di luar, kalo kalian pergi sekarang, kita semua akan mendapat masalah," ujar nya. "Luna kau tenang, Harry akan mengurus semuanya. Lagi pula, semakin banyak anggota itu akan lebih baik." lanjut nya, melihat ke arah Ron dengan sengit.
Ron memutar mata malas, tidak akan menang jika harus melawan adiknya itu, bahkan Fred dan George sudah terkikik geli di tempat mereka.
"Dengar semuanya." ujar Harry cepat. "Aku tau, kalian memiliki spekulasi buruk tentang anak-anak Slytherin, apa lagi ketika kita tau bahwa kebanyakan dari sana lah kelompok penyelidik terbentuk." Katanya, dia melirik Hermione sekilas, gadis itu mengangguk kecil.
"Tetapi, kita juga tau, Malfoy tidak ada di dalam nya. Lagi pula, seperti kata Helga Hufflepuff, kita tidak bisa menilai seseorang hanya karena dari latar belakang nya saja."
Anak-anak Hufflepuff cukup merasa tertohok, pendiri asrama mereka saja tidak menilai dari mana mereka berasal, lalu kenapa mereka harus ikut-ikut yang lain?
"Tapi, kau lihat ayahnya di sana kan." Suara Marietta, murid Ravenclaw, gadis yang paling hobi bergosip kalo kata Cho Chang itu, membuat suasana yang sedikit tentram jadi suram lagi.
Harry melihat Malfoy, dia mencengkram ujung jubahnya erat.
"Bagaimana kalo dia hanya mata-mata yang di kirim?" Kemudian suara lain mulai menyahut.
"Bagaimana itu Harry?"
"Apa yang akan kau lakukan jika itu terjadi?"
"Tidak ada yang tau, dia bukan mata-mata Umbridge kan."
"Slytherin itu licik Harry."
Suara-suara mulai bersahutan, membuat kondisi Draco semakin buruk. Luna menyesali memaksakan nya untuk jadi anggota Laskar Dumbledore.
Luna hanya ingin memastikan Draco tau cara melindungi dirinya sendiri, meski dia bilang Severus sudah lebih dari cukup, tapi Luna ingin menyaksikan itu sendiri.
Tetapi segala nya menjadi buruk.
"Silence!"
Ron berteriak tanpa di duga, membuat semuanya terdiam.
"Malfoy akan jadi anggota Laskar Dumbledore, dan bagi siapapun yang tidak setuju, bisa keluar sekarang juga!"
Harry melongo, dan Hermione merasa cukup bangga. Setidaknya setelah menasehati nya semalaman tentang Malfoy, dia cukup berpikir jernih kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heerser Van Harten
Fanfiction"Malaikat seperti mu, tidak bisa jatuh ke neraka bersama ku." ~ Disclaimer: Harry Potter © J.K Rowling. Saya hanya meminjam segala sesuatu yang ada di dalamnya.