Mantra perluas telah di pasang, tangan Harry dan Draco telah terpaut erat.
Berbagai mata tertuju pada mereka, dengan isi kepala yang berbeda dan tak dapat di jelaskan.
Harry bisa merasakan tangan Draco gemetar dan berkeringat, dia tau pemuda pucat itu masih terpaku pada pendirian nya; meminta Harry untuk mundur. Tetapi, bagi Harry, ketika dia sudah membuat pilihan, sulit baginya untuk menghindari hal itu.
Narcissa menggigit jari nya, tatapan nya begitu cemas dan gelisah. Putra semata wayangnya, terlihat begitu rapuh di antara mantra yang telah terucap dari bibir Dumbledore.
Lingkaran emas perlahan mengelilingi kedua pemuda itu, Harry tidak pernah mengalihkan perhatian nya dari wajah Draco, pemuda itu terlihat menyelami berbagai pertanyaan yang tak memiliki jawaban.
Secara sadar, Harry meremas tangan Draco lebih erat, membuat pemuda itu kembali fokus pada nya.
Dari manik hijau Harry, Draco menemukan keteguhan untuk membuat dirinya sadar; dia tidak sendiri, Harry ada bersama nya sekarang.
Ketika lingkaran emas berubah menjadi merah, Draco menarik napas panjang, wajah nya yang pucat, semakin pucat dan memberikan efek seolah Draco adalah mayat hidup.
Harry tampak cemas, tetapi melihat anggukan kecil Severus, Harry tau bahwa semuanya telah di perhitungkan.
Genggaman di tangan Harry hampir terlepas, ketika Draco merasa pengelihatan nya mengabur. Wajah-wajah di sekitarnya nampak abstrak, hanya wajah Harry yang semakin nyata.
Udara di sekitar nya pun terasa menipis, pasokan oksigen seolah tidak menyentuh paru-paru nya. Draco merasa seperti ikan yang terlempar ke darat.
Pengikatan simpul darah dengan Riddle, tidak seburuk ini rasanya, meski efek nya benar-benar sangat menghancurkan dirinya.
Tetapi, efek pelepasan dan pengikatan simpul baru ini, benar-benar membuat Draco merasa di ambang kematian.
Harry juga semakin cemas, dia tau Draco merasakan hal yang menyakitkan, karena Draco adalah yang menerima dan yang di lepaskan. Tapi dia tidak tau, bahwa efek yang dirasakan Draco akan membuat nya menjadi begitu kacau.
Lebih buruk lagi, Harry tidak merasakan sakit apapun; membuat nya benar-benar merasa sangat buruk.
Ketika sinar merah perlahan menjadi hijau, Draco ambruk dalam dekapan Harry.
Narcissa berteriak histeris, dia ingin mendekati putranya, tetapi Severus menahan nya.
"Kau ingat aturannya," bisik Severus, dengan suara serak. Mencerminkan, seberapa keras dia mencoba untuk tidak mengeluarkan suaranya.
Narcissa mundur perlahan, tangannya bertumpu di dada, manik birunya menatap sendu tubuh putranya.
Tanpa menunggu perintah siapapun, Harry segera membawa Draco ke lantai atas, dia tau aturannya. Tidak ada yang boleh menyentuh Draco, selain dirinya selama dua puluh empat jam. Atau, ikatan itu akan gagal.
Hermione memperhatikan punggung Harry, punggung yang terlalu banyak memikul beban orang lain itu, perlahan menghilang dari balik pintu putih gading, tempat di mana Dumbledore mengistirahatkan tubuh nya dengan semua kelelahan yang ia alami.
Genggaman tangan Mr Weasley mengerat pada jemari Mrs Weasley, ketika istrinya itu hendak menghampiri putri mereka yang begitu terlihat berantakan.
Sang ayah tau, bagaimana perasaan putri nya, tetapi semuanya sudah terjadi. Takdir yang terpaksa di ciptakan, sudah berjalan.
Tidak ada yang bisa memutuskan itu sekarang, bahkan kematian sekalipun.
–oOo–
KAMU SEDANG MEMBACA
Heerser Van Harten
Fiksi Penggemar"Malaikat seperti mu, tidak bisa jatuh ke neraka bersama ku." ~ Disclaimer: Harry Potter © J.K Rowling. Saya hanya meminjam segala sesuatu yang ada di dalamnya.