H V H 14

1.1K 111 5
                                        

Perlahan kelompok mata itu terbuka, mengerjap pelan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk.

Draco diam beberapa saat untuk mengumpulkan fokus nya, kemudian suara-suara yang tadinya hening kini mulai berbisik kembali.

Lembab dan dingin, juga perasaan sepi yang dominan. Draco tidak perlu membuka mata untuk tau di mana ia berada sekarang.

Ketika dia duduk di ujung kasur, Severus sudah ada di sana, tangan nya terlipat di belakang, dan mata hitam nya seolah menembus dalam kepala nya.

"Aku baik-baik saja," ucap Draco, melihat bagaimana ayah baptis nya itu berusaha meneliti lebih jauh kedalam dirinya.

"Dengan luka sayat yang hampir memutus nadi mu? Aku tidak tau kau sehebat itu Young Malfoy!" balas Severus dengan sarkas.

Draco diam menunduk, ia memilin ujung baju nya, sedikit berjengit ketika suara decitan kursi terdengar.

"Sudah berapa lama?"

Draco mengadah ke arah Severus, mulutnya sedikit terbuka, dia tau ini akan jadi perbincangan serius.

Severus mendengus tajam. "Bicara jujur pada ku, Draco!" Severus sedikit menyentak, dan Draco hanya menggigit bibir bawahnya dengan wajah yang semakin pucat.

"Sejak simpul itu terbentuk," Draco membalas pelan, suaranya seakan-akan memantul dari setiap dinding dan menusuk telinga Severus.

Severus selalu tau, Draco mengalami hal yang sulit, tapi tidak cukup tau bahwa dampak nya begitu besar.

Ketika anak di usia nya hanya perlu memikirkan tentang pelajaran dan hal-hal yang membuat mereka bahagia, Draco tidak begitu.

Dia menjalani kehidupan yang seharusnya tidak menjadi milik nya, di usia yang teramat muda.

Simpul itu menghilangkan segala cahaya yang Severus lihat dari nya, menjadikan ia tidak lebih seperti lampu tanpa listrik.

Severus menjadi saksi dari kehancuran, sebuah sepeda yang kehilangan satu roda, lalu meluncur tanpa terkendali dan menabrak.

Ada rasa menyesal yang teramat besar, menjelma menjadi predator yang memakan dirinya secara perlahan. Severus tau, meskipun ia melarikan diri, predator itu akan terus mengejar nya, yang dia harus lakukan adalah balik membunuh nya.

"Jangan lakukan itu lagi," Severus memohon. Dalam hidupnya, dia hanya memohon satu kali untuk seseorang yang dia tau tidak akan pernah menjadi milik nya. Sekarang dia memohon, bukan sekedar untuk janjinya, tetapi karena dia memang sangat menyayangi anak itu.

"Aku tidak bisa, Severus." Draco menjawab dengan parau. "Itu adalah satu-satunya cara, mengurangi rasa sakit ku."

Tidak ada jawaban, Severus memilih pergi tanpa mengatakan apapun.

Draco kembali tenggelam dalam kegelapan tanpa batas.

–oOo–

"OWL dua hari lagi," cetus Hermione. "Dan aku tidak ingin membuat pikiran ku terisi oleh hal-hal lain, karena itu kita harus temukan Draco."

"Pergi saja ke Slytherin, kalo begitu." Ron membalas dengan raut menantang, Hermione menatap nyalang padanya.

"Bisa diam tidak? Aku benar-benar kebingungan saat ini," Hermione mendesah frustasi. "Aku tidak menyangka, bisa kehilangan kendali seperti itu. Ini semua gara-gara nenek sihir itu!"

Ron mengusap dadanya pelan, Hermione dengan rasa frustasinya adalah hal yang tidak bagus.

"Temukan Harry, dia mengejar Luna, dan Luna pasti tau di mana Draco berada." Hermione berkata dengan yakin, Ron ingin memberikan komentar, tetapi sudah keburu Hermione pergi. Dengan kesal, dia menyusul gadis itu.

Heerser Van Harten Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang